Friday, June 24, 2011

Berpikir Secara Induktif Mengumpulkan, Mengorganisasi, Dan Mengolah Data


Pada dasarnya kemampuan untuk berpikir secara induktif merupakan suatu bakat alamiah yang dimiliki setiap manusia dengan ataupun tidak disadarinya. Untuk meningkatkan kemampuan ini, maka haruslah dibuat sebuah lingkungan pembelajaran yang efektif dan memberikan tanggungjawab kepada siswa untuk terus meningkatkan kefektivitasan mereka dalam membentuk dan menggunakan konsep, sehingga mereka sadar dalam mengembangkan keterampilan yang mereka miliki untuk menyelesaikan tugas yang mereka emban. Hal ini menunjukkan kemampuan berpikir induktif menjadi tujuan penting bahwa nantinya siswa tidak hanya diajarkan konsep-konsep melainkan juga mempraktikkan konsep-konsep tersebut.
Pedoman yang digunakan dalam membentuk lingkungan yang terus mengembangkan keterampilan proses berpikir, diantaranya:
1.      Berpikir dapat diajarkan, berarti membantu para siswa melalui praktik, untuk mengembangkan kemampuan berpikir induktif. untuk merealisasikan hal ini, dapat dilakukan dengan menyediakan seperangkat media yang didalamnya terdapat berbagai macam informasi yang terkait pembahasan tertentu dan meminta siswa untuk mempelajari informasi yang disajikan tersebut.
2.      Berpikir adalah suatu transaksi aktif antara individu dan data. Ini berarti bahwa siswa diberi sebuah paket data dari suatu bahasan tertentu. Mereka mengatur data ke dalam sistem konseptual, menghubungkan data yang ada, menemukan gambaran umum dari apa yang mereka hubungkan tersebut, dan membuat kesimpulan untuk hipotesa, memprediksi, dan menjelaskan fenomena. Kinerja berpikir abstrak (mental operations) tidak dapat diajarkan secara langsung dalam arti yang "diberikan oleh seorang guru” atau diperoleh dengan menyerap hasil pikiran orang lain. Namun guru bisa membantu siswa dengan memberikan tugas yang membutuhkan proses berpikir abstrak yang, melalui permodelan, dan dengan memberikan dukungan tidak langsung kepada anak-anak untuk menjadi lebih mahir.
3.      Proses pemikiran yang berurutan itu "sah". Untuk menguasai keterampilan berpikir tertentu, maka seseorang harus menguasai konsep yang sebelumnya, dan urutan ini tidak dapat dibalik. Oleh karena itu, konsep yang disahkan ini memerlukan strategi pengajaran yang mengamati urutan.

Tiga Strategi Mengajar
Taba mengidentifikasi tiga keterampilan berpikir induktif dan kemudian menjelaskan tiga strategi mengajar tersebut untuk mengembangkannya. Tiga strategi mengajar tersebut antara lain:
1.        Pembentukan Konsep
Tahap pembentukan konsep ini mencakup (1) Mengidentifikasi dan menghitung data yang relevan untuk suatu topik atau masalah tertentu, (2) mengelompokkan hal-hal tersebut ke dalam kategori-kategori secara umum, dan (3) mengembangkan nama untuk kategori-kategori tersebut. Untuk melibatkan siswa dalam masing-masing kegiatan. Pembelajaran diarahkan dalam bentuk tugas yang diberikan kepada siswa. Misalnya, meminta siswa untuk “mencari data pendapatan per kapita dan pertumbuhan penduduk untuk 12 negara dari masing-masing wilayah utama dunia” hal ini akan menginduksi siswa untuk membuat file data Tugas. “Tentukan negara mana yang paling mirip” hal ini akan menyebabkan siswa untuk melakukan pendataan dalam bentuk daftar. Kemudian bertanya “akan kita sebut apa kelompok ini” merupakan sesuatu pekerjaan awal yang kemungkinan dapat mendorong orang untuk mengembangkan label atau kategori.
Setiap kegiatan yang muncul sebagai hasil dari strategi pembelajaran mencerminkan proses kerja mental yang tersembunyi dari pandangan. Taba yang disebut sebagai “Rahasia.” Tabel dibawah ini akan mengilustrasikan hubungan antara kegiatan yang tampak dalam model pembentukan konsep, proses kerja mental yang kemungkinan besar siswa lakukan selama kegiatan dan pertanyaan-pertanyaan yang dapat digunakan guru untuk memimpin siswa melalui kegiatan masing-masing.
Kegiatan
Proses Kerja Mental yang Tercakup
Pertanyaan yang Dimunculkan
Penghitungan, pendaftaran


Pengelompok



Pelabelan, pengkategorian
Pembedaan (mengidentifikasi perbedaan setiap item)

Mengidentifikasi kategori secara umum, pengabstrakan


Menentukan urutan dari setiap item 
Apa yang kamu lihat, dengar, dan catat?

Apa hubugan antara semuanya? Dalam kategori apa?

Bagaimana kamu menamai kelompok ini? Apa berhubungan dengan apa?


2.        Interpretasi Data
Strategi pengajaran kedua yakni penginterpratasian data yang dilakukan selama proses kerja mental berlangsung, kegiatan ini mencakup penafsiran, penyimpulan, dan penggambaran secara umum. Tabel dibawah ini akan menunjukkan hubungan antara kegiatan yang sedang berlangsung dengan proses kerja mental dalam penafsiran data dan pertanyaan-pertanyaan yang dapat digunakan guru untuk memimpin siswa melalui kegiatan masing-masing.
Pada dasarnya, siswa membangun hipotesis tentang hubungan yang ada, menyimpulkan sebab akibat, dan dan menjelajahi hipotesis ini untuk penggambaran secara umum. Pada tahap pertama, guru memberikan pertanyaan untuk mengarah siswa untuk mengidentifikasi aspek penting dari data, selanjutnya meminta siswa untuk mengeksplorasi hubungan yang ada didalamnya. Di sini. guru memberikan pertanyan yang difokuskan pada aspek sebab dan akibat.

Kegiatan
Proses Kerja Mental yang Tercakup
Pertanyaan yang Dimunculkan
Mengidentifikasi hubungan yang penting

Mengeksplorasi hubungan




Membuat kesimpulan
Pembedaan


Menghubungkan kategori antara yang satu dengan yang lain
Menentukan hubungan sebab-akibat

Menemukan impliksi dari data yang diperoleh, dan melakukan eksplorasi
Apa yang kamu catat, lihat dan temukan?

Mengapa ini terjadi?





Apa arti semua ini?
Apa yang kamu pikirkan?
Apa yang dapat kamu simpulkan?
Simak
Baca secara fonetik

3.        Pengaplikasian Prinsip
Tugas yang ketiga yakni menerapkan prinsip-prinsip untuk menjelaskan fenomena baru (memprediksi konsekuensi dari kondisi yang telah ditetapkan). Strategi ini mengikuti mencakup: siapa yang akan memimpin siswa dalam konsep sebuah tatanan kegiatan untuk kegiatan pengumpulan dan interpretasi data dan kemudian pada kegiatan aplikasi beberapa prinsip. Pada tahap tertentu, siswa perlu untuk memperluas kapasitas mereka dalam mencakup semua informasi. pertama mengembangkan konsep baru, kemudian mengembangkan cara-cara baru menerapkan prinsip-prinsip tersebut dalam situasi baru. Tabel dibawah ini akan menunjukkan hubungan antara kegiatan yang sedang berlangsung dengan proses kerja mental dalam penafsiran data dan pertanyaan-pertanyaan yang dapat digunakan guru untuk memimpin siswa melalui kegiatan masing-masing.
Kegiatan
Proses Kerja Mental yang Tercakup
Pertanyaan yang Dimunculkan
Memprediksi konsekuensi, mengeksplorasi data asing, dan membuat hipotesis

Merencanakan dan atau mendukung prediksi dan hipetesis tersebut

Memeriksa kembali prediksi tersebut.

Menganalisa penyebab alami suatu masalah atau situasi, mengambil pengetahuan yang relevan

Menentukan hubungan umum yang utama untuk prediksi atau hipotesis

Menggunakan prinsiplogika atau ilmu pengetahuan yang faktual untuk menentukan kondisi yang diperlukan
Apa yang terjadi jika ...?





Mengapa kamu pikir hal ini bisa terjadi?


Apa yang harus dilakukan untuk menjadikan hal ini menjadi kenyataan?

Strategi pertama yakni menuntut siswa untuk memprediksi akibatnya.mengeksplorasi data asing, atau hipotesis. Pada tahap kedua, sebagian besar siswa diminta untuk untuk menjelaskan atau mendukung prediksi atau hipotesis yang telah mereka buat sebelumnya.
Model Pengajaran
Sintaks
Ketiga strategi mengajar ini sangatlah mirip antara satu dengan yang lain. Setiap strategi tersebut dibangun dalam proses kerja mental: mengkonsep informasi, menginterpretasi data, dan penerapan prinsip atau ide. Dalam setiap kasus, strategi akan melibatkan aktifitas yang menuntut siswa untuk melalui proses kerja mental tertentu untuk mendukung aktifitas mereka. Dengan demikian, urutan dari stategi pembelajaran mungkin akan disertai dengan proses kerja mental. Dalam kasus yang lain, strategi yang guru dapat lakukan yakni dengan memberikan pertanyaan untuk memandu siswa dari satu tahapan ke tahapan berikutnya.
Untuk mengajarkan siswa agar menanggapi model. disarankan para guru untuk mulai memimpin siswa dengan melakukan kegiatan yang didasarkan pada data yang disajikan kepada mereka dan diakhir sesi pengajaran juga mendorong siswa untuk membuat dan mengorganisir sejumlah data.

Sistem Sosial
Dalam keseluruhan strategi tersebut, suasa kelas sangatlah membantu, dengan sebuah kesepakatan yang baik oleh setiap siswa. Karena guru pada umumnya menjadi pribadi pencetus dalam setiap tahap, dan setiap aktifitas telah ditentukan sebelumnya, maka guru tersebut telah mulai melakukan kontrol, kerjasama, dan pemposisisian. Bagaimanapun, selama siswa belajar tentang strategi ini, mereka tetap memerlukan kontrol yang tepat.

Prinsip dari Reaksi
Guru telah disediakan petunjuk yang jelas untuk bereaksi dan merespon dalam setiap tahapan. Dengan menggunakan tugas-tugas kognitif dalam setiap strategi, guru harus yakin bahwa tugas-tugas kognitif tersebut dapat berjalan optimal, dan juga pada berlangsung pada waktu yang tepat. Pengaturan tugas sebelumnya membutuhkan pembelajaran atas data yang disajikan tersebut sebelum proses mengategorisasikan dan menemukan hubungan yang mengikuti dari pengategorisasian tersebut. Tugas mental guru dalam rangka strategi adalah untuk memantau bagaimana siswa memperoses informasi dan kemudian digunakan untuk mendapatkan pertanyaan yang tepat. atjalan Penting tugas bagi guru ialah merasakan/mengetahui kesiapan siswa untuk pengalaman baru dan aktifitas kognitif baru dengan menambahkan dan menggunakan pengalaman-pengalaman yang telah diperoleh sebelumnya.

Dukungan Sistem
Strategi-strategi ini dapat digunakan di wilayah manapun yang memiliki sejumlah besar data yang perlu untuk diorganisir. Sebagai contoh, dalam mempelajari aspek-aspek ekonomi dari berbagai bangsa, siswa mungkin memerlukan sejumlah besar data tentang ekonomi daerah yang mereka pelajari dan data statistik tentang hubungan dunia dengan semua itu. Kemuadian pekerjaan guru yakni untuk membantu mereka memproses data dalam meningkatkan cara secara kompleks dan, pada saat yang sama waktu,  untuk meningkatkan kapasitas secara umum dari sistem pengolahan data mereka.

Aplikasi
Semenjak setiap strategi pembelajaran ini dibangun dalam sebuah proses mental secara khusus, atau kognitif, tugas, penerapan utama dari sebuah model yakni untuk meningkatkan kapasitas berpikir. Bagaimanapun, dalam sebuah latihan untuk meningkatkan kapasitas berpikir, stategi yang digunakan dengan nyata meminta siswa untuk mencerna dan memperoses sejumlah besar informasi. Model dapat digunakan dalam berbagai area kurikulum mulai dari TK hingga SMA. Strategi ketiga, dengan memasukkan siswa dalam data yang diberikan, merupakan usaha yang disengaja untuk meningkatkan produktifitas atau kreatifitas berpikir. Proses secara induktif tersebut mencakup kreatifitas dalam mengolah informasi, seiring penggunaan informasi tersebut untuk memecahkan permasalahan.
Konsep stategi informasi dapat digunakan dengan siswa dalam berbagai umur. Mulai dari TK hingga perguruan tinggi.
Model memungkinkan siswa untuk mengumpulkan informasi dan melatihnya secara teliti, untuk mengorganisirnya kedalam konsep, dan untuk belajar mengolah konsep tersebut. Jika digunakan secara reguler, stategi tersebut dapat meningkatkan kebiasaan siswa untuk membentuk konsep dengan efektif dan juga menggunakan perspektif-perspektif yang berbeda, dari sudut pandang mereka terhadap sebuah informasi.
Sebagai contoh, jika sebuah kelompok secara reguler terlibat dalam aktifitas secara induktif, kelompok dapat lebih dan terus diberikan berbagai sumber data. Siswa dapat belajar untuk mengolah data dari berbagai sisi dan untuk meneliti dengan cermat berbagai aspek dari objek dan kejadian. Bayangkan siswa-siswa yang mempelajari masyarakat secara intens, kita dapat mengharapkan bahwa pada data awal yang mereka kumpulkan pasti dangkal, tetapi dengan mereka meningkatkan kejelian mereka dalam mengumpulkan keterangan/meneliti, maka akan terus menambah perbendaharaan perlengkapan/hal yang dapat mereka gunakan untuk mengklasifikasikan data-data tersebut, dan juga, jika siswa dalam kelas bekerja dalam kelompok untuk membentuk konsep dan data, dan kemudian kelompok-kelompok tersebut saling berbagi/mendiskusikan tentang ketagori yang mereka kembangkan, mereka akan saling mendorong untuk melihat informasi dari perspektif yang berbeda.
Siswa juga bisa belajar untuk mengkategotikan kategori-kategori. Bayangkan siswa yang dapat mengklasifikasikan puisi atau cerita pendek. Mereka dapat membangun konsep lebih lanjut dari kategori-kategori tersebut. Terkadang kita menciptakan dan mengoranisir sejumlah data untuk diklasifikasi siswa, dan terkadang jika juga membantu mereka untuk menciptakan dan mengorganisir data tersebut.
Model ini sangat memungkinkan untuk digunakan dalam gaya pembelajaran yang sangat luas. Hunt, Joyce, Greenwood, Noy, Reid, dan weil (1981) mengeksplorasi proses-proses induktif pada siswa yang relatif kaku dan pada siswa yang fleksibel. Mereka menunjukkan bahwa kedua jenis siswa ini mampu melibatkan diri mereka dalam proses induktif, meskipun siswa yang fleksibel mendapatkan hasil yang lebih besar. Hal yang lebih penting, mereka menemukan bahwa praktik dan pelatihan dapat meningkatkan efektivitas dan siswa-siswa tersebut dapat belajar menerapkan kegiatan induktif secara mandiri dalam kehidupan masing-masing siswa.
Beberapa tips untuk mengajar secara induktif yang diberikan Joyce untuk dapat diterapkan dalam proses pembelajaran, antara lain sebagai berikut.
1.      Praktik. Terus menerus mempraktikkan strategi ini dalam proses pembelajaran. Mengurangi keresahan yang hanya akan mengurangi dan menghambat praktik.
2.      Mempelajari bagaimana siswa berpikir. Kegiatan ini akan memberikan jalan masuk ke dalam pikiran mereka. Semakin baik kita menangani pemikiran mereka, maka semakin banyak pula hal yang dapat kita sesuaikan.
3.      Berusaha untuk terus membantu siswa belajar bagaimana belajar. Mengajarkan siswa untuk memahami sebuah bacaan, mengajarkan kepada siswa bagaimana memahami dan membuat prediksi berdasarkan pemahaman mereka.
4.      Proses induktif membawa siswa untuk mengeksplorasi suatu bidang materi sebagai suatu komunitas pembelajar yang terlatih untuk menguasai bidang tersebut.
5.      Kecuali berkonsentrasi pada elemen-elemen fonetik dan kosa kata yang baru dipelajari, kata-kata seharusnya disampaikan dalam kalimat yang menyediakan isyarat konteks dan jenis aktifitas dekat yang dibawa untuk meyakinkan bahwa ada makna/arti yang dibangun.
6.      Menggunakan model ini dalam bidang-bidang kurikulum. Menggunakannya untuk mengajarkan materi, bukan pada aktifitas harian.
7.      Memastikan seperangkat data yang disajikan memiliki ciri, baik untuk pembentukan konsep maupun pencapaian konsep.
8.      Berhati-hati dalam mengjarkan kalimat “lengkap” dan “tidak lengkap”. Siswa sebelumnya mengerti tentang subyek dan predikat, dan setidaknya dapat mengerti subjek secara eksplisit dan implisit.
9.      Membedakan antara fakta dan pendapat yang mungkin tidak cocok untuk dieksplorasi secara singkat. Dalam proses pembelajaran, fakta dan pendapat yang disajikan hanya dapat dipergunakan jika siswa telah mengetahui yang mana fakta dan yang mana pendapat.
10.  Dalam ilmu sains, cobalan berfokus pada hal-hal (benda-benda) dimana siswa dapat mengumpulkan data mentah.
11.  Siswa memungkinkan untuk membuat dan mendapat kategori-kategori yang berciri ganda.
12.  Dalam mengajarkan konsep-konsep perlu diingat bahwa dalam setiap konsep tersebut terdapat banyak sub kategori.
13.  Memberikan “penekanan” ulasan untuk serangkaian data yang tergolong rumit.
14.  Mempelajari ciri-ciri sesuatu dapat memberikan atau menjadi inisiatif masalah yang menarik untuk dipelajari dengan lebih lanjut.
15.  Kembali pada karakteristik-karakteristik.
16.  Mempertimbangkan terlebih dahulu jika akan menyajikan objek dengan tantangan yang cukup rumit pada awal proses pengajaran.

DAFTAR RUJUKAN

Java, H. V. 2010. Strategi Pembelajaran Model Taba (Berfikir Induktif), (online), (http://www.papantulisku.com/2010/04/strategi-pembelajaran-model-taba.html, diakses tanggal 15 Desember 2010).

Joyce, B. Emily Calhoun, Marsha Weil. 1996. Models of Teaching. New Jersey: Pearson Education.

Junaidi, W. 2009. Model Pembelajaran Berpikir Induktif, (online), ( http://wawan-junaidi.blogspot.com/2009/06/model-pembelajaran-berpikir-induktif.html, diakses tanggal 15 Desember 2010).

6 comments: