Thursday, June 23, 2011

Ilustrasi Kasus Megamendung



A.    KONSELING PSIKOANALISIS

1.      Asumsi yang digunakan dalam membantu Megamendung
Freud memandang sifat manusia pada dasarnya pesimistik, deterministik,  mekanistik, dan reduksionistik. Dimana manusia dideterminasi oleh kekuatan-kekuatan irasional, motivasi-motivasi tidak sadar, kebutuhan-kebutuhan dan dorongan-dorongan biologis dan naluriah. Freud menekankan peran naluri-naluri yang bersifat bawaan dan biologis, ia juga menekankan pada naluri seksual dan impuls-impuls agresif. Berdasarkan ilustrasi kasus, depresi (murung dan menarik diri) yang dialami Megamandung merupakan tindakan mekanisme pertahanan ego, karena adanya ketidak seimbangan antara id, ego dan superego, yaitu dengan melakukan represi dan penolakan terhadap peristiwa meninggal ayahnya, karena dia tidak bisa mengarahkannya kepada orang lain sehingga Megamendung mengarahkan rasa bersalah itu kepada dirinya sendiri.

2.      Pembinaan hubunga konseling dengan Megamendung
Dalam konseling psikoanalisis terdapat 3 bagian hubungan konselor dengan klien (Megamendung), yaitu aliansi, transferensi, dan kontratransferensi :
Aliansi 
Konselor membantu Megamendung untuk dapat bersikap yang relatif rasional, realistik, dan tidak neurosis, hal ini merupakan pra-kondisi untuk terwujudnya keberhasilan konseling psikoanalisis.
Transferensi
Konselor mengalihkan segenap pengalaman masa lalu Megamendung terhadap ayahnya kepada konselor. Kemudian, konselor membantu Megamendung untuk mencapai pemahaman tentang  bagaimana dirinya telah salah dalam menerima,  menginterpretasikan, dan merespon pengalamannya pada saat ini dalam kaitannya dengan masa lalunya.



3.      Asesmen yang dilaksanakan
Konselor melakukan esesmen dengan mengidentifikasi konflik-konflik bawah sadar dari Megamendung, meliputi: Persepsi Megamendung terhadap dirinya, hubungan interpersonalnya, dorongan dan dinamika psikologis yang dialami, serta bagaimana Megamendung mengkontrol emosinya.

4.      Masalah yang dihadapi Megamendung
Megamandung mengalami represi dan penolakan sebagai mekanisme pertahanan dirinya terhadap peristiwa meninggal ayahnya, karena dia tidak bisa mengarahkan kepada orang lain sehingga Megamendung mengarahkan rasa bersalah itu kepada dirinya sendiri.

5.      Tujuan konseling bagi Megamendung
Tujuan konseling adalah untuk membentuk kembali struktur karakter Megamendung, dengan cara merekonstruksi, membahas, menganalisa, dan menafsirkan kembali pengalaman-pengalaman masa lampau, yang terjadi di masa kanak-kanak. Membantu Megamendung untuk membentuk kembali struktur karakternya dengan menjadikan hal-hal yang tidak disadari menjadi disadari oleh Megamendung. Secara spesifik, membawa Megamendung dari dorongan-dorongan yang ditekan (ketidaksadaran) berupa pengalaman masa lalu baik dengan orang tunya sebelum ayahnya meninggal dan hal-hal yang mengakibatkan kecemasan Megamendung, menuju ke arah perkembangan kesadaran intelektual,  menghidupkan   kembali  masa  lalu Megamendung dengan menembus konflik yang ditekan berupa urusan yang tidak selesai di masa lampau (unfinished business), memberikan kesempatan kepada Megamendung untuk  menghadapi situasi yang selama ini ia gagal mengatasinya yaitu peristiwa kematian ayahnya.





6.      Teknik-teknik konseling yang digunakan
n  Asosiasi bebas
Konselor membantu Megamendung untuk mengingat kembali pengalaman-pengalaman masa lampau dan pelepasan-pelepasan emosi yang berkaitan dengan peristiwa kematian ayahnya. Pada teknik asosiasi bebas Megamendung mengalami proses katarsis, dimana Megamendung dapat dengan bebas untuk mengemukakan segenap perasaan dan pikiran yang terlintas di benaknya, baik yang menyenangkan maupun yang tidak. Kemudian konselor berusaha untuk mengenali peristiwa-peristiwa yang di-repres dan dikurung oleh Megamendung dalam ketidaksadarannya.
n  Interpretasi
Konselor menafsirkan pengalaman Megamendung kemudian membimbingnya ke arah peningkatan pemahaman atas dinamika yang  tidak disadari olehnya berupa resistensinya dan penolakannya terhadap kematian ayahnya.
n  Analisis resistensi
Jika Megamendung mengalami resistensi dalam proses konseling. Konselor tidak bisa membiarkan hal ini terjadi karena akan menghambat proses konseling. Penafsiran terhadap resistensi harus dilaksanakan untuk membantu Megamendung untuk menyadari alasan-alasan yang ada di balik resistensi dan kemudian mampu menyelesaikan konfliknya secara realistis.
n  Analisis transferensi
Konselor membantu Megamendung untuk dapat mengatasi “urusan yang belum selesai” dengan orang-orang penting di masa lalu seperti ayahnya, yang terdistorsi ke masa sekarang dan memberikan reaksi kepada konselor sebagaimana dia bereaksi terhadap ayah pada masa ayahnya masih hidup. Di sini konselor melakukan penafsiran agar Megamendung  mampu menembus konflik masa lalu, dan menggarap konflik emosional yang terdapat pada hubungan terapeutiknya bersama sang konselor (yang dianggap sebagai ayahnya).



7.      Prosedur konseling yang digunakan
n  Konselor membantu Megamendung untuk menghayati kembali pengalaman-pengalaman masa kanak-kanaknya sehingga menemukan penyebab-penyebab ketidaksadaran yang menyebabkan dia menjadi murung, menarik diri dari teman-temannya serta keinginannya untuk berhenti bersekolah.
n  Konselor membantu Megamendung untuk menata pengalaman masa lampau, menganalisis, dan menafsirkannya dengan tujuan untuk merekonstriksi kepribadian Megamendung melalui asosiasi bebas, interpretasi, analisis transfrensi dan analisis resistensi.

8.      Terminasi dan tindak-lanjut konseling
Proses konseling akan berakhir jika Megamendung sudah dapat menyadari hal-hal ketidaksadaran yang menyebabkan dia berpikir dan berperilaku secara maladaptif (murung, menarik diri dari teman-temannya serta keinginannya untuk berhenti bersekolah). Tindak lanjut yang dapat diterapkan berupa penanaman ketidaksadaran yang positif yaitu cita-citanya yang ingin menjadi seorang peneliti seperti ayahnya.















B.     KONSELNG BERPUSAT PRIBADI

1.      Asumsi yang digunakan dalam membantu Megamendung
Dalam pendekatan person-centered, individu didasarkan pada empat keyakinan utama: 1) manusia yang dapat dipercaya, 2) manusia mempunyai sifat bawaan untuk bergerak menuju aktualisasi diri dan kesehatan, 3) manusia memiliki sumber daya inti untuk mengubah mereka ke arah diri yang positif, dan 4) manusia merespon untuk mereka dianggap unik dunia (dunia fenomenologi). Aktualisasi diri dipandang sebagai pengalaman kemanusiaan yang paling berarti, sehingga dengan mengaktualisasikan dirinya, manusia dapat menikmati segala aspek kehidupannya. Dalam kasus Megamendung telah jelas tentang apa yang diinginkan bagi hidupnya untuk diaktulisasikan, yaitu: menjadi seorang peneliti seperti ayahnya. Hal ini mengidikasikan bahwa, Megamendung mengalami incongruence dalam dirinya antara real-self dan ideal-self. Di satu sisi Megamendung masih menginginkan ayahnya tetap hidup namun kenyataannya ayah Megamendung telah meninggal dunia. Dan juga untuk menjadi seorang peneliti seperti ayahnya, apa dengan cara keluar dari sekolah? Namun, kita perlu ingat bahwa menurut pandangan Rogers, Megamendung memiliki potensi untuk dapat mengatasi masalahnya sendiri dan hanya Megamendunglah yang paling tau tentang dirinya saat ini.

2.      Pembinaan hubunga konseling dengan Megamendung
Dalam hubungan konseling, konselor tidak menitik beratkan pada diagnosis atau penggalian untuk memperoleh informasi dari masa lampau Megamendung. Sebaliknya, Megamendung akan didorong untuk secara bebas berbicara tentang perasaan-perasaan sedih dan menarik diri yang kadang muncul. Dalam hubungan konseling, konselor memberikan Megamendung kebebasan dan rasa aman untuk mengeksplorasi aspek-aspek yang mengancam dari dirinya dan menahan diri dari keinginan menghakimi dan mengkritik seperti ingin untuk keluar sekolah dan mengatakan bahwa bersekolah hanya membuang-buang waktu saja. Dengan jalan yang demikian konselor berbuat lebih banyak daripada sekedar merefleksikan isi verbalisasi-verbalisasi Megamendung. Megamendung dapat menggunakan hubungan dengan konselor untuk belajar menerima dirinya sendiri dengan segala kelebihan dan kekurangannya.

3.      Asesmen yang dilaksanakan
Dalam pendekatan Konseling Berpusat Pribadi, tidak diperlukan asesmen bagi Megamendung, karena menurut Rogers, dengan adanya asesment konselor akan “menilai” kliennya dan menjadi kontra-produktif, apalagi mengeksplorasi informasi/pengetahuan dengan masa lalu Megamendung.

4.      Masalah yang dihadapi Megamendung
Megamendung mengalami incongruence dalam dirinya antara real-self dan ideal-self. Pertama, Megamendung masih menginginkan ayahnya tetap hidup namun kenyataannya ayah Megamendung telah meninggal dunia. Keuda, Megamendung ingin menjadi peneliti seperti ayahnya tapi kenyataannya dia meminta kepada ibunya untuk keluar sekolah.

5.      Tujuan konseling bagi Megamendung
Tujuan utama dalam terapi Person centered adalah untuk memfasilitasi kepercayaan dan kemampuan individu pada saat ini yaitu konselor membantu klien menumbuhkan rasa percaya diri akan kemampuan yang dimilikinya apalagi sebelum ayah Megamendung meninggal, Megamendung merupakan anak yang ceria dan cerdas di sekolah serta banyak disukai teman-temannya. Konselor juga membantu klien dalam menentukan tujuan konseling yang hendak dicapai, karena dalam pendekatan ini klienlah yang menentukan tujuan konseling.
Konselor juga membantu klien dengan menciptakan iklim yang kondusif dalam proses tumbuh kembang klien sehingga menjadi pribadi yang berfungsi penuh dan mampu menerima kematian ayahnya saat ini maupun di masa mendatang. Dalam proses konseling diharapkan Megamendung mampu membuka “topeng” atau kepura-puraan yang menutupi dirinya sebagai pertahanan terhadap ancaman, yang menyebabkan Megamandung tidak bisa tampil secara utuh di hadapan orang lain, yaitu: teman-temannya, gurunya dan ibunya.

6.      Teknik-teknik konseling yang digunakan
Dalam Pendekatan  Person- centered, konselor tidak terlalu banyak menggunakan teknik-teknik seperti: penetapan tujuan, pemberian saran, penafsiran tingkah laku, pemilihan topik yang akan di eksplorasi, pertanyaan, dorongan, dan menginterpretasi masalah yang dialami oleh Megamendung. Namun, teknik yang digunakan konselor berkisar antara lain pada cara-cara penerimaan pernyataan (acceptance) dan congruence, nonjudgemental serta menghargai dan memahami Megamendung (empati understanding) sehingga pada akhirnya Megamendung merasa sepenuhnya diterima oleh konselor dan percaya diri untuk mengentaskan masalahnya.

7.      Prosedur konseling yang digunakan
n  Situasi konseling sejak awal adalah menjadi tanggung jawab Megamendung (Megamendung yang menentukan tujuan konseling), untuk itu konselor memfasilitasi dalam menggugah kesadaran Megamendung. Entah itu tujuannya untuk supaya Megamendung dapat menerima dirinya apa adanya sehingga tidak terjadi incongruence antara real self dan ideal self.
n  Konselor menumbuhkan keberanian Megamendung agar ia mampu mengungkapkan perasaannya, baik itu perasaan sedih, takut, marah, dan lain sebagainya, untuk itu maka konselor haruslah bersikap ramah, bersahabat, dan menerima konseli apa adanya dengan menggunakan “teknik-teknik” yang ada dalam Konseling Berpusat Pribadi.
n  Konselor menerima perasaan Megamendung serta memahaminya (empati understanding)
n  Konselor berusaha agar Megamendung dapat memahami dan menerima keadaan dirinya sendiri. Sehingga Megamendung tidak lagi merasa sendirian (konflik dengan teman, guru dan ibunya) sebab Megamendung mengambil resiko membiarkan terapis memasuki dunia pribadinya. Megamendung lambat laun akan memperoleh fokus yang lebih tajam atas apa yang dialaminya

n  Berkat perhatian dan kepercayaan Konselor, Megamendung dapat meningkatkan keyakinannya sendiri dan mempercayai kemampuan dirinya dalam menentukan pilihan sikap dan tindakan yang akan di ambil berupa menyelaraskan antara ideal self dan real self, dengan menerima keadaannya yang sekarang (ayahnya telah meninggal)
n  Konseli merealisasikan pilihannya itu untuk mengatasi kesulitan-kesulitannya dan menentukan cara hidup baru dengan mulai menerima dirinya apa adanya sekarang dan kemudian mengaktualisasikan dirinya seperti dulu (menjadi anak yang cerdas dan disukai teman-temannya)

8.      Terminasi dan tindak-lanjut konseling

No comments:

Post a Comment