Friday, June 24, 2011

Partners in Learning- From Dyads to Group Investigation


Metode pembelajaran yang saat ini sedang berkembang adalah Pembelajaran secara kooperatif. Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran dengan cara memanfaatkan kelebihan individu dalam belajar secara berkelompok. Peserta didik di fokuskan untuk belajar bersama dengan temannya dalam kelompok, baik itu kelompok besar maupun kelompok kecil.
Tujuan dan Asumsi yang mendasari pengembangan komunitas pembelajaran kooperatif adalah: Sinergi yang dihasilkan dalam pengaturan kooperatif menghasilkan motivasi yang lebih daripada individualistis atau belajar sendiri; Para anggota kelompok dalam pembelajaran kooperatif belajar dari anggota lainnya dan setiap peserta didik belajar untuk lebih saling tolong menolong daripada mengatur pemisahan; Berinteraksi satu dengan yang lainnya dapat menghasilkan kognitif sebaik kompleksitas sosial; Kerjasama meningkatkan perasaan positif terhadap satu sama lain, mengurangi keterasingan dan kesepian, membangun hubungan, dan memberikan pemandangan afirmatif kepada orang lain; Kerjasama meningkatkan harga diri tidak hanya melalui peningkatan belajar tetapi melalui perasaan dihormati dan diperhatikan oleh orang lain dalam lingkungan; Peserta didik dapat menanggapi pengalaman dalam tugas-tugas yang membutuhkan kerjasama dengan meningkatkan kapasitas mereka untuk bekerja secara produktif bersama-sama; Peserta didik, termasuk anak-anak sekolah dasar, bisa belajar dari pelatihan untuk meningkatkan kemampuan mereka untuk bekerja sama dalam pembelajaran.
Pembelajaran secara kooperatif memberikan dampak tidak hanya dalam segi akademik, namun juga secara individual kepada peserta didik sendiri dan perilaku sosial.  Dalam ruang kelas, pendidik dapat diatur atau diciptakan suasana kooperatif sehingga peserta didik dapat belajar dalam bentuk kelompok baik berpasangan maupun dalam kelompok besar, saling membimbing satu sama lain, dan membagi pujian, dan itu merupakan material penguasaan yang baik dibandingkan dengan proses belajar yang dilalui dengan pola individual. Dalam pembelajaran yang kooperatif, berbagi tanggung jawab dan saling  berinteraksi antar peserta didik menghasilkan lebih banyak perasaan dan hal positif terhadap tugas-tugas dan hal lainnya, mengatur lebih baik relasi antar kelompok, dan terlihat dalam hasil yang baik pada gambar diri peserta didik yang memiliki perjalanan prestasi belajar yang buruk. 
Dalam ruang kelas yang terorganisir dengan baik, siswa mengerjakan tugas dalam sebuah kelompok yang lebih besar, saling mengajari, saling menghargai, maka ana ada sebuah penguasaan yang lebih baik terhadap satu subjek pembelajaran dibandingkan dengan pola pembacaan dan pembelajaran tunggal (yang dilakukan sendiri). Selain itu, rasa memiliki terhadap tanggung jawab dan interaksi yang terus menerus dengan antar sesama anggota kelompok menghasilkan lebih banyak perasaan positif terhadap masah tugas, meningkatkan hubungan antar kelompok, dan yang lebih penting adalah menghasilkan sebuah image diri yang lebih baik dalam diri siswa yang memiliki prestasi yang kurang baik.
Bagi para pendidik yang yang memiliki inovasi model pembelajaran kooperatif memahami bahwa sebuah langkah dan cara yang tepat dalam mengatur siswa untuk berpasangan ataupun berkelompok, merupakan hal yang mudah. Gabungan dari dukungan sosial dan meningkatkan kemampuan kognitif yang disebabkan oleh interaksi sosial, dapat memberikan efek yang sangat ampuh pada waktu yang singkat dalam aspek pembelajaran baik isi/bahan ajar maupun kemampuann belajar. Selain itu, pengelompokkan dalam proses pembelajaran memberikan seseoran atau beberapa orang sarana belajar yang menyenangkan; yang dapat digunakan untuk mengembangkan kemampuan bersosial dan  berempati terhadap orang lain.
Ciri menarik lainnya dari strategi belajar berkelompok adalah membantu percepatan belajar bagi siswa yang memiliki prestasi akademik rendah. Dalam proses belajar secara berkelompok, dapat meningkatkan rasa keterlibatan, dan fokus untuk bekerja sama merupakan efek samping yang bisa membantu menghilangkan sifat cepat menyerah dan meningkatkan tanggung jawab belajr pribadi. Sistem belajar kelompok ini tidak hanya melatih siswa untuk rendah hati, namun juga mengajarkan kekonsistenan, serta efek dari pembelajaran sosial dan penghargaan terhadap diri siswa sendiri bisa terlihat jelas.
Meningkatkan efesiensi/efektivitas dalam pengelompokkan
Ada beberapa latihan yang bisa dilakukan dalam meningkatkan efisiensi/efektivitas pembelajaran dengan sistem pengelompokkan.
*      Latihan Bekerjasama. Pengelompokkan dalam menyelesaikan tugas-tugas sederhana tidak semata-mata bergantung pada kemampuan sosial. Hampir semua siswa memiliki kemampuan bekerja sama ketika mereka dengan jelas tahu dan mengerti mengenai tugas apa yang harus mereka lakukan. Bimbingan atau panduan yang dapat membantu siswa agar mampu menciptakan iklim pengelompokkan yang lebih efesien dan praktis berkaitan erat dengan jumlah siswa dalam kelompok, kompleksitas, dan praktik. Salah satu cara untuk merangsang kemampuan siswa bekerja sama adalah menyediakan sebuah wadah dalam aturan yang sederhana dari satu kelompok yang hanya terdiri dari dua atau tiga orang saja. Tujuan latihan ini adalah agar siswa yang belum terbiasa dengan pola kerja sama akan mendapatkan pengalaman yang cukup, sehingga mereka akan terbiasa jika mereka berada dikelompok yang lebih besar.
*      Latihan untuk Efisiensi. Ada juga beberapa metode yang bisa melatih siswa agar bisa bekerja sama dengan lebh efesien dan memiliki ”rasa ketergantungan yang positif”. Isyarat sederhana yang bisa digunakan adalah mengangkat tangan untuk menarik perhatian dari sebuah kelompok yang sedang sibuk. Satu prosedur yang biasa digunakan menekankan bahwa ketika seorang instruktur mengangkat tangannya, dan siapapun yang sadar, maka mereka akan segera memberikan perhatian dan mengangkt tangan pula. Prosedur ini baik karena mengajarkan siswa untuk tidak berteriak ditengah keributan kelompok yang tengah sibuk dan mengajak siswa berpartisipasi aktif dalam proses menajemen kelas.  Metode lainnya yang dapat diterapkan antara lain nomerd head (setiap siswa dalam anggota kelompok mempunyai nomor yang mewakili dirinya), dan metode pretest- posttest.
*      Latihan untuk Interdependensi. Selain praktik dan latihan untuk memiliki perilaku kerja sama yang lebih efesien, beberapa prosedur untuk membantu siswa memiliki rasa ketergantungan satu sama lain sangatlah dibutuhkan. Kompelksitas yang lebih melibatkan kelengkapan tugas yang membutuhkan perilaku saling ketergantungan. Johnson dan Johnson (1999) telah memaparkan bahwa rangkaian tugas yang diperoleh siswa dalam kelompok dapat meningkatkan rasa saling ketergantungan, empati, dan peran pengalihan kemampuan. Selain itu, siswa memiliki keahlian dalam menganalisis dinamika kelompok dan belajar menciptakan iklim kerja sama kelompok yang memuat hubungan saling menguntungkan antar masing-masing siswa dan adanya tanggung jawab kolektif.
*      Pembagian Kerja: Spesialisasi. Salah satu prosedur yang telah dikembangkan untuk membantu siswa mempelajari bagaimana cara saling membantu dalam kelompok adalah dengan teknik pembagian tugas. Esensinya adalah tugas yang diberikan dalam beberapa cara atau kesempatan dapat meningkatkan efesiensi pembagain kerja/tugas. Alasan yang paling mendasar adalah karena dengan pembagain kerja dapat meningkatkan kohesifitas kelompok sebagai sbuah tim kerja untuk mempelajari berbagai informasi atau kemampuan sambil memastikan bahwa seluruh anggota kelompok memiliki tanggung jawab yang sama baik dalam proses pembelajaran dan memiliki peran yang penting dalam kelompok.
*      Struktur/Menata Tujuan yang Kooperatif dan Kompetitif. Tidak selamanya bersaing dalam proses belajar mengandung makna negatif. Menurut Slavin (1983) berpendapat bahwa kompetisi dalam kelompok memberikan keuntungan dalam proses pembelajaran. Pertanyaan dasarnya adalah apakah siswa diorientasikan untuk berkompetisi dengan sesama siswa lainnya ataukah siswa berkompetisi dengan dengan sebuah tujuan.
*      Motivasi: Dari Luar Diri atau Dalam Diri?
Isu mengenai seberapa besar hal yang harus ditekankan dalam tujuan pembelajaran baik secara kooperatif atau secara individual berkaitan erat dengan konsep motivasi. Sharan (1990) berpendapat bahwa pembelajaran secara berkelompok dapat meningkatkan sebagian proses pembelajaran karena pengelompokkan dapat menyebabkan adanya perpindahan atau pergeseran orientasi motivasi dari luar diri siswa menjadi dalam diri siswa (dari eksternal menjadi internal). Dengan kata lain, ketika siswa bekerjasama dalam menyelesaikan sebuah tugas, mereka menjadi lebih tertarik pada materi tersebut untuk kepentingan diri mereka sendiri dibandingkan hanya untuk mendapatkan penghargaan dari luar. Oleh karena itu, siswa akan secara aktif dalam pembelajaran untuk kepuasan pribadi, dan memiliki sedikit ketergantungan pada pujian dari guru maupun dari pihak lain yang terlibat. Motivasi yang berasal dari dalam diri (internal) lebih kuat dibandingkan dengan motivasi dari luar, karena hasil membuktikan peningkatan dalam rating pembelajaran dan ingatan yang kuat terhadap informasi dan keterampilan.

Investigasi Kelompok:
Membangun Pendidikan melalui proses Demokrasi

Adanya pergesaran dalam proses belajar secara berkelompok, yaitu dari kelompok kecil yang berpasangan, kepada kelompok yang cakupannya lebih besar. Gagasan John Dewey’s memberikan gambaran yang lebih luas dan lebih kuat dalam proses pengajaran yang dikenal sebagai Investigasi kelompok. Dalam Investigasi kelompok, siswa dikondisikan dalam kelompok pemecahan masalah yang demokratis (democratic problem-solving group), yaitu menghadapi permasalahan akademik dengan prosedur demokratis dan metode yang secara ilmiah. Dalam Investigasi kelompok dibutuhkan tidak hanya kerja sama antar dua orang saja, namun membutuhkan anggota kelompok yang lebih banya untuk melakukan beberapa tugas yang sifatnya kompleks.
Dalam istilah model instruksi, proses demokrasi bertujuan untuk mengatur semua kelompok dalam kelas untuk melakukan beberapa tugas sebagai berikut:
a.       Mengembangkan sebuah sistem sosial yang berdasarkan dan dihasilkan oleh prosedur demokratis.
b.      Mengarahkan pemikiran secara ilmiah pada proses kehudpan dan sosial yang alami. Dalam kasus ini, prosedur demokratis merupakan persamaan dari metode penelitan dan inquiry.
c.       menggunakan masalah sosial ataupun hubungan interpersonal .
d.      memberikan sebuah pengalaman yang berbasis pada perenungan dan pembelajaran lingkungan.
Metode ini membutuhkan kemampuan interpersonal dan instruksional yang tinggi dari seorang guru. Selain itu, metode ini sulit dikelola dan diatur serta terbilang lambat dalam frekuensi pembelajaran.

Filosofi Dasar Metode Investigasi Kelompok
Ungkapan yang sangat terkenal dari kelompok yang menggunakan metode demokratis ini adalah seperti yang dicetuskan oleh Gordon H. Hulfish pada 1961 dan Philip G. Smith dalam karya Reflective Thinking: The Method of Teaching. Kedua penulis menekankan peran pendidikan adalah sebgai wadah untuk mengembangkan kapasitas individual yang tercermin dalam cara-cara siswa mengolah informasi dan menggabungkannya dengan konsep, kepercayaan, dan nilai-nilai. Filosofi ini berisikan atau menggambarkan adanya ikatan yang kuat antara dunia personal dalam segi intelektual dan proses sosial dengan fungsi sebuah masyarakat yang demokratis.
Cara masing-masing individu dalam merefleksikan realitas adalah hal yang memberikan pemaknaan personal dalam kehidupan dia sebagai seorang individu maupun sosial. Kualitas kemampuan dari setiap individu dalam merefleksikan pengalaman menjadi faktor yang sangat penting dalam menentukan kualitas kehidupan pribadinya. Pendidikan harus menciptakan iklim sedemikian rupa untuk membuat para siswa memiliki sensitivitas yang tinggi terhadap beberapa aspek fisik dan lingkungan sosial demi meningkatkan kapasitas individu dalam merefleksikan lingkungan sekitar.
Esensi dari fungsi demokratis sendiri adalah negosiasi mengenai definisi masalah dan keadaan yang bermasalah. Kemampuan seseorang bernegosiasi dengan orang lain dapat membantu dirinya untuk bernegosiasi dengan dirinya sendiri. Mempertahankan makna dan tujuan bergantung pada pengembangan cara yang valid dan fleksibel dalam menghadapi kenyataan. Gaya yang menekankan pada proses demokratis berpandangan bahwa hasi dari pendidikan bukanlah hal dapat diprediksi. Pencetus gaya demokrasi beralasan bahwa jika berhasil membujuk dan mengarahkan siswa untuk meneliti pengalaman alamiah mereka serta mengembangkan cara mereka sendiri dalam memandang dunia, maka memprediksikan bagaimana mereka menghadapi berbagai situasi dan memecahkan masalah berbagai macam masalah adalah hal yang sulit.
Orientasi Model Pembelajaran Investigasi Kelompok
Tujuan dan Asumsi
Dalam buku Democratic and Education (1916), John Dewey menyarankan agar sekolah diatur sedemikian rupa untuk menjadi sebuah miniature dari sebuah negara demokrasi. Para siswa berpartisipasi dalam pengembangan sistem sosial, dan melalui pengalaman bertahap, siswa mempelajari bagaimana mengaplikasikan metode saintifik (secara ilmiah) dalam konteks mengembangkan manusia dalam suatu masyarakat.  Kelas diharapkan menjadi sebuah miniature demokrasi yang dapat mengatasi masalah-masalah, dan melalui pemecahan masalah,kelas dapat memperoleh pengetahuan dan akan menjadi sebuah kelompok sosial dengan tingkat kefektivitasan yang lebih tinggi dari sebelumnya.


Konsep-Konsep Dasar
*     Penelitian/ Penyelidikan
Penelitian distimulasi karena adanya pertentangan antara permasalahan, dan hasil pengetahuan yang merupakan hasil dari penyelidikan/penelitian. Proses sosial meningkatkan penelitian dan dengan sendirinya meningkatkan pembelajaran. Inti dari invenstigasi kelompok adalah terletak dari rumusan penelitian.
Bagian pertama dari penelitian adalah saat individu dapat bereaksi kepada dan memikirkan sebuah masalah untuk dipecahkan. Dalam kelas, guru dapat memberikan sebuah isi dan memunculkan sebuah permasalahan. Siswa harus sadar dan mempelajari metode tersebut sehingga mereka dapat mengumpulkan data, mengelompokkannya dan menyusun ide-ide yang didapat dari pengalaman dimasa lalu, merumuskan dan diuji hipotesanya, mempelajari setiap sebab akibat, dan memodifikasi/ membuat perencanaan. Pada akhirnya, mereka harus mengembangkan kemampuan dalam merefleksikan,kemampuan untuk mensintesa/menyimpulkan perilaku partisipatif fisik dengan perilaku simbolik verbal. Siswa harus menumbuhkan kesadaran diri serta keinginan  untuk mendapatkan maknanya secara personal. Di tambah pula, siswa harus menyadari peran ganda mereka sebagai pastisipan dan pengamat, yang secara bersamaan mengharuskan mereka menelusuri sebuah masalah dan mengobsevasi diri mereka sendiri sebagai seorang peneliti.
*     Pengetahuan
Pengembangan dari pengetahuan merupakan tujuan dari sebuah penelitian. Namun Thelen (1960) menggunakan pengetahuan dengan cara yang khusus, yaitu pengetahuan digunakan sebagai pengaplikasian dari gambaran umum serta dasar dari pengamalan dimasa lalu kepada pengalaman saat ini.
Dengan kata lain, kita mencoba berbagai cara untuk mencari pengalaman, menginterpretasikan pengalaman tersebut secara berkelanjutan dan memasukkannya kedalam konteks kerja yang memiliki dasar dan sifatnya konseptual. Yang menjadi pertanyaan,mengapa penelitian mendapatkan tempat dalam proses kelompok? dalam pengaplikasian metode secara ilmiah, penelitian merupakan aspek emosi- peningkatan aspek emosi dari keterlibatan dan pengembangan kesadaran diri, pencarian makna personal, dan pengembangan kesadaran perilaku reflektif.
Model Pengajaran Metode Investigasi Kelompok
*     Struktur. Model pembelajaran ini dimulai dengan memperhadapkan siswa pada sebuah masalah. Masalah yang diberikan bisa disampaikan baik secara verbal atau itu merupakan pengalaman yang aktual; baik pengalaman yang benar-benar nyata atau yang direkayasa oleh Guru. Jika siswa bereaksi, guru membawa perhatian mereka kepeda adanya perbedaan reaksi yang muncul, sikap apa yang meraka ambil, apa yang mereka rasakan, serta bagaimana mereka mengatur segala hal. Ketika siswa semakin tertarik akan perbedaan reakasi yang muncul, guru membawa mereka lebih dalam pada merumuskan dan menyusun masalah bagi diri mereka sendiri. Kemudian, siswa menganalisa beberapa peran yang dibutuhkan, mengatur diri mereka sendiri, bertindak, dan melaporkan hasil yang mereka dapatkan. Akhirnya, kelompok mengevaluasi solusi permasalahan yang dicocokan kepada tujuan utama. Beberapa tahapan tersebut akan terulang dan berlanjut , baik dengan konfrontasi lain yang muncul atau dengan adanya permasalahan baru yang berkembang yang merangsang munculnya investigasi baru.
*     Sistem Sosial. Sistem sosial adalah demokratis, diatur oleh keputusan-keputusan yang dibangun, atau setidaknya divalidasi oleh pengalaman dalam kelompok- dalam batasan dan hubungan terhadap identifikasi fenomena yang membingungkan oleh guru yang dijadikan sebagai objek pembelajaran. Guru dan siswa memiliki status yang sama, namun dengan peran yang berbeda.
*     Reaksi Guru/Peran Guru. Peran guru dalam kelompok investigasi adalah sebagai konselor, konsultan, dan pemberi umpan balaik yang kritis namun ramah. Guru harus membimbing dan merefleksikan apa yang kelompok alami dalam tiga tahap: 1) pemecahan masalah atau tahap kerja (apakah masalah yang sebenarnya? Faktor apa sajakah yang terlibat?); 2) tahap manajemen kelompok (informasi apa saja yang dibutuhkan sekarang? Bagaimana kita mengatur diri kita untuk mendapatkan informasi tersebut?); 3) tahap pemaknaan individual (bagaimana tanggapan kamu mengenai kesimpulan tersebut? Hal lain apa yang akan kamu lakukan berdasarkan hasil yang telah kamu dapatkan dari…?) (Thelen,1954).
Diwaktu yang bersamaan guru harus: (1) memfasilitasi proses kelompok; (2) mengintervensi kelompok untuk menyalurkan energi aktivitas kelompok menuju aktivitas pengajaran yang potensisal; (3) mengawasi aktivitas pendidikan ini sehingga makna yang diperoleh siswa secara individu didapatkan dari pengalaman (Thelen, 1960). Campur tangan guru harus diminimalisir agar dinamika kelompok ini berjalan dengan lancar.
*     Sistem Pendukung. Sistem pendukung untuk investigasi kelompok haruslah ekstensif dan responsif kepada kebutuhan siswa. Sekolah harus dilengkapi dengan pertama, ruang perpustakaan yang menyediapakan berbagai informasi dan opini melalui berbagai macam media; dan juga menyediakan akses untuk dapat memperoleh sumber dari luar dengan baik. Siswa didukung/didorong untuk melacak atau menghubungi sumber-sumber diluar sekolah.
Model ini sangatlah cakap dan komprehensif. Metode ini menggabungkan beberapa tujuan dari penelitian akademik, integrasi sosial, dan proses pembelajaran sosial. Metode ini dapat digunakan dalam semua area mata pelajaran, dengan semua tingkat usia, dan ketika guru memiliki keinginan untuk mengembangkan suatu rumusan dan aspek pemecahan masalah dari suatu pengetahuan daripada memasukkan informasi yang tidak terstruktur dan belum ada arahan. Metode investigasi kelompok dapat menjadi suatu cara langsung yang mengena dan efektif dalam hal mengajar pengetahuan akademik sebaik mengajarkan proses sosial. Model inipun secara alamiah memunculkan hubungan interpersonal yang hangat dan penuh kepercayaan, adanya penghargaan positif terhadap peraturan dan kebijakan, kemandirian dalam belajar, dan penghargaan terhadap kedudukan atau hak orang lain.

No comments:

Post a Comment