Penulis buku ini, Duane Brown, terinspirasi oleh pidato Martin Luther King Jr “I Have a Dream” yang memimpikan tentang Amerika Serikat yang terbebas dari rasisme dan diskriminasi, serta menjadi negara yang semua menjamin bahwa semua warganya mendapatkan kesempatan yang sama di segala bidang. Namun hingga kini kondisi itu belum sepenuhnya tercapai, masih banyak warga minoritas yang tidak mendapatkan haknya dengan layak, termasuk dalam hal mendapatkan pekerjaan, bahkan para aktivis di awal gerakan vokasional juga memperjuangkan kemerdekaan kaum minoritas atas persamaan haknya dalam bidang ekonomi.
Dalam tabel di bawah ini akan disampaikan beberapa informasi tentang masalah-masalah ketidakadilan sosial yang diterima oleh warga minoritas di Amerika Serikat,
PENDAPATAN
Masalah keadilan sosial lain yang terjadi di AS, yaitu :
- Pilihan pekerjaan yang bisa diakses oleh warga kulit hitam hanya 1/3 dari kesempatan yang dimiliki oleh orang kulit putih
- Kaum homoseksual belum mendapatkan hak yang sama dalam bidang pekerjaan
- PHK massal dan Outsourcing
Menyikapi sejumlah masalah di atas, Blustein dkk (2005) menyarankan perlu adanya redefinisi terhadap konsep teori dan praktek perkembangan karir di AS. Asumsi lama bahwa perkembangan karir itu harus linear logic, objective truth, dan menekankan pada bukti-bukti empiris, harus diganti dengan pendekatan recursive thinking, relativisme, dan subjective reality of posmodernisme. Praktek perkembangan karir dengan menggunakan pendekatan lama dianggap bebas nilai individu dan berpihak pada penguasa, serta tidak memperhatikan faktor-faktor yang mengarah ke penekanan, diskriminasi, dan marginalisasi. Pendekatan lama dianggap tidak mampu menyelesaikan masalah ketidakrataan distribusi kekuasaan dan uang di AS, dan tidak berpihak pada kaum minoritas, seperti orang miskin, kaum dari ras yang berbeda, dan orang-orang cacat.
Kemudian Blustein menyarankan pendekatan emancipatory communitarianism, yaitu sebuah konstruk yang memfokuskan praktek perkembangan karir baik pada individu maupun sistem yang berlaku, pendekatan ini menghargai nilai-nilai keadilan sosial dan keberagaman manusia. Blustein dkk menyarankan penggunaan emancipatory communitarianism ini digabungkan dengan teori-teori yang sudah ada sehingga yang akan menghasilkan sebuah pendekatan yang mampu menyiapkan individu untuk mengambil pilihan-pilihan karir yang tepat. Menurut Blustein seorang konselor karir bisa menggunakan teori dari bidang ilmu lain dalam prakteknya, seperti dari bidang psikologi massa, teori perkembangan dan perubahan organisasi, dan teori-teori lain yang berhubungan dengan proses perubahan. Yang terpenting dari seorang konselor karir adalah kesediaannya untuk membuka cakrawala pengetahuannya dan belajar dari dari bidang ilmu lain, karena keterampilan dasar yang harus dimiliki oleh seorang konselor karir kemampuannya untuk mengadakan konseling karir baik secara individu maupun kelompok, mampu melaksanakan pelatihan karir, merencanakan karir dan pendidikan, melakukan assessment, dan membuat program-program layanan yang bisa memenuhi semua kebutuhan semua klien, termasuk di dalamnya siswa berkebutuhan khusus, orang cacat, dan juga para korban PHK. Yang tidak kalah penting untuk dikuasai oleh seorang konselor karir adalah dia harus menguasai hukum dan perundangan yang berlaku di suatu negara.
A. SEJARAH SINGKAT PERKEMBANGAN BK KARIR DI AMERIKA SERIKAT
TAHUN | PERISTIWA |
1895 | George Merril mengadakan eksperimen kegiatan bimbingan karir di California School of Mechanical Arts, San Fransisco |
1898 | Jesse B. Davis memberikan informasi dunia kerja kepada siswa di Central High School, Detroit. Pada tahun 1907 pindah dan menjadi kepala sekolah di Grand Memphis, dan mengintruksikan kepada guru untuk menghubungkan mata pelajaran dengan karir |
1905 | Frank Parson mendirikan Breadwinner’s Institute, sebuah pusat pendidikan yang berkelanjutan bagi para imigran dan generasi muda, di Civic Service House, Boston. Pada tahun 1908 Frank Parson menerbitkan buku Choosing a Vacation, yang merupakan buku panduan dari gerakan bimbingan karir di awal abad 20 |
1908 | Anna Y. Reed di Seattle, dan Eli Weaver di Brooklyn mengembangkan program bimbingan karir di sekolahnya masing-masing |
1913 | Organisasi vokasional yang pertama yaitu The National Vocational Guidance Association (NVGA) berdiri di Grand Memphis |
1917 | Penggunaan alat tes yang pertama yaitu Army Alpha bagi para tentara perang dunia I |
1921 | The National Vocational Guidance Bulletin, dipublikasikan untuk pertama kalinya, sekarang jurnal ini berubah nama menjadi Occupations: the Vocational Guidance Journal |
1939 | Departemen tenaga kerja AS menerbitkan edisi pertama the Dictionary of Occupational Titles (DOT) |
1939 | E.G. Williamson menerbitkan How to Counsel Students, salah satu buku bacaan wajib dalam konseling karir |
1951 | NVGA bersama beberapa organisasi lain melakukan merger dan membentuk the American Personnel and Guidance Association (APGA) |
1959 | John Holland menerbitkan “A Theory of Vocational Guidance” dalam Journal of Counseling Psychology, yang merupakan cikal bakal dari teorinya tentang pemilihan karir |
1982 | NVGA menetapkan kompetensi bagi konselor karir |
1995 – 1997 | Departemen tenaga kerja AS merevisi DOT menjadi O*NET, dan disempurnakan hingga tahun 2001 |
B. KEBUTUHAN LAYANAN PERKEMBANGAN KARIR
Berdasarkan hasil survey yang dilakukan oleh NCDA, didapatkan hasil bahwa
· Setiap tahun 1 dari 10 orang dewasa di AS, atau sekitar 16,7 juta jiwa membutuhkan bantuan dalam memilih, mengganti, atau mendapatkan pekerjaan baru
· Sebanyak 81% dari para pekerja tersebut merasa kurang puas terhadap pekerjaannya
· Sekitar 7 dari 10 orang pekerja menyatakan jika mereka mendapatkan kembali kesempatan untuk memulai lagi dari awal, mereka akan terlebih dahulu mencari informasi sebelum memutuskan untuk mengambil sebuah pekerjaan
· Sebanyak 4 dari 10 pekerja mendapatkan pekerjaannya tanpa perencanaan, bahkan beberapa pekerja yg mempunyai latar pendidikan yang lebih tinggi menyatakan bahwa mereka mendapatkan pekerjaan secara tidak sengaja
· 30% dari pekerja yang disurvey mengatakan bahwa mereka tidak mempunyai informasi apapun ketika mencari pekerjaan.
Serangkaian dari hasil survey ini menggambarkan bahwa kebutuhan untuk peningkatan layanan BK karir masih sangat diperlukan. Dari hasil survey NCDA yang lain pada tahun 1999 didapatkan hasil bahwa dalam pemberian informasi karir juga harus dijelaskan tentang pengaruh dari kondisi ekonomi global di masa depan. Survey menunjukkan bahwa sebagian besar pekerja tidak mengerti apa yang sedang terjadi dengan ekonomi dunia saat ini, terbukti hanya sekitar 53% dari responden yang menyadari bahwa mereka perlu meningkatkan kualitas diri dalam rangka menyambut persaingan global.
Kebutuhan Siswa SMU
Masalah yang kerap dihadapi oleh siswa SMU adalah ketidaksiapan mereka menghadapi masa transisi setelah lulus sekolah menuju dunia kerja, transisi yang terjadi lebih disebabkan karena mereka tidak mempunyai skill tertentu yang bisa diterapkan dalam dunia kerja. Belum lagi ketika mereka harus menghadapi perubahan-perubahan di tempat kerja, kompetisi dengan tenaga kerja dari luar negeri, yang kesemuanya itu akan menjadi tantangan yang harus dihadapi oleh para siswa di masa depan. Kebutuhan akan program pendidikan karir yang baik menjadi sebuah hal yang mutlak dilaksanakan di sekolah-sekolah, serta peningkatan kualitas layanan oleh konselor sekolah dan para pendidik lain yang juga sangat dibutuhkan untuk membantu lulusan SMU menghadapi dunia kerja.
Korban PHK
PHK adalah pemutusan hubungan kerja yang dilakukan oleh perusahaan karena beberapa alasan, misalnya untuk alasan efisiensi atau bahkan karena penutupan pabrik/kantor. Di AS, PHK masih menjadi masalah utama bagi para pekerja, jumlah juga masih tinggi sekitar 20% dari angkatan kerja, dari jumlah itu hanya 43% yang mendapatkan pekerjaan di tempat lain, atau dipanggil kembali oleh perusahaan, dengan pemotongan gaji sebanyak 20% dari gaji sebelumnya.
C. PENDIDIKAN DAN PEKERJAAN : ISU KEMISKINAN
Pada tahun 2000 BLS (the Bureau of Labor Statistics) melaporkan bahwa sekitar 6,4 juta jiwa diklasifikasikan sebagai pekerja miskin, yaitu orang yang telah bekerja selama 27 minggu namun penghasilannya masih berada dalam standar kemiskinan, hasil selengkapnya dapat dilihat dalam tabel di bawah ini :
Dari 3 tabel di atas dapat kita lihat bahwa terdapat hubungan yang erat antara tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, dan keberhasilan/tingkat kesejahteraan yang didapat oleh pekerja.
D. ISTILAH-ISTILAH DALAM PERKEMBANGAN KARIR
Definisi Position, Job, Occupation, Career, dan Career Development
Seorang sosiolog karir bernama Shartle (1959) mendefinisikan sejumlah istilah dalam bidang karir yang kemudian mendapat persetujuan dari NCDA. Position, menurut Shartle adalah sekelompok tugas/gugus tugas yang dilakukan oleh seorang individu. Sementara Job, adalah sekelompok position yang sama dalam sebuah bisnis, sedangkan occupation adalah sekelompok job dalam beberapa bisnis.
Jika definisi position, job, dan occupation telah banyak diterima dengan baik, tidak demikian halnya dengan istilah career/karir, sedikitnya terdapat 5 perbedaan definisi yang disampaikan oleh beberapa pakar, di antaranya :
a) Sears (1982) mendefinisikan karir sebagai sebuah totalitas dari pekerjaan yang dilakukan seseorang dalam kehidupannya
b) Menurut McDaniels (1989), Career = work + leisure
c) Hansen (1997), karir adalah serangkaian position yang ditekuni seseorang selama hidupnya
d) Super (1976), rangkaian peristiwa yang membentuk sebuah kehidupan, serangkaian occupation dan peran kehidupan lain yang digabungkan dan menunjukkan komitmen seseorang terhadap pekerjaannya dalam pola perkembangan dirinya
e) Herr & Cramer (1996) berpendapat bahwa karir bersifat unik bagi tiap individu, terbentuknya dari pilihan yang diambil oleh individu tersebut. Karir juga bersifat dinamis, dan bukan hanya mencakup pekerjaan namun segala sesuatu yang terjadi sebelum dan sesudah sebuah pekerjaan dilakukan, dan terintegrasi dengan peran kehidupan lainnya dalam keluarga, masyarakat, dan kegiatan yang dilakukan pada waktu luang.
Dari kelima definisi tersebut 2 definisi yang terakhir merupakan pengertian yang bersifat holistik karena mencakup semua segi kehidupan manusia, namun kurang bisa diterima secara universal. Definisi yang paling sering digunakan adalah pendapat McDaniels dan Sears. Sears (1982) juga membuat definisi tentang career development/perkembangan karir, yaitu proses sepanjang kehidupan yang melibatkan faktor-faktor psikologis, sosiologis, pendidikan, ekonomi, fisik, dan kesempatan, yang saling berinteraksi untuk mempengaruhi karir seseorang. Leong (1991), Luzzo (1992), dan Fitzgerald & Betz (1994) menambahkan kebudayaan dalam faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan karir seseorang.
Career Intervention / Intervensi Karir
Menurut Spokane (1991), career intervention atau intervensi karir adalah sebuah kegiatan yang dengan sengaja dilakukan untuk meningkatkan sejumlah aspek perkembangan karir seseorang, termasuk di dalamnya mempengaruhi proses pengambilan keputusan karir. Terdapat beberapa jenis intervensi karir, yaitu bimbingan karir, program perkembangan karir, pendidikan karir, konseling karir, informasi karir, dan pelatihan karir.
Career Guidance/Bimbingan karir adalah usaha-usaha yang disusun dengan sistematis, yang dirancang untuk mempengaruhi aspek perkembangan karir sekelompok klien, misalnya siswa SMU atau mahasiswa. Program bimbingan karir biasanya berisi sejumlah usaha sistematis untuk memberikan informasi karir, kegiatan-kegiatan untuk meningkatkan kesadaran diri, kegiatan perencanaan karir individu maupun kelompok, job placement, dan lain sebagainya. Istilah program bimbingan karir sudah banyak diganti dengan menggunakan istilah program perkembangan karir.
Career Education/Pendidikan karir, yaitu langkah-langkah sistematis yang digunakan untuk mempengaruhi perkembangan karir siswa (dan orang dewasa lainnya) melalui beberapa strategi pendidikan, termasuk di dalamnya memberikan informasi karir, memasukkan informasi yang berhubungan dengan karir ke dalam kurikulum sekolah, melakukan kunjungan ke pabrik-pabrik atau tempat usaha lainnya, mengundang para praktisi untuk membicarakan tentang pekerjaan mereka, membuat kegiatan kelas yang berhubungan dengan karir, magang, dan membuat laboratorium karir.
Career Counseling/Konseling karir, adalah layanan yang diberikan kepada individu atau kelompok klien yang membutuhkan bantuan pemilihan karir, atau sedang mengalami masalah dengan penyesuain karirnya. Tahapan dalam kegiatan konseling karir yaitu rapport, mencari sumber masalah, penetapan tujuan, intervensi, dan terminasi. Menurut Brown & Brooks (1991) setelah mengikuti konseling karir, klien diharapkan dapat membuat pilihan karir dengan tepat, meningkatkan keyakinannya terhadap jenis pekerjaan yang sedang ditekuninya, meningkatkan pemahaman diri, meningkatkan pengetahuan tentang jenis pekerjaan, memiliki strategi dalam menyesuaikan diri dengan pekerjaan, memiliki strategi untuk menghubungkan pekerjaan dengan kehidupannya, serta meningkatkan kesehatan mental.
Career Information/Informasi karir, di Amerika Serikat sering diidentikkan dengan Labor Market Information (LMI), yang menyediakan informasi komprehensif seputar tren pekerjaan dan jenis-jenis industri yang sedang berkembang. Informasi karir dapat dijumpai dalam berbagai bentuk seperti selebaran, film, rekaman audio, maupun video. Belakangan, sumber informasi tentang karir bisa dengan mudah kita dapatkan melalui internet. Kementerian tenaga kerja AS banyak mengeluarkan pengumuman-pengumuman dengan menggunakan media internet, termasuk program O*NET (the Occupational Information Network) yang berisi sumber informasi pekerjaan paling up-to-date, dan merupakan sumber data dari segala macam informasi pekerjaan di AS
Career Coaching/Pelatihan karir, yaitu usaha yang dilakukan oleh pelaku bisnis dan industri untuk memfasilitasi perkembangan karir para pekerjanya. Kegiatan pelatihan karir dimaksudkan untuk mengidentifikasi kesempatan-kesempatan yang ada dalam pekerjaan, dan persiapan untuk memasuki posisi baru. Dalam kegiatan ini klien dibantu untuk mengembangkan kemampuan manajemen, bagaimana bekerja dengan lebih efektif, bagaimana menghadapi transisi, termasuk mengembangkan kemampuan untuk mencari pekerjaan baru.
E. ORGANISASI DAN PUBLIKASI
Organisasi yang menaungi para konselor karir, konselor sekolah, psikolog konseling, dan profesi lain yang berhubungan dengan proses perkembangan karir adalah the National Career Development Association (NCDA). Organisasi ini berdiri pada tahun 1913 dengan nama the National Vocational Guidance Association (NVGA) sebagai bagian dari the American Counseling Association (ACA). NCDA menerbitkan jurnal yang bernama Career Development Quarterly.
F. DEFINISI WORK / BEKERJA
Dalam kamus Webster New Universal Unabridged, work/bekerja diartikan sebagai “mengeluarkan tenaga atau usaha yang diarahkan untuk menghasilkan atau menyelesaikan sesuatu”. Definisi ini seiring dengan definisi yang disampaikan oleh sebagian besar sosiolog dan psikolog, yaitu bahwa work dapat dilakukan di luar job, apa yang dilakukan oleh suami/istri di rumah juga termasuk dalam kategori pekerjaan, demikian juga dengan pekerjaan-pekerjaan suka rela lainnya. Namun tidak semua pengerahan energi bisa dianggap sebagai bekerja, seperti ketika kita mengeluarkan tenaga untuk kegiatan di waktu senggang, seperti berolah raga. Jadi, bekerja adalah pengerahan tenaga yang bertujuan untuk memenuhi berbagai tujuan, selain hal-hal yang bertujuan untuk mengisi waktu senggang atau olah raga.
Telah dijelaskan sebelumnya perbedaan antara bekerja dengan mengisi waktu luang, namun definisi tersebut belum mencakup tujuan mengapa manusia bekerja. Bagi sebagian besar orang, bekerja hanya merupakan sebuah sarana yang digunakan individu untuk mempertahankan hidup. Padahal bekerja mempunyai banyak fungsi yang setara atau bahkan lebih penting bagi masyarakat dan individu pribadi. Bekerja merupakan salah satu cara individu berhubungan dengan masyarakat. Dengan memiliki sebuah pekerjaan, seorang individu bisa mendapatkan status, pengakuan, afiliasi, dan aspek-aspek psikologis dan sosial penting lainnya yang sangat diperlukan dalam bermasyarakat.
Aspek psikologis lain yang diterima ketika seseorang bekerja yaitu harga diri. Ketika berhasil melakukan/menghasilkan sesuatu dalam pekerjaannya, harga diri individu akan meningkat karena berhasil melakukan sesuatu yang berarti bagi orang lain. Orang yang tidak memiliki pekerjaan sering merasa rendah diri karena mereka tidak bisa berbuat sesuatu yang berarti bagi orang lain.
Apabila kita melihat pekerjaan sebagai salah satu komponen penting dalam kehidupan, maka kepuasan dalam bekerja merupakan sebuah determinan penting dalam kepuasan hidup seseorang. Dalam sebuah survey tentang kepuasan kerja yang dilakukan kepada beberapa pekerja diajukan sebuah pertanyaan, “Pekerjaan macam apa yang akan anda lakukan seandainya anda diberi kesempatan untuk memulai lagi dari awal?”. Sekitar sebanyak 80-90% dari dosen, akademisi, dan ilmuwan menyatakan akan tetap memilih pekerjaan yang sama, dari kelompok pekerja kasar hanya 11-21% yang tetap memilih pekerjaannya sekarang, sedangkan dari kelompok perkerja kelas menengah sekitar separuh dari mereka memilih bertahan dengan pekerjaannya sekarang. Dari hasil survey juga dijelaskan bahwa 2/3 dari semua pekerja menyatakan bahwa mereka akan terlebih dahulu mengumpulkan informasi tentang pekerjaan, apabila mereka diberi kesempatan untuk memulai lagi dari awal.
Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa para pekerja yang tetap memilih jenis pekerjaan yang sama dengan yang sedang dikerjakannya saat ini, menunjukkan tingkat kepuasan yang tinggi terhadap pekerjaan yang sedang ditekuninya.
G. PEKERJAAN DI MASA DEPAN
Konselor karir harus mempunyai pola pikir yang futuristik, karena mereka mengemban tugas berat untuk membantu kliennya membuat prediksi tentang apa yang akan terjadi pada dunia kerja di masa depan.
Jumlah dan jenis pekerjaan telah berkembang pesat selama beberapa dekade terakhir. Dalam struktur dunia yang dinamis hubungan baru antara manusia dengan mesin, pekerja dengan atasan, masyarakat dengan warga negara terus berkembang dan mengalami berbagai modifikasi, baik terhadap jenis pekerjaan maupun masyarakat. Sebagai contoh penggunaan komputer di dunia kerja yang semakin dominan, misalnya mesin ATM yang telah menggantikan posisi teller di bank-bank, juga mesin penjawab telpon yang menggantikan tugas sekretaris di kantor-kantor.
Beberapa pengamat dunia kerja berpendapat bahwa ketika dalam beberapa bidang penerapan teknologi berakibat mengurangi kesempatan kerja, hal ini justru memberikan peningkatan dalam bidang lain. Pada saat peran komputer sangat dominan hampir di semua bidang pendidikan, kesehatan, bisnis, dan lain sebagainya, kebutuhan akan tenaga ahli yang mampu menciptakan software menjadi meningkat. Tenaga analis yang dapat membuat sistem komputer yang efisien dan produktif juga sangat dibutuhkan. Perusahaan konstruksi juga membutuhkan tenaga ahli untuk menginstal kabel serat optik untuk menghubungkan komputer dan telepon. Seiring dengan banyaknya perangkat elektronik yang digunakan baik oleh industri maupun rumah tangga, kebutuhan akan ahli reparasi perangkat elektronik juga meningkat.
Maraknya penggunaan internet di semua bidang kehidupan juga membutuhkan banyak tenaga ahli, mulai dari para web master yang mendesain dan mengelola website di internet, sampai tenaga marketing yang bertanggung jawab atas transaksi-transaksi online. Akhirnya para ahli sampai pada kesimpulan bahwa teknologi akan terus merubah wajah dunia kerja di abad 21 ini dengan, menghilangkan dan menciptakan pekerjaan, merubah bentuk tempat-tempat kerja, dan menciptakan alat-alat bantu baru bagi para pekerja.
Perubahan-perubahan yang terjadi di dunia kerja pada abad 21, di antaranya :
· Pekerjaan akan terus berubah dan akan menjadi sangat berbeda di masa depan
· Beberapa pekerjaan baru akan diciptakan dan yang lama akan dihilangkan. Jenis pekerjaan yang baru membutuhkan teknologi yang lebih canggih daripada pekerjaan yang lama
· Kemampuan akademik yang bagus sangat dibutuhkan oleh pekerja baru yang ingin berhasil
· Oursorcing di AS dan beberapa negara akan terus mempengaruhi nasib pekerja-pekerja di seluruh dunia, dimana para pekerja kasar di AS akan menjadi korban utama
· Para pekerja illegal dan legal akan terus menjadi sumber tenaga kerja yang murah
· Desentralisasi tempat kerja, yang memberikan konsekuensi bahwa karyawan harus berpindah-pindah tempat sehingga mengharuskan mereka untuk menguasai lebih dari 2 bahasa.
No comments:
Post a Comment