Friday, June 24, 2011

Creating Group From The Scratch


Pada tahap kerja kelompok diperlukan pedoman etik dan profesional serta konsep dan praksis terkait dengan tugas-tugas dalam tahap perkembangan kelompok. Pada bab ini disajikan tentang tugas kelompok, perencanaan program dan penyaringan. Pembentukan kelompok dari awal memerlukan sebuah dasar yang kuat. Adapun prosedur dalam membentuk kelompok baru diantaranya : 1) menganalisis kebutuhan anggota, 2) menyusun proposal, 3) merekrut anggota, 4) memberikan orientasi pra kelompok, dan 5) melakukan wawancara dalam menyaring anggota kelompok. Pada tahap satu sampai tiga disebut tahap perencanaan program, sedangkan pada tahap empat dan lima merupakan tahap persiapan anggota. Seluruh prosedur tersebut merupakan bagian dalam pelaksanaan kelompok kerja.
Pada bab ini akan disajikan mengenai persiapan tahapan-tahapan dalam pekerjaan, antara lain : a) pedoman etik dan profesional, b) empat spesialisasi kelompok, c) perencanaan program : analisis kebutuhan,proposal,dan perekrutan, d) persiapan anggota (I) : orientasi prakelompok,    e)  persiapan anggota (II) : wawancara penyaringan anggota
                       
A.      PEDOMAN ETIK DAN PROFESIONAL
1.      Fokus Informasi
Sebelum bergabung dalam kelompok, calon anggota berhak untuk mengetahui informasi terkait dengan kelompok dan pemimpin, sehingga calon anggota bisa memutuskan kelompok tersebut sesuai atau tidak dengan kebutuhan mereka. Informasi yang perlu diketahui calon anggota kelompok antara lain potensi resiko sehubungan dengan kelompok diantaranya tingkat stress, disonansi, kegelisahan dan lain sebagainya. Kelompok dirancang untuk meningkatkan kesadaran tentang diri mereka sendiri dan hubungan mereka dengan orang lain.kesadaran yang meningkat juga dapat mengakibatkan individu menilai diri mereka dan kualitas hubungan mereka. Hal ini dapat menjadi konflik. Cara yang paling efektif untuk memberikan fokus informasi ini adalah melalui telepon atau surat panggilan.
2.      Keterbukaan Profesional
Dalam keterbukaan professional, pemimpin kelompok mempunyai peran penting untuk menawarkan informasi tentang pendekatan mereka dengan bahasa yang jelas dan mudah difahami bagi individu yang bergabung dalam kelompok. Informasi tambahan untuk dimasukkan dalam laporan keterbukaan secara professional meliputi latar belakang pemimpin kelompok, pengalaman yang relevan untuk kerja kelompok.
3.      Partisipasi Sukarela
Anggota kelompok perlu diinformasikan bahwa pengungkapan pribadi bersifat sukarela. Anggota kelompok mempunyai hak untuk mempertahankan batasan-batasan dalam mengungkapkan masalah pribadi mereka. Yang perlu diketahui, tidak semua anggota kelompok bersifat sukarela, terkadang ada anggota yang diperintahkan oleh sekolah untuk mengikuti kelompok tersebut. Kepada anggota yang demikian, diberi hak untuk menentukan sejauh mana mereka dapat berpartisipasi secara personal. Dan diinformasikan pula kepada individu tersebut mengenai pertentangan dalam bekerja secara kelompok. Membiarkan individu tersebut dalam satu atau dua sesi tanpa partisipasi secara personal dapat membantu untuk proses adaptasi. Kemudian setelah pemimpin menanamkan rasa percaya baru kerja kelompok dapat dilakukan dengan individu tersebut.
4.      Kebebasan untuk Mengundurkan Diri
Para anggota kelompok perlu diinformasikan bahwa mereka dapat mengundurkan diri setiap saat jika merasa kelompok tersebut tidak cocok. Cara yang terbaik dilakukan pemimpin kelompok jika ada anggota yang mengundurkan diri adalah meminta anggota tersebut untuk menjelaskan kepada kelompok mengenai alasan mengundurkan diri, hal ini lebih menunjukkan sikap yang bertanggung jawab dan cara yang terbaik untuk mengundurkan diri. Sekaligus memberikan pelajaran kepada anggota yang lain untuk lebih terbuka.
Peran pemimpin kelompok sangat penting dalam menggali tentang alasan pribadi yang tidak dapat diinformasikan oleh anggota kelompok yang mengundurkan diri. Terapis hanya mengakatakn bahwa pokok permasalahan yang dialami anggota tersebut menyita perhatiannya. Ini merupakan sebuah keterbukaan yang baik pada beberapa sesi awal dalam kelompok yang baru. Kasus akan berbeda jika anggota yang mengundurkan diri karena mengalami konflik dalam kelompok, jika hal ini terjadi maka anggota tersebut hendaknya datang untuk terakhir kalinya dan menjelaskan alasan mengundurkan diri yang mungkin karena terjadi kesalahpahaman antar anggota atau ada kebutuhan yang tidak terpenuhi, jika alasannya dapat diatasi kemungkinan anggota tersebut akan tetap tinggal dalam kelompok. Karena jika tidak ada alasan kemungkinan anggota kelompok yang lain akan merasa bersalah karena menganggap pengunduran diri tersebut karena konflik yang ada dalam kelompok.
Untuk mencegah hal itu terjadi, pemimpin harus menjelaskan bahwa kecemasan dalam kelompok merupakan hal yang wajar terutama jika memasuki kelompok yang baru. Pemimpin kelompok dapat membuat komitmen untuk anggota kelompok mengikuti beberapa sesi yang disepakati untuk menumbuhkan kepercayaan dan menghilangkan kecemasan, dalam sesi yang disepakati tersebut anggota kelompok dilarang untuk mengundurkan diri terlebih dahulu. Komitmen tersebut berfungsi agar anggota kelompok dapat membangun kohesi kelompok dan rasa nyaman dalam kelompok, dan hal tersebut tentunya memerlukan waktu.
5.      Penyaringan dan Perlindungan Anggota
Secara etik, pemimpin kelompok harus menyaring anggota agar sesuai dengan kebutuhan dan tujuan kelompok. tujuan dari prosedur penyaringan adalah untuk Melindungi anggota kelompok karena mereka mempunyai hak untuk dilindungi dari bahay fisik dan psikologis dalam pengalaman kelompok. Untuk lebih jelasnya fungsi dan prosedur untuk mengarahkan wawancara penyaringan akan disediakan selanjutnya dalam bab ini
6.      Kerahasiaan dalam Anggota
Para calon anggota kelompok harus diberi informasi tentang kerahasiaan, dalam kelompok, keterbatasan dalam kerahasiaan tidak dapat dijamin karena mereka bukan orang profesional oleh karena itu perlu ditekankan kepada semua anggota bahwa mereka harus berkomitmen sendiri untuk menjaga kerahasiaan bagi sesama anggota kelompok. Jika komitmen kurang maka kepercayaan dalam kelompok akan terhambat dan tanpa kepercayaan kohesi tidak dapat berkembang sehingga akibatnya para anggota tidak akan merasa nyaman bahkan kelompok bisa mati.
7.      Keanekaragaman / perbedaan
Secara etis, konselor dan terapis harus mampu bersikap non-diskriminasi. Diskriminasi tersebut seperti usia, warna, budaya, cacat, kelompok etnis, jenis kelamin, ras, agama, orientasi seksual, status perkawinan, atau status social ekonomi. Oleh karena itu pemimpin kelompok harus menghargai perbedaan-perbedaan tersebut dan memahami berbagai latar belakang anggota kelompok.  
Anggota kelompok terkadang jarang mengungkapkan perbedaan karena takut untuk dikucilkan, oleh karena itu pemimpin kelompok harus mengetahui cara menerima perbedaan, misalnya ketika anggota kelompok yang berbeda tampil sendirian maka pemimpin kelompok harus menyambut dengan baik dan memberikan dukungan.upaya pemberian dukungan harus tulus dan sensitive tanpa berlebihan dan tanpa mempermalukan individu tersebut, dengan begitu pemimpin kelompok memberikan nada penerimaan. Selain itu pemimpin kelompok juga dapat mengirimkan meta-pesan “kami dengan hati menerima perbedaan anggota dalam kelompok ini”,ini dapat mengkondisikan suasana jika nanti terjadi hal yang sama.
8.      Melatih Kemampuan
Pedoman professional mengharuskan terapis kelompok bekerja dalam kompetensi mereka sendiri, kepemimpinan kelompok merupakan proses yang sangat kompleks yang membutuhkan upaya mendalam dalam menggunakan secara bijaksana berbagai faktor terapeutik dalam konselor. Salah satu kunci dalam terapeutik adalah “self” dari pemimpin kelompok, pemimpin kelompok perlu mengembangkan tingkat pertumbuhan dan disiplin diri yang berkesinambungan melalui praktek reflektif.
Konselor kelompok dan therapists practice hanya dalam wilayah kompetensi profesional mereka. Oleh karena itu akan dijelaskan mengenai empat jenis spesialisasi kelompok yang masing-masing membutuhkan pengetahuan, ketrampilan, dan pelatihan untuk ruang lingkup praktek.




B.       EMPAT SPESIALISASI KELOMPOK
Sebelum memulai tahapan kelompok, terapis harus mengetahui jenis kelompok apa dia berkompeten utuk emmeimpin, kompetensi tersebut dilengkapi dengan pelatihan dan pengalaman pribadi. Kebanyakan terapis berlatih untuk memimpin jenis kelompok tertentu.
1.      Task Grousps
Kelompok ini dirancang untuk memenuhi kebutuhan anggota kelompok yang datang secara bersama-sama untuk menyelesaikan tugas-tugas atau tujuan tertentu. Kelompok ini bisa disebut Tim karena memiliki elemen umum tertentu termasuk tujuan, berbagi komitmen, saling ketergantungan dan akuntabilitas dalam organisasi mereka secara keseluruhan. Tujuan dalam kelompok ini harus ditingkatkan dengan meningkatkan kualitas tim (Conyne, Rapin, & Rand, 1997; Kormanski, 1999). Untuk membantu tasks groups dalam menangani proses kerjasama agar lebih cepat mencapai tujuan yang ditugaskan kepada tim maka dibantu oleh group specialists. Sehingga group specialists kadang disebut sebagai “konsultan proses” (kottler, 2001). Group specialists membantu Tim dengan training di tempat kerja, pemberian layanan, dan meluruskan system di tempat kerja Tim.
2.      Psychoeducational Groups
Dalam kelompok ini membahas tentang topik yang lebih spesifik, umunya kelompok ini melayani dua jenis, jenis pertama yakni klien dari kelompok usia yang berbeda dan menghadapi kebutuhan perkembangan khusus dan pokok-pokok permasalahan. Tujuan dalam kelompok ini adalah untuk memberikan dorongan perkembangan klien dan mencegah kesulitan-kesulitan yang timbul di masa depan. Kelompok ini dapat memberikan pendidikan, menawarkan dukungan, dan mengajarkan ketrampilan memecahkan masalah. Jenis yang kedua adalah klien yang mengalami gangguan atau klien dengan kemampuan terbatas untuk berkomunikasi efektif dengan orang lain, mengenali dan mengungkapkan perasaan mereka atau memiliki keterbatasan memahami orang lain dan diri sendiri secara tepat. Melalui kegiatan kelompok yang terstruktur, kelompok ini dapat memenuhi kebutuhan klien dengan mengidentifikasi dan membangun ketrampilan mereka. Kelompok ini lebih bersifat sebagai pendukung dan lebih terstruktur, sehingga klien dapat merespon lebih baik daripada konseling / psikoterapi yang tidak terstruktur.
Dalam kelompok ini, menggunakan metode cognitive-behavior untuk mengajarkan ketrampilan mengatasi permasalahan dan strategi untuk menangani berbagai tekanan dalam kehidupan. Adapun contoh psychoeducational groups adalah kelompok pengurangan stress, kelompok dukungan kesedihan, kelompok manajemen kemarahan, kelompok pelatihan asertif, pasangan kelompok peningkatan komunikasi, kelompok orangtua baru dan lain sebagainya.
3.      Counseling Groups
Konseling kelompok dibsebut juga kelompok eksperiental, fokus utama adalah individu dengan masalah kesulitan penyesuaian diri dalam transisi kehidupan. Kelompok ini tidak hanya melayani individu yang mengalami kesulitan dalam perkembangan pribadi atau interpribadi, akantetapi juga seseorang yang sedang mengalami masa pertumbuhan pribadi. Dalam hal ini pemimpin kelompok menggunakan berbagai intervensi untuk mengatasi pola-pola pemikiran yang mal adaptif, emosi, tindakan, dan system. Tujuannya adalah agar klien mempunyai kesadaran diri, perilaku interpersonal mereka sendiri, dan dalam berinteraksi kepada orang lain.
           Konseling kelompok cenderung tidak terstruktur atau mungkin semi struktur. Pendekatan yang sering digunakan adalah experiential in nature. Dibandingkan dengan psikoterapi kelompok, konseling kelompok cenderung dalam jangka yang pendek dan remedial. Contoh konseling kelompok termasuk pemecahan masalah interpersonal, kelompok laki-laki, kelompok wanita, kelompok untuk masalah hubungan pasangan, kelompok perceraian, kelompok untuk orang dewasa dan anak-anak dari alcohol, kelompok untuk laki-laki guy, kelompok untuk wanita minoritas dan lain-lain.
4.      Psychotheraphy Groups
Beberapa professional menganggap konseling dan psikoterapi kelompok adalah sama, akan tetapi desain psikoterapi kelompok lebih mendalam dan cenderung jangka panjang. Psikoterapi kelompok lebih memfokuskan kepada permasalahan ketidakmampuan menyesuaikan diri yang parah dan kronik yang kemungkinan mempunyai blok yang signifikan dalam persepsi dan kognisi mereka, untuk megatasinya dalam wilayah psikologis dengan cara interpretasi misalnya perlawanan, pengubahan, dan pertahanan. dan di alam bawah sadar misalnya dengan transferensi dan mimpi. Ini merupakan tingkatan jangka panjang dalam merekonstruksi kepribadian anggota.
           Contoh dari psikoterapi kelompok misalnya kelompok terapi jangka panjang, kelompok untuk individu yang kasar secara fisik dan seksual, kelompok untuk orang yang menderita schizophrenia dan kelompok untuk orang yang kecanduan.
Psikoterapi kelompok lebih tidak terstruktur dan remedial  oleh sifat dasar.
Pada intinya, keempat jenis kelompok merupakan sebuah program pemberian bantuan secara menyeluruh. Bekerja dengan task groups, psychoeducational groups, and counseling groups memerlukan pengetahuan perkembangan manusia. Bekerja dengan Psychotheraphy groups  memerlukan kesadaran kedua perkembangan manusia baik normal maupun tak normal, dengan focus membangkitkan puncak emosional.

C.      PERENCANAAN PROGRAM
Perencanaan program merupakan hal yang tidak bisa dihindari, melibatkan tugas-tugas yang berhubungan dengan pengelolaan termasuk penilaian proposal, penulisan proposal, dan rekrutmen anggota. Terapis kelompok harus berkompeten dalam fungsi pengelolaan tersebut dan tidak menyerahkan tugas tersebut kepada orang lain yang memiliki sedikit pengalaman mengenai kerja kelompok. tahapan-tahapan dalam perencanaan program antara lain :


1.      Analisis Kebutuhan
Dalam analisis kebutuhan hal-hal yang perlu diperhatikan adalah apa jenis masalah dan kebutuhan yang belum terpenuhi di luar sana, dan apa jenis sumber daya yang sudah ada. Sehingga terapis dapat menentukan system penyediaan layanan untuk kelompok. Adapun metode formal yang dapat digunakan antara lain dengan kuesioner, kontak telepon, dan wawancara pribadi (Lewis, Lewis, Daniels, & D Andrea, 1998), sedangkan metode yang kurang formal adalah memeriksa lembaga local dengan terapis lain untuk menentukan apa layanan yang dibutuhkan untuk mereka dan kebutuhan masyarakat yang perlu untuk dipenuhi.
2.      Pengembangan Proposal
Setelah identifikasi terpenuhi selanjutnya adalah mengembangkan suatu proposal yang jelas. Fungsi proposal ada dua yakni mendorong para terapis mempersiapkan dengan jelas hal-hal yang akan dilakukan dan mengembangkan proposal dengan baik dan menyerahkan proposal untuk meninjau penerapan layanan. Berikut adalah area pengembangan proposal :
a)      Tujuan kelompok
Tujuan kelompok merupakan factor yang paling penting, dalam hal ini apakah kelompok masuk dalam psychoeducational groups atau counseling groups. Metode dalam menentukan kelompok tergantung pada tujuan (lebih jelas pada pembahasan empat spesialisasi kelompok).
b)     Keanggotaan sukarela/nonsukarela
Perencanaan untuk anggota yang sukarela dan nonsukarela berbeda. Selama persiapan, terapis harus menghabiskan waktu untuk dengan merencanakan proses adaptasi dengan sikap negative anggota kelompok. Termasuk menekan resistensi atau kebencian anggota kelompok khususnya anggota kelompok nonsukarela.
c)      Kelompok tertutup / terbuka
Terapis harus menentukan kelompok tersebut tertutup atau terbuka. Kelompok tertutup jika tidak ada anggota baru setelah kelompok dimulai. Dalam kelompok tertutup cenderung berlangsung dengan konseling yang singkat karena masing-masing anggota harus mengembangkan kepercayaan dan keakraban satu sama lain serta saling bertanggungjawab pada tujuan mereka dalam kelompok yang terbatas tersebut. Kelompok tertutup emngarah pada pendalaman eksplorasi pribadi dan bekerja dalam permasalahan-permasalahan yang sulit.
     Dalam kelompok terbuka anggota datang sewaktu-waktu, dan ini lebih cocok seperti rumah sakit. Dalam kelompok terbuka layanan kelompok harus terbuka setiap minggunya, dan jika sudah terentaskan maka bisa berhenti/mengakhiri dalam kelompok. Dalam kelompok terbuka pemimpin memiliki tantangan tersendiri, ia berorientasi pada anggota baru dan anggota yang meninggalkan kelompok. Kelemahan kelompok terbuka yakni sulit membentuk kekompakan karena keanggotaan yang berubah-ubah. Yang menjadi andalan adalah anggota kelompok yang tersisa untuk memotivasi anggota baru dan membantu mereka belajar tentang fungsi kelompok.
d)     Ukuran kelompok
Ukuran kelompok sangat mempengaruhi dinamika kelompok dan itu tergantung pada tujuan kelompok dan populasi anggota. Ukuran ideal untuk proses konseling kelompok adalah delapan orang (orang dewasa), psikoedukasional kelompok kira-kira dua belas anggota (untuk orang yang lebih muda) dan 3-4 (untuk anak-anak) dan 6-8 (untuk remaja). Bila terlalu besar partisispasi penuh masing-masing anggota kurang terjangkau, dan bila terlalu kecil dinamika menjadi tegang karena ada tekanan lebih untuk tiap-tiap orang berbicara dan waktu yang lebih sedikit untuk merefleksikan.
e)      Panjang sesi dan frekuensi pertemuan
Panjang sesi ditetapkan pada awal perencanaan dan itu tergantung pada komposisi dan sifat kelompok. Untuk kelompok anak-anak panjang sesi hanya 30-45 menit, karena itu merupakan panjang maksimum rentang perhatian mereka. Dalam lingkungan sekolah sesuai dengan periode kelas yakni antara 40-50 menit. Kelompok ini bisa bertemu dua kali seminggu untuk mengimbangi singkatnya sesi. Bagi remaja di luar lingkungan sekolah sesi lebih panjang dan hanya sekali seminggu. Untuk konseling dewasa atau konseling kelompok terapi sesi harus 90 menit sampai dua jam per minggu. Hal tersebut diperlukan agar anggota secara emosional terlibat dalam kelompok dan dengan satu sama lain, jika sesi terlalu pendek anggota akan memiliki kesulitan dalam masalah kedalaman masalah atau yang lain dalam proses konseling.
f)       Kecukupan lokasi
Lokasi disesuaikan dengan situasi dan kondisi. Untuk membuat anggota kelompok merasa cukup aman untuk membuka diri, ruang pertemuan idealnya harus tertutup dan bebas dari gangguan. Tempat duduk juga harus fleksibel dan mudah dipindahkan untuk membuat circle konseling. Dalam terapi kelompok harus ada table yang ditempatkan di tengah lingkaran karena mereka membuat jarak dan mendirikan barikade antara tugas anggota.
g)      Kualifikasi pemimpin
Pemimpin harus mempunyai kompetensi dalam memimpin kelompok. Tanpa seorang pemimpin dapat membahayakan anggota yang tidak bersalah. Kompetensi dasar seorang pemimpin diantaranya : pengalaman dalam bekerja dengan individu, pelatihan teori dan dinamika kelompok yang cukup, pengalaman pribadi dalam kelompok, pengetahuan tentang topik spesifik untuk mendamaikan kelompok, dan kesadaran akan praktek terbaik dalam konseling dan terapi kelompok.



h)     Prosedur penyaringan
Dalam proposal hendaknya dicantumkan mengenai criteria yang akan digunakan dalam penyaringan kelompok untuk melindungi anggota kelompok dari bahaya emosional.
i)        Aturan Dasar
Aturan-aturan dasar yang dapat dibuat dalam kelompok misalnya : tidak ada hubungan ganda yang dizinkan antara anggota di luar kelompok, menyimpan kerahasiaan untuk sesama anggota, membawa percakapan di luar kelompok tentang group ke group, panggilan untuk memberitahu pemimpin tidak ada, tepat waktu, tidak ada makanan, permen karet, atau minuman selama sesi, tidak ada alcohol atau zat yang dapat digunakan sebelum sesi.
j)       Struktur dan teknik
Disini harus diperhatikan apakah kelompok terstruktur, semsistruktur, atau nonstruktur. Sifat terstruktur kaitannya dengan mekanisme yang digunakan untuk membuat kerja kelompok, peran pemimpin sebagai fasilitator, merancang topic dan kegiatan untuk menggerakkan kelompok. Kelompok tidak terstruktur menggunakan teknik here and now, umpan balik, berani mengambil resiko, menguji kenyataan, dan pemeriksaan proses. Struktur apapun yang dipilih harus sesuai dengan kelompok tertentu, sebagai peritmbangan utama adalah tingkat kognitif dan emosional dari anggota kelompok. Kelemahan sifat terstruktur diantaranya menahan orang untuk lebih berkembang, jika untuk anak-anak struktur ini lebih berorientasi untuk arah bermain.
k)     Kemungkinan masalah atau topik untuk kelompok
Isu-isu dan topic yang cocok untuk eksplorasi kelompok tergantung pada jenis kelompok yang diusulkan. Dalam proposal, didaftar mengenai kemungkinan masalah dan topic yang potensial bagi anggota.latar belakang anggota merupakan titik awal penting. Analisis kebutuhan kelompok akan membantu menunjukkan arah kepada isu maupun bidang kehidupan individu yang perlu di eksplorasi. Hal tersebut memungkinkan para pemimpin kelompok untuk merencanakan jenis intervensi kelompok yang terbaik yang akan menjawab kebutuhan para anggota.
3.      Perekrutan Kelompok
Dalam merekrut kelompok terlebih dahulu harus mengetahui jenis kelompoknya dan anggota seperti apa yang ditargetkan. Terdapat tiga cara dalam merekrut sebuah kelompok yakni meminta rujukan/arahan dari terapis yang lain, menginformasikan pedoman individu kedalam komunitas/kelompok, dan iklan yang ekstensif (menyebarkan iklan).
a)      Soliciting referrals from other therapists (Meminta arahan dari terapis yang lain)
Penilaian maupun pengarahan dari  pihak referal jangan diabaikan, karena rekan dalam lembaga-lembaga pelayanan manusia lebih memiliki kepercayaan diri dalam kerja kelompok karena lembaga tersebut sering kali menyelenggarakan layanan konseling ataupun layanan jasa yang lain. Dalam banyak kasus konselor dan terapis telah menyediakan layanan yang potensial dalam menarik anggota ke dalam kelompok. Buat kontak dengan lembaga referal yang menyediakan kelompok sesuai yang direncanakan, dan sediakan untuk mereka pamflet atau deskripsi secara tertulis yang lain mengenai tujuan dan sasaran kelompok yang akan dibuat.
b)     Informing key individuals in the community ( menginformasikan key individu dalam komunitas)
Dalam beberapa kelompok, khususnya yang dilayani dengan konseling dan terapi secara tradisional dapat membantu dalam menemukan key individual dalam komunitas ini untuk berbicara dan menyediakan kepada mereka informasi tertulis tentang kelompok. Key individual tersebut diantaranya agama, pendidikan, kadang pemimpin bisnis yang cenderung dihormati dan mempunyai pengaruh besar dalam komunitas dan dapat mempengaruhi orang luar dalam memberi kesempatan untuk bekerja dalam kelompok. Individu ini juga harus mempunyai pengalaman yang dalam tentang kebutuhan dan permasalahan-permasalahan yang khusus dari kelompok.
c)      Advertising extensively (iklan ekstensif)
Dalam memasang iklan harus dipertimbangkan metode yang digunakan agar dapat mengiklankan secara luas, diantaranya pamflet, pengumuman tertulis, artikel dalam koran, dan poster yang ditempatkan dilokasi yang sering dikunjungi anggota populasi yang menjadi pertimbangan. Sebuah web atau pengumuman dalam internet juga dapat digunakan dengan mempertimbangkan apakah hal tersebut bisa mencapai sasaran populasi yang diharapkan. Misalnya, jika mencari kelompok yang berpenghasilan rendah maka pengumunan melalui web tidak akan berguna karena mereka tidak memiliki akses untuk itu.
D.      PERSIAPAN ANGGOTA (I) : Pregroup Orintation
Setelah mengiklankan kelompok, individu yang tertarik dapat menghubungi dan mengajukan pertanyaan kepada yang bersangkutan (pembuat kelompok). Tidak etis jika calon anggota bertanya kepada orang lain termasuk asisten, namun hal ini akan memakan banyak waktu oleh karena itu diadakan orientasi pregroup. Dengan orientasi pregroup akan memenuhi kewajiban etis dalam keterbukaan profesional, memperoleh fokus/konsen informasi, dan mempersiapkan anggota kelompok.
1.      Orientasi sebagai pelatihan pretreatment
Orientasi sangat penting karena akan memberikan pengalaman kepada calon anggota untuk memutuskan bergabung atau tidaknya ia dalam kelompok, anggota yang potensial sering menimbulkan kecemasan tinggi, dan kecemasan tersebut dapat dikurangi dengan orientasi prakelompok (Sklare, Keener, & Mas 1990). Dalam orientasi kelompok perlu diberitahukan tentang aturan-aturan kelompok, kebutuhan untuk keterbukaan diri, dan perlunya kesabaran. Orientasi dilakukan setidaknya empat sesi sampai muncul missinformasi tetang kelompok, rasa takut bahkan isu-isu yang ada dalam kelompok. Isu-isu tersebut antara lain : konseling kelompok hanya untuk orang yang mempunyai masalah-masalah utama, konseling kelompok mempermudah konseling secara nyata karena lebih banyak klien daripada konselor/terapis, konseling kelompok sedikit efektif dibanding tipe konseling yang lain, konseling kelompok sepenuhnya tidak dibutuhkan jika ada konselor/terapis lebih yang tersedia.
Orientasi pra kelompok memberikan kesempatan untuk mengurangi kekhawatiran dan menghilangkan kesalahpahaman diantara anggota. Dalam sesi awal membutuhkan energi dan waktu yang lebih banyak untuk mengurangi resiko dropout pada sesi berikutnya.
2.      Membentuk kontak awal
Pregroup orientasi merupakan pertemuan pribadi dengan individu yang tertarik dalam kelompok. Dalam pertemuan pertama diperlukan ketrampilan komunikasi, tingkat likeability dan tingkat kompetensi. Jika menjadi pemimpin baru harus memiliki pengetahuan, rasa empati, dan antusias untuk menjadi pemimpin yang profesional. Dalam orientasi pregroup harus benar-benar bisa merefleksikan diri sebagai seorang pemimpin profesional dan memiliki keyakinan terhadap proses kelompok.
           Selama kontak pertama, banyak tugas yang harus dilakukan diantaranya pengungkapan lisan dan keterbukaan secara tertulis tentang tujuan kelompok, harapan kelompok untuk turut berpartisipasi, persyaratan untuk bergabung dan meninggalkan kelompok, aturan mengenai penanganan dan batas-batas kerahasiaan informasi, kebutuhan informasi mengenai kerangka waktu dan biaya untuk pengalaman kelompok, dan kemungkinan hasil dari partisipasi dalam kelompok. Untuk membuat orientasi kelompok menarik maka dapat dilakukan dengan tidak memberikan informasi secara keseluruhan dan menghemat waktu agar calon anggota lebih tertarik untuk mengajukan pertanyaan dan membuat tiap sesi orientasi secara menarik dan interaktif. Tanggapan pemimpin juga diperlukan dalam merespon calon anggota.
3.      Mengklarifikasi harapan bersama
Salah satu tugas utama dalam orientasi prakelompok adalah mengklarifikasi harapan timbal balik antara anggota dan pemimpin. Harapan-harapan tersebut diantaranya :
·         Anggota diharapkan membuat komitmen untuk bekerja dalam kelompok
·         Peraturan pemimpin mengenai konteks interaksi kelompok nonhirarkis yang sederajat
·         Pemimpin mempromosikan fokus untuk here and now dan para anggota didorong untuk jujur dalam berbagi perasaan dan persepsi
·         Anggota didorong untuk mengekspresikan dukungan ke sesama anggota
·         Pemimpin kelompok dengan jelas mendeskripsikan peran mereka dalam kelompok
·         Anggota didorong untuk mengambil resiko yang sesuai dan untuk menguji perilaku baru dalam kelompok  
Beberapa harapan dapat disampaikan dalam bentuk handout agar para calon anggota tertarik, dalam lampiran B dapat ditemukan empat  contoh handout orientasi diantaranya: hak dan tanggungjawab anggota kelompok, orientasi untuk menjadi anggota kelompok, cara mendapatkan yang terbaik dari kelompok, dan bentuk topik informasi.
4.      Menghubungkan pandangan positif
Handout dapat digunakan dalam tahap orientasi ketika ada interaksi antara pemimpin dan calon anggota. Kemampuan mendengarkan menjadi hal terpenting yang membentuk kesan pertama pada mereka terhadap kerja kelompok dan pemimpin.
Sebagai contoh, beberapa orang bertanya “jika seseorang dalam kelompok mendominasi kelompok, misalnya dengan berbicara sepanjang waktu, bagaimana kelompok mengatasi hal itu?” pemimpin kelompok harus dapat merasakan apa yang ada dibalik pertanyaan tersebut, dan harus bisa menyampaikan keprihatinan si penanya dengan mengatakan
“ Ya, seringkali merasa frustasi dan tertindas ketika ada seseorang yang mendominasi dan tak seorangpun melakukan apa-apa”. (reflection of feeling) dalam hal ini tujuannya adalah menumbuhkan kesadaran masing-masing anggota.
Misalkan orang lain bertanya, “ adakah orang yang berfikir bahwa saya lemah atau mengalami masalah psikologis jika saya memutuskan untuk bergabung dalam grup ini?” pemimpin dapat menjawab dengan empati dan positive reframing:
            “Bisa dimengerti kalu mungkin kita takut dilihat sebagai yang lemah dan mencari pengalaman kelompok. penilaian dari oranglain merupakan suatu kekuatan dalam hidup kita (respon empati) jika kita melihat lebih jauh lagi kita akan menemukan bahwa berjuang untuk perubahan bukanlah sebagai tanda masalah psikologis, melainkan tanda sebuah keberanian. Kita semua memiliki beberapa blok internal yang kita butuhkan untuk bekerja sehingga memperluas kapasitas kita untuk lebih hidup memuaskan dan membentuk hubungan yang lebih dekat dengan orang lain yang kita cintai. Oleh karena itu bergabung dalam kelompok dibutuhkan, dan merupakan cara investasi untuk semua (reframing positif)
5.      Kecocokan anggota
Dalam tahap orientasi pertanyaan yang sering muncul adalah: "Berapa banyak seharusnya orang harus sama satu sama lain dalam kelompok?" Idealnya, sebuah kelompok untuk bekerja dengan baik harus mempunyai tujuan fungsional yang sama. Tingkat fungsional merupakan faktor terpenting dalam kelompok. Gelar yang memadai dari homogenitas  sangat penting untuk membentuk kelompok yang aktif. Khususnya lagi, tingkat fungsional dapat dibedakan melalui tanda-tanda kemauan untuk berubah, semangat bergabung ke grup, kesadaran akan realitas dan diri, keterbukaan terhadap perasaan, kemauan untuk mentolerir kecemasan, kemauan untuk mengungkapkan, kepekaan terhadap orang lain, kemampuan mengambil risiko, kreativitas, dan nonagresivinnes (Riva, Lippert, & Tackett, 2000). Ketika ada kecocokan yang tinggi akan membuat anggota kelompok menjadi serasi.
           
Gender merupakan faktor penting dalam kelompok untuk anak-anak. Mencampur anak laki-laki dan perempuan dapat memiliki dampak negatif, terutama ketika berhadapan dengan masalah yang berkembang atau dengan isu-isu yang spesifik untuk anak laki-laki dan perempuan. Untuk orang dewasa, perpaduan gender dapat memberikan pembelajaran interpersonal yang lebih besar untuk setiap gender. dimensi multikultural lain identitas pertimbangan penting kedua untuk  menyusun kelompok dan untuk bersikap di mana anggota kelompok akan berinteraksi.

No comments:

Post a Comment