Pembukaan
Ketika suatu permasalahan ada dihadapan kita, biasanya kita menggunakan gudang pemecahan yang telah dipelajari untuk menyelesaikan masalah yang kita hadapi. Ketika sebuah permasalahan diselesaikan dengan cara yang begitu logis, namun bersifat beban bagi pelakunya
Untuk berbagai masalah dan tugas pengekspresian diri, logika kita sering kali bekerja dengan baik. Apa yang kita lakukan ketika solusi atau cara-cara lama kita dalam mengekspresikan diri ternyata tidak cukup layak untuk menyelesaikan suatu pekerjaan? Inilah saatnya kita menggunakan suatu metode berpikir kreatif yang disebut Sinektik.
Istilah sinektik berasal dari bahasa Yunani yang berarti penggabungan unsur-unsur atau gagasan-gagasan yang berbeda-beda yang tampaknya tidak relevan. Menurut William J.J. Gordon, sinektik berarti strategi mempertemukan berbagai macam unsur, dengan menggunakan kiasan untuk memperoleh satu pandangan baru. Selanjutnya Model Sinektik yang ditemukan dan dirancang oleh William JJ Gordon ini berorientasi meningkatkan kemampuan pemecahan masalah, ekspresi kreatif, empati dan wawasan dalam hubungan sosial.
Sinektik dirancang untuk:
1. Membimbing ke arah ketidaklogisan ( tidak masuk akal) untuk kemudian menjadi suatu strategi pembelajaran
2. Memberi kesempatan dimana menciptakan cara baru memandang sesuatu, mengekspresikan diri dan mendekati permasalahan.
Sebagai contoh disini yaitu, ketika siswa berulang kali gagal datang ke sekolah, apa yang “biasanya” dilakukan para guru atau tenaga tata tertib sekolah, mereka seringkali memberi hukuman, apa kira-kira hukuman yang pantas? Seringkali diskors. Menurut mereka ini cukup logis, memilih hukuman yang layak dan kejam atas pelanggaran yang dianggap kejam juga tanpa memperhitungkan bahwa siswa amat sangat terbebani dengan hukuman tersebut yang dianggap sebagai ganti karena mereka memilih sekolah itu namun melalaikannya.
Dalam hal ini, sinektik diterapkan untuk membantu kita mengembangkan cara-cara berpikir yang “segar” (bukan sekedar logis) tentang siswa, motif-motif mereka, sifat hukuman, tujuan kita dan sifat masalah.
Dalam kehidupan modern yang saat ini banyak sekali dituntut banyak perubahan yang terjadi sangat cepat, sehingga menimbulkan banyak masalah. Pemecahan masalah membutuhkan kreativitas. Dalam belajar sinektik, siswa dilatih trampil dan kreatif memecahkan masalah.
Lebih jauh, kreatifitas ternyata sangat dibutuhkan dalam dunia pendidikan. Kebutuhan akan kreatifitas dalam penyelenggaraan pendidikan dewasa ini dirasakan merupakan kebutuhan yang mendesak bagi setiap anak. Dalam masa pembangunan dan era globalisasi yang penuh persaingan ini, setiap individu dituntut untuk mempersiapkan mentalnya agar mampu menghadapi tantangan-tantangan masa depan. Karena itu, pengembangan potensi kreatif yang pada dasarnya ada pada setiap manusia terlebih pada mereka yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa perlu dimulai sejak usia dini, baik itu untuk perwujudan diri secara pribadi maupun untuk kelangsungan dan kemajuan bangsa.
I. Orientasi Model Pengajaran
Tujuan
Gordon merumuskan tujuan dan asumsi tentang kreativitas ini yaitu :
a. Kreativitas dalam aktivitas sehari-hari dimana ini tercakup dalam setiap kegiatan atau kerja kita sehari-hari dan kehidupan waktu senggang. Model kreativitasnya yaitu meningkatkan pemecahan masalah dalam melihat sesuatu
b. Kreativitas dapat dideskripsikan dengan membuat prosedur latihan yang dapat diaplikasikan di sekolah atau lembaga
c. Kreatifitas ada di semua bidang
d. Kreativitas tiap orang bisa sama dan dapat dilakukan dengan berkelompok
Proses
Proses spesifik dari sinektik dikembangkan dari sekumpulan asumsi psikologi kreativitas, yaitu :
- Memunculkan proses kreatif menuju kesadaran serta mengembangkannya, dan secara nyata turut membantu kreativitas.
Kreativitas adalah perkembangan pola-pola mental baru.
- Komponen emosional lebih penting daripada intelektual, komponen irasional lebih
penting daripada rasional.
Hal-hal yang tidak rasional memungkinkan dapat membuka fikiran yang dapat memungkinkan munculnya ide-ide baru, bagaimanapun dasar keputusan selalu bersifat rasional tetapi keadaan irasional merupakan lingkungan mental yang paling baik dalam menjelajahi dan meluluskan gagasan, tetapi hal itu bukan untuk membuat keputusan. Gordon berpendapat bahwa logika digunakan untuk membuat keputusan dan kemampuan-kemampuan yang bersifat teknis dan diperlukan untuk menyusun ide-ide dalam banyak hal, tetapi ia percaya bahwa kreativitas penting dalam proses emosional. Seseorang memerlukan elemen-elemen yang irasional dan emosi untuk meningkatkan proses intelektual.
- Untuk meningkatkan keberhasilan pemecahan masalah, elemen-elemen irasional
dan emosional harus dimengerti lebih dahulu.Dengan kata lain analisis proses emosional dan irasional dapat membantu individu dan kelompok dalam meningkatkan kreativitasnya dengan menggunakan kontruksi irasionalitas. Aspek-aspek irasional dapat dimengerti dan secara sadar dapat dikontrol. Kecakapan mengontrol kesadaran ini melibatkan metafora dan analogi.
Aktivitas Metaforik: melalui aktivitas metaforik kreativitas menjadi proses
yang disadari, metafora-metafora membangun persamaan dan perbandingan dari objek
atau ide yang satu dengan objek atau ide yang lain melalui objek pengganti. Metafora memperkenalkan konsep jarak antara siswa dan objek atau bidang pengajaran yang menunjang inovasi dan imajinasi atau pemecahan masalah, dalam kegiatan belajarnya guru dapat menggugah siswanya melalui pertanyaan-pertanyaan evokatif, yakni sejenis pertanyaan terbuka yang
memungkinkan peserta didik terlibat secara kreatif sepanjang kegiatan diskusi. Tujuannya untuk membantu siswa dengan cara menghubungkan sesuatu yang dikenalnya dengan sesuatu yang asing. Joyce mengemukakan bahwa aktivitas metaforik tergantung pada pengetahuan siswa. Strategi sinektik dengan menggunakan aktivitas metaforik dirancang untuk menyediakan struktur melalui pengembangan imajinasi mereka sendiri secara bebas ke dalam aktivitas sehari-hari.
Ada tiga aktivitas dalam metafora yaitu :
- Personal Analogy
Dalam memperkenalkan analogi personal perlu penekanan ide atau objek yang akan dibandingkan, siswa harus merasa bahwa dirinya telah menjadi bagian dari permasalahan. Penekanan dalam analogi personal adalah pada keterlibatan empatik (merasakan langsung). Dengan kata lain dalam personal analogi memerlukan pelepasan diri sebagai satu cara menghayati obyek yang lainnya. Semakin ada jarak yang besar antara pelepasan diri maka semakin memiliki kreativitas. Ada empat tahap keterlibatan individu, yaitu;
1). Orang pertama mendeskripsikan dengan fakta-fakta,
2). Orang pertama mengidentifikasikan dengan perasaan,
3). Identifikasi empatik dengan benda hidup, dan
4). Identifikasi dengan benda mati.
Tujuan dari tahapan di atas adalah untuk melihat seberapa besar jarak konseptual dalam menetapkan konsep-konsep yang baik. Gordon dalam Joyce merasa yakin bahwa manfaat analogi dapat menciptakan jarak. Semakin besar jarak semakin memungkinkan siswa memperoleh ide-ide yang baru.
- Analogi langsung
Analogi langsung merupakan suatu usaha membandingkan dua objek atau konsep secara sederhana, fungsinya untuk mengalihkan situasi suatu masalah ke dalam situasi lain lain dalam memperoleh pandangan baru suatu gagasan atau problema. Dalam analogi langsung ini siswa dilatih menganalogikan kondisi problematik ke dalam wadah yang baru. Peran guru adalah memberikan permasalahan yang sifatnya mudah untuk diselesaikan oleh siswa secara sederhana.
Kemudian diperkenalkan pula kepada gagasan-gagasan yang lebih kompleks dan siswa diberi kebebasan untuk menyelesaikannya.
- Compressed Conflict (konflik kempaan);
Konflik kempaan merupakan suatu proses kegiatan mempertentangkan dua sudut pandang yang berbeda, pertentangan-pertentangan tersebut menurut Gordon memberikan pemahaman yang luas terhadap suatu objek yang baru. Besarnya jarak antara dua kerangka berfikir dapat meningkatkan proses kreatif pada diri siswa.
Salah satu ciri kreativitas adalah mempunyai dorongan ingin tahu yang besar dan kemampuan mengembangkan suatu gagasan.
Model Pengajaran
Untuk strategi sinektik, ada dua strategi prosedur sinektik, yaitu :
- Menciptakan sesuatu yang baru dengan metafora.
Tahap pertama: Mendeskripsikan kondisi saat ini Guru meminta siswa untuk mendeskripsikan situasi suatu topik yang mereka lihat saat itu. | Tahap kedua: Analogi langsung Siswa mengemukakan analogi langsung, salah satu diseleksinya dan selanjutnya dikembangkan. |
Tahap ketiga: Analogi personal Para siswa menganalogikan sesuatu yang diseleksinya pada fase kedua. | Tahap keempat: Konflik kempaan/padat Berdasarkan fase kedua dan kedua dan ketiga, para siswa mengemukakan beberapa konflik dan dipilih salah satunya |
Tahap kelima: Analogi langsung Para siswa mengembangkan dan menyeleksi analogi langsung lainnya berdasarkan konflik tadi. | Tahap keenam: Meninjau tugas yang sebenarnya Guru meminta para siswa meninjau kembali tugas atau masalah yang sebenarnya dan menggunakan analogi yang terakhir dan atau masuk pada pengalaman sinektik. |
- Mengakrabkan sesuatu yang asing melalui analogi-analogi yang sudah dikenal dengan baik.
Tahap pertama: Input pada keadaan yang sebenarnya Guru menyajikan informasi dengan topik baru. | Tahap kedua: Analogi langsung Guru mengusulkan analogi langsung, dan siswa diminta menjabarkannya. |
Tahap ketiga: Analogi personal Guru meminta siswa untuk membuat analogi personal. | TAHAP KEEMPAT : MEMBANDINGKAN Para siswa menjelaskan dan menerangkan kesamaan antara materi yang baru dengan analogi langsung. |
Tahap kelima: Menjelaskan perbedaan Para siswa menjelaskan analogi yang tidak tepat. | Tahap keenam: Penjelajahan Para siswa menjelajahi kembali kebenaran suatu topik dengan batasan-batasan mereka. |
Tahap ketujuh: Memunculkan analogi Para siswa memberikan analogi sendiri secara langsung dan menjelajahi persamaan dan perbedaan. |
Sistem Sosial
Sistem sosial menandakan hubungan yang terjalin antara guru dan siswa, termasuk norma atau prinsip yang harus dianut dan dikembangkan untuk pelaksanaan model. Model ini menuntut agar antara guru dan siswa terdapat hubungan yang kooperatif yaitu guru mengatur tahap-tahap pengajaran sebagai fasilitator, tetapi respon-respon siswa harus tetap terbuka. Dimana standar-standar kreativitas dan “permainan khayalan” disarankan tetap dilakukan. Disini reward bersifat internal, datang dari kepuasan dan kenyamanan siswa dalam aktivitas pembelajaran
Peran/ Tugas Guru
Dalam menerapkan metode pembelajaran dengan model sinektik, peran atau tugas guru dalam setiap pembelajaran yaitu :
- Mendukung keterbukaan, ketidakrasionalan, dan ekspresi yang kreatif
- Memperagakan ( jika perlu )
- Menerima seluruh respon siswa
- Memilih analogi-analogi yang membantu siswa untuk memperpanjang pemikiran mereka.
II. Permasalahan
Di beberapa sekolah atau bahkan hampir di setiap tingkat pendidikan dimana pembelajaran berlangsung, seringkali kegiatan pembelajaran dilakukan dengan ceramah, pembelajaran juga sangat jarang dilakukan dengan praktik atau demostrasi. Salah satu alasan yang sering dikemukakan oleh para pendidik atau guru adalah karena keterbatasan sarana dan prasarana yang dimiliki oleh sekolah tersebut, disamping itu juga kemampuan siswa masih rendah.
Salah satu indikator yang menunjukan kemampuan berpikir masih rendah tersebut adalah siswa jarang menyampaikan pendapat atau mengajukan pertanyaan maupun menjawab pertanyaan dari guru dan merasa takut pada saat mau memberikan tanggapan atau pendapat atas masalah yang diajukan oleh guru.
Secara khusus misalnya pada pelajaran Bahasa Indonesia untuk materi membuat karangan. Pada materi ini, kekreatifitasan sangat dibutuhkan, disaat inilah metode sinektik digunakan daripada hanya sekedar memberi penjelasan lalu siswa mengerjakan.
Misalnya pada materi menulis atau biasa dikenal dengan mengarang. Biasanya siswa hanya diberikan tema atau pokok pikiran saja lalu dibiarkan mengerjakan sendiri,sedangkan guru duduk diam tanpa memberikan bimbingan yang membantu siswa membuka pikirannya dalam mengerjakan tugasnya.
Hal ini disebabkan oleh kurangnya motivasi guru untuk melatih siswa menulis. Kegiatan menulis atau mengarang biasanya diminta guru dilakukan siswa setelah libur sekolah. Tema cerita seputar kegiatan liburan. Tulisan atau karangan siswa secara substansi tidak menyentuh aspek kognitif apalagi aspek afektif.
III. Solusi
Pelaksanaan pembelajaran menulis berdasarkan model sinektik dirancang berdasarkan model personal, yaitu suatu model pembelajaran yang menekankan kepada proses mengembangkan kepribadian individu siswa dengan memperhatikan kehidupan emosional. Model sinektik sendiri memfasilitasi siswa mengembangkan tiga aspek utama yang dimiliki siswa yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor secara serempak.
Model pembelajaran ini terdiri atas 7 tahap yaitu input substantif, analogi langsung, analogi personal, membandingkan analogi, menjelaskan berbagai perbedaan, eksplorasi, dan memunculkan analogi baru.
Pembelajaran bahasa untuk mengembangkan keterampilan menulis dilaksanakan dengan tahap-tahap berikut.
1) Input substantif: guru membagikan bacaan kepada siswa.
2) Analogi langsung: guru menjelaskan tentang bacaan kepada siswa.
3) Analogi personal: siswa membuat karangan sendiri berdasarkan bacaan.
4) Membandingkan analogi: siswa diskusi dengan teman dengan cara kelompok.
5) Menjelaskan berbagai perbedaan: siswa mengadakan diskusi kelas.
6) Eksplorasi: siswa diskusi dengan teman dengan cara kelompok.
7) Memunculkan analogi baru: siswa memberikan karangan yang sudah direvisi.
Tahapan-tahapan tersebut dilaksanakan dalam beberapa pertemuan,dimana setiap satu pertemuan membahas satu tahapan.
Melalui hasil penelitian Penerapan Model Sinektik Dalam Meningkatkan Kreativitas Menulis (Studi Kuasi Eksperimen dalam Pembelajaran Menulis pada Siswa Kelas I SMPN di Kota Palembang) didapatkan secara umum kemampuan menulis siswa sebelum model sinektik diberlakukan termasuk dalam kategori sedang yaitu 61,74%. Namun setelah model pembelajaran model sinektik diberlakukan, keterampilan menulis siswa meningkat menjadi 75,41%. Ini berarti bahwa kemampuan menulis siswa termasuk dalam kategori baik. Meningkatnya kemampuan menulis siswa menunjukkan bahwa model sinektik yang didasari oleh model berpikir induktif berkualitas. Hal ini sejalan dengan temuan Joyce, dkk. (1996) bahwa model tersebut meningkatkan kualitas menulis siswa.
Penutup
Secara umum, model ini membangkitkan kekreatifitasan siswa dalam berpikir dan menyelesaikan masalah baik secara kognitif, afektif maupun psikomotorik untuk semua mata pelajaran dan semua jenjang pendidikan dari SD hingga perguruan tinggi. Namun metode ini menghabiskan waktu cukup lama karena siswa harus merespons tahap demi tahap sampai tujuh tahap sehingga membuahkan hasil yang optimal. Secara spesifik, model ini memfasilitasi respons siswa dengan pertanyaan pemandu sampai tahap terakhir tahap ketujuh yaitu memunculkan analogi baru sehingga seluruh tahap-tahap sinektik dapat dilakukan oleh siswa.
Sudah saatnya bagi guru-guru untuk menjadi agen pembaharuan (innovator), secara khusus dalam pembelajaran menulis sehingga pembelajaran menulis mampu mengembangkan keterampilan berbahasa siswa. Untuk siswa sekolah menengah pertama, materi ajar yang dibutuhkan adalah bacaan yang mudah dipahami, mengandung kegiatan sehari-hari dan yang dapat membangkitkan kreativitas siswa dalam menulis sehingga mereka dapat merespons dengan menggunakan tahap-tahap yang berhubungan dengan itu seperti tahap-tahap sinektik. Selain itu juga menumbuhkan minat baca dan meningkatkan kesadaran pentingnya mengekspresikan hasil bacaan ke dalam kegiatan menulis. Kegiatan tulis-menulis inilah yang menjadi cikal bakal munculnya penulis-penulis andal yang dapat mengkomunikasikan ilmu di bidangnya masing-masing. Dengan demikian, masyarakat Indonesia mampu mengemukakan ilmu di bidangnya baik secara lisan maupun tulisan.
DAFTAR RUJUKAN
Joyce, B., Weil, M. dan Calhoun, E (2009). Models of Teaching. Eighth Edition. Upper Seddle River New Jersey:Pearson Education,Inc
hbis.wordpress.com/.../model-pembelajaran-sinektik-dan-pengelolaan-kelas/ - Tembolok Posted by Bustamam Ismail on May 14, 2010
pondokbahasa.wordpress.com/.../penerapan-model-sinektik-dalam-meningkatkan-kreativitas-menulis/ - Tembolok - Mirip Posted on Desember 15, 2008 by pondokbahasa
www.findtoyou.com/.../buku+model+pembelajaran+sinektik.html - Tembolok
Surya, Mohamad.DR. Prof, 2004. Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran. Bandung: Pustaka Bani Quraisy
pelayanankreatif.wordpress.com Posted April 7, 2008 by petrusfs in Uncategorized:creative ministry, creativity, kreatifitas, kreativitas, pelayanan kreatif.
No comments:
Post a Comment