Friday, June 24, 2011

Keterampilan-Keterampilan Terminasi


I  PENGANTAR
Terminasi merupakan suatu taraf yang krusial dari pengembangan kehidupan suatu kelompok. Dikatakan krusial karena sesi akhir dari suatu kehidupan kelompok bisa membangkitkan rasa kesuksesan dan perasaan kehilangan sekaligus (Lacoursiere, 1980).  Bila kelompok hanya memikirkan persoalan-persoalan kehilangan tanpa diberi rasa harapan, efek terapeutik dari kelompok menjadi hilang. Dalam sesi akhir diharapkan supaya rasa sedih karena kehilangan teman kelompok tidak terjadi atau sekurang-kurangnya bisa diperkecil. Untuk bisa mengakhiri suatu kelompok dengan baik, pemimpin harus terus berfokus pada usaha menanamkan sebaik-baiknya dalam diri para anggota rasa harapan dan kompetensi, seperti rasa keterarahan dan identitas diri.
            Bab ini bermaksud untuk terus menanamkan keterampilan-keterampilan kepemimpinan yang menfasilitasi penutupan kelompok sehingga pertumbuhan para anggota boleh berlanjut setelah terminasi.
Hal itu mencakup :
·         Kepemimpinan dan taraf terminasi
·         Tujuh prinsip terminasi
·         Keterampilan-keterampilan mengakhiri kelompok
·         Evaluasi pengalaman kelompok
·         Contoh-contoh surat masa lalu (Reflektif)
II  KEPEMIMPINAN DAN TARAF TERMINASI
2.1 Taraf Terminasi
Seluruh karakteristik taraf terminasi dalam suatu kelompok merupakan suatu tema kegagalan dan kesedihan. Banyak perasaan digerakkan oleh akhir relasi terapeutik ini. Pengakhiran dapat diwarnai dengan kesedihan. Melalui seluruh pengalaman kelompok mungkin merasa seperti suatu kehidupan kecil yang dihidupi dengan orang lain yang menjadi signifikan dalam kelompoknya, sehingga pengakiran kelompok dirasakan seperti suatu kegagalan besar. Ketika menjelang pengakhiran, beberapa anggota mulai mengalami rasa perpisahan yang menggelisahkan. Sara, menulis dalam jurnal reflektifnya: “Saya merasa panik di mana kelompok akan berakhir. Saya ingin mempelajari sebaik mungkin supaya saya bisa sebelum kelompok kami berakhir”. Dalam situasi seperti ini, pemimpin kelompok harus mengembangkan gagasan-gagasan dan mengarahkan perasaan-perasaan anggota kelompok kepada suatu kesimpulan yang menyadarkan mereka bahwa tujuan kelompok mereka telah tercapai.
2.2 Munculnya Kesempatan-Kesempatan Baru
Taraf terminasi menyediakan suatu kesempatan untuk menoleh ke masa lalu. Hal itu memberikan orang suatu kesempatan untuk berefleksi dan mengakui pembelajaran antarpribadi yang terjadi dalam kelompok dan mengembangkan cara-cara supaya pembelajaran itu bisa digunakan dan diteruskan pada waktu yang akan datang. Jika ditangani dengan baik, pengakhiran dapat juga melahirkan kesempatan-kesempatan baru, seperti pembelajaran antarpribadi bisa diterapkan kepada pertemuan-pertemuan dengan orang di waktu yang akan datang. Seperti suatu pembaharuan kehidupan, transisi ini memungkinkan para anggota memadukan relasi masa lalu dalam kelompok dan relasi baru saat ini dengan menambah level-level kesadaran. Seperti Mary menulis dalam jurnalnya:
Selama kelompok memperoleh penutupan untuk suatu pengakhiran, saya merasa bahwa saya akan siap kehilangan kelompok, prosesnya, dan pemberian umpan balik dari semua anggota. Kelompok ini menampilkan kepada saya begitu banyak tentang orang dan inti diri mereka dengan mengamati bagaimana kami berinteraksi satu dengan yang lain pada banyak kesempatan yang ada. Saya menjadi sadar dari banyak hal tentang saya yang mewujudnyatakan diri mereka dalam kelompok. Satu hal,  yang menyadarkan saya adalah pembelaan diriku dalam konflik antarpribadi. Ketika Anna menuduh saya dalam suatu kelompok kecil, saya bereaksi dengan sangat defensif. Saya tahu bahwa saya sering memakail cara ini kapan saja saya dicela. Saya menjadi sadar bahwa pembelaan diri ini tidak membantu memecahkan banyak macam konflik. Saya sekarang lebih menyadari bagaimana saya merespon situasi bilamana diriku terdesak.
2.3 Perputaran Kehidupan
Orang-orang pribumi mempunyai relasi tertutup dengan alam dan yang lebih tahu perputaran musim dibandingkan kita yang hidup di kota. Musim semi membawa pertumbuhan yang segar, tetapi segera diganti dengan panas di musim panas, kemudian kesejukan di musim gugur, dan akhirnya kedinginan di musim dingin. Rangkaian perubahan itu menyebabkan suatu ancaman sesaat untuk kita jika kita tidak mengakui, seperti orang pribumi lakukan, bahwa hal-hal itu terus berputar. Kehidupan bergilir dan berputar. Demikianpun dengan kehidupan kelompok. Relasi dalam kelompok berbunga begitu pelan kemudian daun bunga gugur dan bunga berkurang. Namun, bibit-bibit mengetahui bagaimana menemukan tempat mereka di bawah tanah, pada waktunya, akan menjadi bunga-bunga baru yang penuh warna. Pengakhiran suatu kelompok memuat banyak bibit awal yang baru.
III TUJUH PRINSIP TERMINASI
Sebelum mendiskusikan keterampilan-keterampilan terminasi, kita terlebih dahulu membicarakan tujuh prinsip terminasi di mana para pemimpin harus mengetahuinya.
3.1 Memberikan Peringatan Awal
Prinsip pertama terminasi adalah memberikan peringatan awal. Mengakhiri sesuatu dengan baik merupakan salah satu pelajaran kehidupan. Untuk mengakhiri suatu kelompok dengan baik, ahli terapi harus bekerja untuk membawa rasa penutupan. Oleh karena itu, prinsip pertama terminasi adalah memberikan peringatan awal. Peringatan awal dapat mempersiapkan orang untuk mengantisipasi rasa kehilangan. Hal itu memberikan para anggota kesiapan secara emosional dan mendorong mereka coba mengakhiri urusan apa saja yang masih tertinggal sebelum kelompok berakhir (S.R. Rose, 1989). Perhatian khusus diberikan kepada persoalan-persoalan sulit yang timbul tetapi tidak dikerjakan secara tuntas (Keyton, 1993) karena jika yang tertinggal tidak diperhatikan, maka persoalan-persoalan itu mungkin menciptakan lingkaran emosional bagi para anggota untuk dibawah terus ke dalam relasi yang akan datang.
            Peringatan awal secara khusus penting untuk menerangkan secara singkat terapi kelompok, termasuk hal-hal yang ditemui dalam ruang lingkupnya yang terganggu oleh perawatan teratur. Memberikan penerangan kepada kelompok merupakan hal yang lebih penting supaya para anggota kelompok lebih dahulu dipengaruh oleh batasan waktu sepanjang kehidupan kelompok (Spitz, 1996). Para anggota kelompok jangka pendek cenderung mempunyai suatu rasa kohesif yang tinggi, bila dibandingkan dengan kelompok yang sudah terjalin dalam suatu durasi waktu yang lebih lama. Rasa kohesif yang kuat mungkin terpacu oleh suatu rasa kehilangan yang besar bila terjadi terminasi. Dalam kelompok jangka pendek, para anggota lebih suka dengan urusan yang belum selesai, karena kelompok ini selalu menentukan suatu fokus khusus, sebaliknya kelompok jangka panjang cenderung memberikan para anggota waktu untuk mengurus persoalan-persoalan secara lebih lengkap. Aspek urusan yang belem selesai ini adalah suatu hal yang dibicarakan secara teliti pada sesi akhir.
3.2 Mengakui Polaritas Perasaan
Prinsip kedua terminasi adalah mengakui polaritas perasaan akan terminasi. Sebagian besar orang bila mengakhiri suatu relasi, biasanya mengalami kekacauan perasaan dalam dirinya. Di satu sisi, pengakhiran kelompok dapat membangkitkan rasa legah; namu di sisi lain, hal itu bisa menimbulkan rasa kehilangan. Rasa kehilangan dalam terminasi sering berpusat sekitar suatu keluh kesah karena sekarang mempunyai sedikit kesempatan yang tertinggal untuk membiarkan orang lain mengetahui tentang kita, untuk membuka dan memberi diri dalam relasi dengan orang lain, di mana pada akhirnya kita dapat menemukan diri kita yang sebenarnya. Polaritas perasaan ini harus diproses.
            Dari suatu perspektif Mayan, Prechtel (1997) terlihat kesedihan dan pujian mempunyai hubungan erat. Dia menyatakan, “Ketika engkau sedang dipuji saat itu engkau kehilangan, itu disebut kesedihan. Ketika engaku sedang sedih saat itu engkau memiliki, itu yang disebut pujian”. Dalam pandangannya, pujian tidak bisa ada tanpa kesedihan, dan kesedihan tidak bisa ada tanpa pujian. Dia melihat depresi sebagai suatu manifestasi ketidakmampuan untuk memuji satu kehilangan. Sebagai manusia, kita sering mengalami peristiwa hidup secara sekaligus dari polaritas perasaan seperti ini. Seperti Prechtel merefleksikan, “kemampuan untuk tertawa dan kesanggupan untuk menangis sering tinggal dalam diri yang sama.”
            Belajar untuk berbicara tentang dan menerima polaritas perasaan dibangkitkan oleh pengakhiran yang membantu kita merangkul kompleksitas kehidupan dalam lingkupan polaritas perasaan. Hal itu juga membuka pintu untuk terus bertumbuh sehingga kita dimampukan untuk menemukan dan mengembangkan makna yang dalam dari pengalaman pengakhiran itu.


3.3 Mengatasi Kesulitan Menyampaikan Good-Bye
Prinsip ketiga terminasi adalah menfasilitasi dalam menyampaikan good-bye. Menyampaikan good-bye merupakan hal yang sulit bagi banyak orang. Banyak orang menghindarinya. Tidak heran banyak klien dalam konseling individual tidak datang ketika hal itu muncul pada sesi terminasi. Kesulitan untuk mengatakan good-bye ini adalah mengapa dalam masyarakat kita mempunyai “sindrom pesta perpisahan” di mana perasaan sakit hati bagaimanapun juga tidak terhindarkan. Ketika teman-teman berpindah, kita sering memberi mereka suatu pesta perpisahan untuk mengatakan selamat jalan. Bagaimanapun, ucapan selamat jalan tidak disampaikan sepenuhnya, karena hampir semua pesta perpisahan diwarnai dengan perjamuan bersama dan pesta yang berhura-hura. Hanya sedikit yang disampaikan atau yang dilakukan untuk membawa penutupan kepada perasaan yang mendalam, makna-makna, urusan-urusan yang belum tuntas antara mereka. Menghindari ungkapan good-bye dapat menciptakan banyak perasaan atau persoalan yang belum terpecahkan – demikian istilah sindrom pesta perpisahan.
            Kesulitan mengatakan good-bye mungkin mendorong para anggota yang lain untuk lebih berfokus pada suatu rasa kehilangan atau sama sekali menghindari untuk menghadapi perasaan sedih yang mereka alami. Mereka juga mungkin lalai untuk berfokus pada apa yang mereka selesaikan. Bila waktu terminasi semakin dekat, para anggota mungkin mundur dari penanaman emosi atau pekerjaan signifikan dalam kelompok (Lacoursiere, 1980). Oleh karena itu, salah satu prinsip terminasi adalah memampukan para anggota mengatakan good-bye dengan cara-cara yang penuh arti supaya pembelajaran antarpribadi dalam kelompok diteruskan dalam praksis.
3.4 Menyusun Tujuan-Tujuan Untuk Sesi Akhir
Prinsip keempat terminasi adalah merumuskan tujuan untuk sesi akhir. Menyadari kesulitan akan pengakhiran merupakan hal yang penting untuk bisa merumuskan tujuan-tujuan sesi akhir supaya menyalurkan kekuatan kelompok ke dalam tindakan yang produktif. Spitz (1996) mengidentifikasi tiga tujuan untuk sesi akhir: (1) menilai secara menyeluruh pengalaman terapeutik pada level individu dan kelompok; (2) menguji apa tingkatan tujuan yang dicapai; (3) melengkapi pengalaman kelompok dalam satu kerangka positif dari pikiran. Seturut Spitz, kita melihat terminasi suatu kelompok sebagai suatu tipe “graduasi”.  Tinjauan ini membawa rasa keberhasilan, kesanggupan dan harapan untuk masa depan. Pada bagian akhir bab ini kita akan memberikan langkah-langkah perencanaan untuk sesi terminasi yang sesuai dengan tiga tujuan khusus Spitz.
3.5 Pengalihan dari Dalam Keluar  
Prinsip terminasi kelima adalah memastikan apakah para anggota dapat mentransfer apa yang telah mereka pelajari dalam kelompok kepada kehidupan di luar kelompok. Kelompok hanya efektif jika hal itu merupakan suatu inisiasi kepada pemenuhan dunia antarpribadi. Dalam pedoman sesi kelompok, para anggota menjangkau kedalaman kesadaran internal dan eksternal. Yang krusial sekarang adalah meyakinkan apakah para anggota kelompok mampu mentansferkan apa yang yang telah mereka pelajari dalam kelompok kepada medan di luar kelompok. Pembelajaran harus mengambil inti “dari dalam keluar”.
            Ada dua taraf pentransferan dalam kelompok: yang satu terjadi selama kehidupan dalam kelompok, dan yang lain terjadi setelah terminasi.
Pentransferan Selama Kehidupan Kelompok
Selama mempelajari kehidupan kelompok, para anggota terdorong untuk mencoba secara tepat tingkah laku yang baru pada dunia luar. Pada waktu pendaftaran awal dari setiap sesi, para anggota kelompok diminta mensharingkan apa yang mereka lakukan untuk mentransfer pengetahuan mereka kepada kehidupan yang besarnya. Pada pembukaan sesi, pemimpin seringkali mengatakan,
Sebelum kita memulai sesi kita, silakan mendaftarkan diri dengan cepat. Minggu lalu, beberapa dari kamu telah mensharingkan kesulitan-kesulitan apa yang kamu alami dalam kehidupan kamu, dan kamu mampu menambah wawasan tentang kesulitan-kesulitan ini dalam sesi kelompok. Saya telah memperhatikan bahwa beberapa dari kamu mencoba beberapa pendekatan baru dalam kelompok ini untuk menangani persoalan-persoalan yang sulit. Saya ingin tahu apakah seseorang di sini mampu mencoba beberapa pendekatan baru dalam kehidupannya. Bila demikian, saya berharap bahwa kamu akan membagikan dengan kelompok bagaimana pendekatan-pendekatan baru itu kamu kerjakan.

Pedoman pendaftaran diri memberikan para anggota dukungan yang berlanjut dan suatu pilihan laporan untuk kelompok pada hasil usaha-usaha di luar kelompok. Seorang anggota mengomentari tentang pengalihan ini dalam jurnal reflektifnya:
Setiap minggu sebagai anggota kami melakukan pendaftaran diri, kami mensharingkan pertumbuhan dan perubahan yang kami alami di luar kelompok berdasarkan apa yang kami kerjakan dalam kelompok. Hampir semua kejadian ini terjadi pada sesi kami yang lalu. Saya memperhatikan bahwa para anggota sedang belajar untuk menjadi benar bagi diri mereka dalam hidupnya. Hal ini sungguh menggairahkan buat aku perhatikan. Awalnya saya ragu-ragu apakah sesi kelompok kami dapat membawa perubahan bagi kehidupan di luar kelompok kami, tetapi pada waktunya saya melihat bahwa selama seorang anggota mau untuk mecoba dan berubah, berubah adalah mungkin!
Pentransferan Setelah Terminasi
Setelah terminasi para anggota kelompok tidak melihat teman anggota kelompok mereka sebagai pendukung untuk membantu mereka menyaring perilaku baru mereka sehingga setiap anggota dituntut untuk menemukan cara-cara lain guna melanjutkan usaha-usaha mereka. Oleh karena itu pada sesi akhir, anggota dapat diingatkan oleh keterampilan-keterampilan yang mereka kembangkan dalam kelompok dan bagaimana melanjutkan latihan keterampilan-keterampilan itu segera sesudah kelompok berakhir.
            Keterampilan-keterampilan yang dapat ditranferkan ke kehidupan luar setelah terminasi termasuk: kemampuan berelasi secara emosional dengan orang lain dalam memberi dan menerima dukungan; kemampuan mengakui dan menegaskan satu kebutuhannya ke dalam satu situasi; kemampuan untuk mengambil resiko-resiko yang pantas untuk mengembangkan relasi; kemampuan untuk berkomunikasi secara jelas dan secara benar; kemampuan untuk memberi dan meminta umpan balik balik yang bermakna; dan kemampuan menggunakan catatan harian atau alat lain dari kemajuan suatu dialog yang sehat untuk mengidentifikasi aspek-aspek penting dari suatu pengalaman.
            Hal itu sering bermanfaat apabila pemimpin kelompok dapat memberikan suatu sesi tindak lanjut dari enam bulan sampai satu tahun setelah satu kelompok menjadi lengkap. Umpan balik dari sesi tindak lanjut yang demikian dapat mengembangkan informasi yang berharga seperti bagaimana anggota kelompok yang dulu mampu mentransfer dan melaksanakan apa yang mereka pelajari dengan baik.  
3.6 Terapi Review Kehidupan dan Riwayat Hidup Masa Lalu
Perinsip keenam terminasi adalah membuat suatu review kehidupan yang baik dari seluruh kehidupan kelompok. Dalam konseling orang tua, para ahli terapi sering menggunakan terapi review kehidupan untuk membantu mereka menoleh ke masa lalu dalam hidup mereka bersama dengan prestasi mereka dan menceritakan sejarah-sejarah mereka. Pengalaman review kehidupan ini sering memperbaiki identitas diri orang tua yang begitu mudah hilang dari kehidupan yang terhenti (pensiun) dan hilangnya kesehatan, teman-teman dan tujuan kehidupan. Terapi review kehidupan dapat diterapkan secara tepat untuk kelompok pada saat terminasi.
            Dalam menerapkan terapi review kehidupan untuk terminasi kelompok, pemimpin sebelum mengakhiri kelompok boleh meminta anggota kelompok menulis “riwayat hidup masa lalu” mereka sendiri.  Dalam surat ini, para anggota menulis tentang persoalan-persoalan dan tujuan pokok mereka, bagaimana  tujuan-tujuan mereka berubah selama belajar dari kelompok, apakah mereka mempelajari tentang diri mereka sendiri, apakah mereka berubah, peristiwa-peristiwa yang signifikan dalam kelompok yang mendorong mereka untuk menemukan diri atau pengalaman ‘’aha’ (yang mengagumkan), dan apakah kelompok mempunyai arti bagi mereka. Ada beberapa hal khusus tentang penulisan surat. Pada dasarnya dalam menulis surat, orang diminta untuk menulisnya sesuai dengan gaya pribadi dan berterus terang. Dalam surat, suara penulis yang autentik terus hadir (Tubman, Montgomery & Wagner, 2001).
            Ketika para anggota kelompok sampai pada sesi sebelum terminasi, pemimpin dapat meminta mereka untuk secara bebas mensharingkan perasaan yang ada pada mereka ketika sedang menulis riwayat hidup masa lalu mereka dan hal-hal besar lainnya dalam surat mereka. Setelah para anggota mensharingkannya, kelompok dapat berinteraksi secara bebas. Hal ini biasanya menciptakan suasana yang hangat dan humoris. Ketawa, air mata, dan pelukan mungkin terjadi sebagai hasil dari sharing ini. Ketika itu terjadi, mereka sangat terapeutis. Hal itu mempunyai arti tertentu bagi anggota kelompok untuk mendengar apakah mereka berarti satu sama lain.
3.7 Menggunakan Inquiri Apresiatif
Prinsip ketujuh dan terakhir terminasi adalah prinsip “inquiri apresiatif” (Hammond, 1996) dan serupa dengan teknik “penyusunan kembali secara positif”  yang sering digunakan dalam terapi strategis. Dalam menggunakan prinsip ini, pemimpin memperhatikan aneka bahasa yang dia pakai bersama dengan pengalaman klien. Karena berbagai pertanyaan yang diajukan dan bahasa yang digunakan pemimpin berpengaruh secara signifikan pada keterarahan sesi kelompok, khusunya sesi akhir. Oleh karena itu, pemimpin harus memilih suatu bahasa yang memajukan pertumbuhan para anggota. Untuk menempatkan suatu kerangka pertumbuhan pada pengalaman para anggota, pemimpin boleh mengikuti posisi filosofis Hammond (1996) di bawah ini:
·         Selalu mempunyai sesuatu yang dikerjakan.
·         Apa yang kita fokuskan pada realita kita.
·         Realitas diciptakan pada kesempatan itu, dan ada berbagai realitas.
·         Orang lebih percaya diri dan menyukai perjalanan ke masa depan (yang tidak dikenal) bilamana mereka mengedepankan bagian-bagian dari masa lalu (yang dikenal).
·         Hal itu penting untuk menilai pelbagai perbedaan.
·         Bahasa yang kita pakai menciptakan realitas kita (Hammond, 1996, hal. 20-21)
Seluruh sesi akhir akan bermanfaat untuk menerapkan pendirian filosofis kepada penanganan penutupan. Melalui semangat penyusunan kembali secara positif, sesi sebelumnya akan diisi dengan energi realitas posif yang akan menyanggupkan para anggota terus bertumbuh. Para anggota dengan penuh harapan akan mengakui pengaruh bahasa konstruktif komunikasi antarpribadi. Mereka akan diingatkan bagaimana bahasa dapat dipakai dalam kehidupan, supaya mengatur interaksi mereka dengan orang lain secara lebih baik. Untuk menyusun kembali secara positif, pemimpin membutuhkan kemampuan untuk melihat gambaran yang besar, atau skema sesuatu yang besar. Dia harus melebihi perspektif yang dibatasi supaya semakin mempengaruhi dan membawa orang ke dalam gambaran kerendahan diri mereka.
IV  KETERAMPILAN-KETERAMPILAN MENGAKHIRI KELOMPOK
Bagian ini menghadirkan serangkaian kemampuan dan teknik supaya pemimpin dapat mengadopsinya untuk sesi akhir. Keterampilan-keterampilan ini didasarkan pada prinsip-prinsip yang ditujukan oleh sesi di depan.
4.1 Membuka Meditasi
Untuk membuka sesi akhir, pemimpin boleh meminta para anggota menutup mata mereka selama dua sampai tiga menit untuk satu meditasi. Konsentrasi ini dapat membantu mereka menyentuh perasaan mereka pada saat itu. Pemimpin membimbing meditasi dengan mengatakan:
Ini merupakan sesi yang sangat khusus – dari sesi kita sebelumnya. Sebelum kita mulai, silakan mengendurkan kursimu untuk beberapa menit. Ketika kamu merasa posisi kursimu cocok, tutuplah matamu. Perhatikan pernafasanmu dan semua sensasi dalam badanmu. (Berhenti sejenak) Perhatikan pikiran dan perasaan yang muncul dalam horison pikiranmu. (Berhenti sejenak) Lepaskan pikiran-pikiran dan perasaan-perasaanmu itu untuk sejenak. Dengarkan apa yang sedang coba mereka katakan. Ketika sesi itu mulai, sediakan waktu untuk mendengarkan pikiran-pikiran dan perasaan-perasaan itu. Kemudian tinggalkan sensasi-sensasi ini untuk sejenak. (diam untuk satu menit) Sambil engkau memusatkan perasaan, bawalan perhatianmu ke dalam ruangan. Ketika engkau merasa siap untuk ikut serta dengan kelompok, engkau boleh membuka matamu.
4.2 Menyadari Perasaan-perasaan yang Hadir
Setelah membuka meditasi, pemimpin meminta para anggota untuk mensharingkan perasaan-perasaan mereka tentang terminasi secara singkat: kegembiraan, perasaan sakit, kehilangan, kegelisahan, atau kelegaan. Pemimpin boleh memberikan contoh sharing perasaan dan pikiran yang brsifat sini dan sekarang dalam dirinya. Keterbukaan dirinya memudahkan kelompok untuk mensharingkan suatu polaritas perasaan. Sekitar 10 menit boleh dipakai untuk sharing ini. Pemimpin boleh mengatakan:
(Untuk kelompok) Saya berharap meditasi singkat ini bisa membantu kamu menguasai sesi hari ini. Kita mengantisipasi sesi akhir, dan itu di sini. Banyak orang mungkin mempunyai perasaan-perasaan yang tercampur yang muncul dari pikiran kita sekarang, sehingga saya meminta kelompok menggunakan waktu 10 menit ke depan untuk mensharingkan perasaan-perasaan itu secara terbuka. Ketika anggota yang lain sedang sharing, yang lain bebas menanggapinya. Jagalah semangat kebebasan sharing kita. Ok, saya mulai dengan reaksiku sendiri. Dan setelah itu, kita bebas menanggapinya. Selama saya mengikuti apa yang ada dalam sesi kita tadi, saya merasakan ..........

Setelah para anggota mensharingkan perasaan-perasaan mereka, pemimpin boleh meringkaskan perasaan umum yang muncul pada saat itu. Sebagai contoh,
Rasanya, yang menjadi perasaan umum sebagaimana yang kita rasakan malam ini ...............
4.3 Mengatakan Good-Bye: Merefleksikan Makna Kelompok
Ungkapan para anggota yang mengatakan good-bye kepada yang lain dalam kelompok mempunyai arti bagi mereka. Ini bagian terbesar dari sesi akhir. Cara ini memerlukan waktu yang cukup untuk mengerjakannya. Sejak sesi sebelumnya, hal itu penting untuk memastikan cara menyampaikan hal itu dari setiap anggota. Jika kelompok tidak menyadari hal ini, maka secara lisan para anggota dapat menjelaskan secara terperinci pikiran-pikiran dan perasaan-perasaan mereka, sedangkan para anggota yang kekurangan kata-kata memerlukan banyak waktu untuk itu. Mengindahkan beberapa saran berikut untuk memfasilitasi kelompok mengatakan good-bye merupakan suatu cara yang bearti.
4.3.1 Menyusun Waktu 
Hal itu merupakan suatu praktik yang baik untuk menyampaikan kepada para anggota kelompok tentang kalkulasi waktu yang diperlukan untuk setiap anggota mengatakan good-bye. Sebagai contoh, jika sesi ini memerlukan waktu dua jam, 70 menitnya boleh dipakai untuk sharing. Bila ada 10 anggota, setiap anggota mendapat waktu sekitar 7 menit untuk mensharingkan perasaan dan pengalamannya. Bagaimanapun pemimpin seharusnya tidak mengestimasikan waktu secara kaku kepada para anggota. Estimasi waktu merupakan suatu kerangka waktu. Beberapa anggota akan mengambil lebih banyak waktu, dan yang lain kurang. Pekerjaan peminpin adalah mengatur waktu secara tepat.


4.3.2 Bidang Sharing Pengalaman
Beberapa anggota kelompok mungkin merasa kehilangan berkenaan dengan mengatakan akhir dengan orang lain. Kita membangun hal itu lewat meminta bantuan para anggota untuk mengungkapkan hal-hal di bawah ini saat mereka mengatakan good byes:
·         Perasaan-perasaan mereka pada saat menulis surat-surat tentang masa lalu mereka
·         Pokok-pokok yang signifikan – bagaimana mereka mengembangkan tujuan-tujuan pribadi mereka
·         Apa yang dipelajari – wawasan, pertumbuhan, dan perubahan
·         Apakah anggota kelompok yang lain berarti bagi mereka
Pembelajaran antarpribadi biasanya sedikit bertambah. Selama penambahannya kecil, kadang-kadang para anggota lalai untuk mengungkapkan pembelajaran atau merayakannya; terkadang hal itu diterima sebagai benar. Sesi akhir merupakan kesempatan bagi anggota untuk menghargai langkah-langkah kecil mereka dalam pencapaian tujuan-tujuan mereka. Tambah lagi, setiap anggota mengalami suatu hal besar atau suatu pengalaman puncak dalam kelompok yang membentuk suatu wawasan besar, suatu pengalaman yang mengagumkan, atau suatu penemuan diri. Beberapa anggota sungguh mempunyai pengalaman puncak dalam kelompok tetapi karena ketiadaan bahasa dan waktu untuk mengungkapkannya sehingga terbawa terus sampai pada hari-hari selanjutnya dalam hidup mereka. Atau mereka tidak diberi kesempatan untuk mensharingkan kesadaran diri mereka yang baru atau perubahan dengan kelompok. Sesi selanjutnya adalah kesempatan untuk mensharingkan kebahagiaan menemukan diri satu dengan yang lain.
            Untuk memulai kelompok mengatakan good-bye, pemimpin boleh mengatakan :
(Kepada kelompok) kita mempunyai waktu sekitar 70 menit. Selama waktu itu, saya mau melihat kembali pengalaman kamu dalam kelompok dan mensharingkan apakah kelompok mempunyai arti bagi kamu. Kelompok kita berjumlah sepuluh orang, sehingga setiap orang mempunyai waktu 7 menit. Kita menghendaki terbukanya kemungkinan munculnya wawasan-wawasan baru. Pada saat yang sama, kita mau bekerja untuk rasa penutupan setiap orang. (berhenti sejenak)
            Mempunyai rasa penutupan adalah hal yang penting di mana setiap anggota mensharingkan apakah pengalaman kelompok mempunyai arti untuk dirinya. Kamu mungkin mempunyai segala sesuatu seperti perasaan-perasaan yang kamu alami, ketika kamu menulis surat-surat masa lalumu, (berhenti sejenak) banyak pengalaman signifikan dalam kelompok yang telah membantu kamu sampai akhir dalam mengembangkan tujuan-tujuanmu, (berhenti sejenak) wawasan kamu peroleh dari dirimu sendiri dan bagaimana wawasan itu telah membantu engkau untuk berubah, (berhenti sejenak) dan akhirnya, apakah kelompok ini mempunyai arti untuk kamu. (berhenti sejenak) Setelah setiap anggota mensharingkannya, silakan bebas mengomentarinya atau memberikan umpan balik. Jagalah diskusi kelompok supaya terbuka dan mengalir bebas. Ok, kita mulai.

4.4 Memfasilitasi Interaksi Kelompok 
Meskipun sesi akhir tidak terstruktur seperti sesi lain dalam taraf pelaksanaan, hal itu membutuhkan beberapa fasilitasi pemimpin karena sesi akhir memerlukan suatu rasa penutupan. Pemimpin membutuhkan tersedianya interaksi kelompok yang menjadi begitu terbuka, dan pada waktu yang sama memfasilitasi secara aktif kapan saja para anggota kelompok melakukan penyimpangan dam interaksi. Pemimpin juga memerlukan bantuan para anggota untuk menyusun kembali secara baik pengalaman satu dengan yang lain bila suara-suara negatif atau pencelaan diri menjadi jelas.
4.5 Urusan yang Belum Terselesaikan 
Sewaktu mengatakan good bye, beberapa urusan yang belum terselesaikan muncul. Ketika itu terjadi, waktu harus dicurahkan untuk menyelesaikannya jika mungkin. Meskipun dalam setiap sesi kelompok meluangkan waktu untuk mengerjakan urusan-urusan yang belum terselesaikan mulai dari sesi-sesi sebelumnya, namun beberapa urusan yang belum terselesaikan mungkin masih ada. Jika urusan-urusan yang belum terselesaikan muncul ke permukaan dalam sesi kemudian, kelompok diberikan kesempatan lagi untuk memprosesnya dan dengan harapan membawa rasa penutupan kepadanya.
4.6 Pilihan Yang Lain Untuk Mengatakan Good Bye: Memory Books
Untuk kelompok anak-anak atau dewasa atau kelompok di mana para anggotanya kurang cakap berbicara, pemimpin boleh menggunakan suatu latihan yang terstruktur yang disebut “memory book” (ditemukan oleh Chris Rybak dan kawan-kawannya, Dr. Lori Russel-Chapin) untuk memfasilitasi kelompok mengatakan good bye. Dalam latihan ini, setiap anggota diminta untuk menyediakan bersama-sama sebuah memory book kepunyaannya yang mencakup pengalaman-pengalaman kelompoknya. Buku ini diberi halaman dari konstruksi kertas yang digunting pada bagian tengah, dengan dua lubang yang saling bertemu pada sisi kiri untuk dijepit dengan pita atau benang berwarna. Pada setiap pengalaman dalam buku itu, para anggota memberikan tanda atas pengalaman-pengalaman mereka secara singkat dalam kelompok dengan satu gambar sederhana atau beberapa kata atau puisi yang dicetak. Sebagai contoh, sebuah memory book isinya mugking seperti di bawah ini:
·         Halaman pertama: Apakah anggota senang ketika memasuki kelompok
·         Halaman kedua: Sebuah pengalaman signifikan yang telah mengubah dirinya dalam beberapa langkah yang penting
·         Halaman ketiga: Apakah anggota menjadi senang pada saat kelompok berakhir
·         Halaman keempat: Bagaimana kontribusi yang lain dalam kelompok terhadap pengalaman anggota
·         Halaman kelima: Bagaimana anggota menghilangkan dia dari kelompok
Perhatian itu tidak terletak pada prestasi yang artistik tetapi agaknya pada pengalaman-pengalaman kelompok yang nampak di mana anggota menginginkan hal-hal penting dan mensharingkannya  kepada orang lain. Untuk setiap halaman, waktu yang diberikan untuk melengkapi pelukisannya tidak lebih dari lima menit. Para anggota dapat menghiasi tampilan kulit buku dengan warna atau cara yang lain yang mereka inginkan. Sambil buku dilengkapi, para anggota dianjurkan untuk mensharingkan apa yang mereka dapat dari pengalaman-pengalaman kelompok mereka. Buku itu sendiri akan teringat jelas oleh setiap anggota tentang apa yang diperolehnya.
4.7 Mentransferkan Pengetahuan Kepada Kehidupan Luar
Terminasi tidak perlu hilang atau terpisah. Hal itu juga dipandang sebagai “tata cara pesan”, suatu perayaan yang menyatakan suatu transisi kepada suatu taraf baru kehidupan. Dengan saran ini, pemimpin kelompok boleh memfasilitasi para anggota untuk merefleksikan bagaimana mereka akan menciptakan suatu permulaan baru untuk kelompok di luar mereka sendiri. Suatu permulaan baru berati menemukan dan mengambil kesempatan baru untuk para anggota kelompok supaya mereka meneruskan pertumbuhan yang telah dimulai dalam kelompok. Pertumbuhan merupakan suatu perjalanan lanjut. Setelah pengalaman kelompok berakhir, setiap pribadi akan bertanggung jawab terhadap pertumbuhannya sendiri, untuk perkembangannya sendiri. Para anggota sekarang dihadapkan dengan pertanyaan seperti: Siapa yang akan keluar dari sana yang memberikan keberanian dan dorongan kepadaku supaya aku terus bertumbh? Tentu saja tindak lanjut menemui pemimpin kelompok menjadi cara yang mempertahankan perubahan awal ke dalam suatu pengalaman kelompok (Spitz, 1996).
            Mendorong para anggota untuk melihat “perjalanan ke depan”, pemimpin boleh mengatakan:
(Untuk kelompok) pertumbuhan dari setiap kamu membuat kelompok ini bersifat impresif. Saya begitu bahagia mendengar bahwa banyak dari kamu telah menambahkan suatu terobosan besar dalam periode yang singakt ini. Saya yakin bahwa kamu melanjutkan pekerjaan dan pertumbuhan pribadimu, saya harap kamu semua memikirkan pertanyaan-pertanyaan berikut: Adakah seseorang yang keluar dari kelompok ini yang dapat mengingatkan kamu bertingkah laku berdasarkan apa yang telah kamu pelajari dalam kelomopk? Apakah dukungan luar ada bagimu untuk membantu kamu melengkapi perubahan-perubahan yang kamu inginkan? Apa ada resiko-resiko yang terpikirkan supaya kamu mengatisipasinya di masa depan?

4.8 Referral dan Kebutuhan-Kebutuhan Tertentu
Banyak anggota bertumbuh selama sesi kelompok dan berjalan terus dengan kehidupan mereka. Bagaimanapun untuk beberapa anggota, kehidupan setelah kelompok memerlukan konseling tambahan, terpegantung pada tujuan-tujuan klien dan apakah dia percaya bantuan tambahan menjadi tepat. Beberapa anggota memerlukan suatu kelompok untuk mempelajarai bagaimana membukanya – dan kemudian mereka belajar untuk percaya pada satu hal bahwa kelompok itu juga akan berakhir. Untuk mereka ini, referral ke kelompok lain sangat dibutuhkan. Selama bertahun-tahun observasi kami mengajarkan kami menghargai satu hal: kesulitan yang besar bagi beberapa orang untuk membuka kelompk. Dalam konseling dan terapi, kita cenderung mengambil sharing antarpribadi sebagai yang tepat, tetapi beberapa orang memerlukan pekerjaan konseling individual sebelum mereka mendapat manfaat dari konseling kelompok.
            Dalam terminasi juga  memerlukan perhatian khusus untuk menangani para anggota yang mempunyai kesulitan dengan persoalan-persoalan separasi pada masa lampau. Referral atau konseling untuk kelompok yang lain ternyata merupakan kebutuhan bagi anggota yang lain.
            Jika pemimpin menggunakan ringkasan proses atau dokumen terapeutik (lht. Bab 12) selama berkelompok, dia harus menekankan pentingnya menjaga dokumen-dokumen rahasia ini. Pemimpin boleh meminta kelompok mendiskusikan bagaimana anggota menjaga keselamatan dokumen-dokumen itu.
4.9 Upacara Simbolis Untuk Mengakhiri Kelompok 
Sikap terakhir menyampaikan good bye bisa menjadi suatu upacara simbolis. Di sini ada dua contoh upacara seperti itu:
Merangkul Kelompok: Pengakhiran kelompok dengan suatu upacara mencakup suatu rangkulan kelompok
Mengadakan tidak lanjut: Beberapa kelompok dibagi untuk mengadakan suatu sesi follow-up agar cocok satu dengan yang lain tentang perbuhan lanjut mereka dan memberikan dukungan kepada mereka yang berkekurangan dalam keseharian hidup mereka. Jika suatu sesi follow-up dibagi, hal itu penting untuk membuat sesi itu menjadi jelas. Bila menyusun seperti suatu kelompok makan malam di restouran, maka sosialisasi maksud utama dari follow-up akan gagal dan mengurangi fungsinya. Jika para anggota kelompok ingin bersosialisasi satu dengan yang lain, mereka membuat jadwal dan mengadakan perkumpulan di mana mereka ikut serta secara jelas dan bergaul dengan tidak mempunyai maksud tertentu.
V  EVALUASI PENGALAMAN KELOMPOK
Mengevaluasi layanan konseling dan terapi kelompok dapat menyediakan data yang berguna untuk membantu para ahli terapi dalam program menyesuaikan diri kembali secara mutakhir, menyediakan akuntabilitas eksternal dan merencanakan program baru untuk masa yang akan datang. Evaluasi program merupakan suatu bagian integral dari lingkaran manajemen program (Lewis, Lewis, Daniels, & D’Andrea, 1998). Dalam layanan-layanan evaluasi kelompok, fokusnya selalu pada kualitas pengalaman-pengalaman kelompok dan pada pengaruh kelompok dalam perubahan klien. Umumnya, data dapat dikumpulkan lewat suatu laporan singkat, survei tanpa nama yang diberikan selama sesi terminasi atau melalui kontak follow up.
5.1 Evaluasi Segera Setelah Terminasi
Langkah pertama untuk mengevaluasi pengalaman kelompok adalah melalui suatu survei formal yang diberikan segera setelah sesi terminasi. Dengan itu para anggota kelompok masih hadir dalam ruang pertemuan dan pengalaman-pengalaman mereka masih segar dalam ingatan mereka, hampir semua anggota akan memberikan reaksi dan umpan balik mereka tentang pengalaman kelompok secara keseluruhan. Dengan demikian mereka menyiapkan pengalaman untuk diberikan kepada para anggota kelompok guna mensharingkan secara lebih deteil tentang kualitas dan efektivitas layanan-layanan kelompok. Lewat membuat survei tanpa nama, ada suatu kebebasan besar untuk mendeskripsikan pengalaman mereka ke dalam kelompok dan menawarkan umpan balik yang konstruktif di mana mereka boleh memperbaiki kelompoknya di masa depan.  
5.2 Evaluasi Dalam Kontak Follow-Up
Langkah yang lain untuk mengevaluasi pengalaman para anggota dalam berkelompok adalah melalui kontak follow-up. Follow-up membolehkan pemimipin untuk melihat apakah anggota yang tadi berhasil dalam melaksanakan perubahan-perubahan yang telah mereka mulai selama pengalaman kelompok. Hal itu juga penting untuk mengumpulkan informasi berkenaan dengan banyak penghalang atau kemunduran di mana para anggota kelompok mengungkapkannya setelah terminasi. Dalam langkah ini, pemimpin akan mempunyai informasi nyata yang bertambah lewat mengevaluasi efektivitas program kelompok dan menentukan apakah penyesuaian diri dapat dilakukan untuk layanan-layanan kelompok bagi para anggota yang akan datang.
            Bagian yang diberi nama “Contoh-contoh Survei Evaluasi Kelompok” pada Web site book (lht. Pengantar URL) itu menawarkan satu contoh survei follow-up yang boleh dipakai sekitar 6 bulan setelah kelompok berakhir. Bila pemimpin sedang mengirim survei lewat mail, itu harus disertai dengan surat penjelasan di mana hal ini merupakan suatu survei follow-up pada pengalaman kelompok, di mana pemimpin mau mengetahui bagaimana efektifitas program kelompok bagi para anggota tadi, di mana hasilnya akan dijaga kerahasiaan, dan umpan balik para anggota tadi akan membantu pemimpin dalam memperbaiki layanan-layanan kelompok yang ditawarkan untuk masa yang akan datang.
VI  CONTOH-CONTOH LOOKING-BACK LETTER
6.1  Surat Mike
Sesi ketujuh merupakan hal yang penting bagiku. Saya percaya bahwa itu merupakan satu dari semua sesi yang menakjubkan bagi para anggota yang lain karena mereka melihat suatu sisi yang berbeda dari aku untuk kesempatan pertama. Saya menangis selama komentar akhir karena saya begitu menginginkan perhatian kelompok malam itu, namun tidak begitu kuat untuk memintanya. Malah saya memilih menarik diri dan tetap diam. Strategi ini telah melayani aku dengan baik selama bertahun-tahun, tetapi saya cepat melarikan diri dari perasaan-perasaanku. Pada saat itu saya tidak bisa menahan air mataku, saya merasa sangat tersingkap karena reaksi kelompok cocok bagiku. Saya mengetahui satu hal bahwa saya yakin kelompok ini membantu aku bersama persoalan-persoalanku. Saya sangat terharu melihat anggota yang lain mencucurkan air mata untuk aku dan memperhatikan perasaan-perasaanku. Saya begitu tersentuh dengan air mata mereka.
            Sesi kedelapan sangat kuat. Kelompok memandatkan kepadaku untuk mensharingkan pikiran-pikiran dan perasaan-perasaanku yang sangat mendalam tentang ayahku dan pengaruhnya terhadap kehidupanku. Saya selalu bergelut dengan ketakutan akan ayahku. Kegagalannya sebagai seorang ayah terutama terhadap kenyataan di mana dia tercandu alkohol. Dia tidak mampu merubah cara hidupnya, dan akhirnya dia meninggal pada usia mudah tanpa pernah menyampaikanya kepada saudariku dan aku. Ini adalah perjuanganku. Saya menginginkan suatu eksplanasi tetapi saya tidak pernah cukup kuat memintanya. Saya berterima kasih, kelompok mampu membantu aku dengan cara yang tidak pernah saya bayangkan.
            Tanpa diduga-duga, sesi kesepuluh juga begitu kuat. Sambil saya mencoba mendapat respon dari Terry, saya mengalami diriku menemukan kembali perasaanku. Saya segera meluapkan emosi pada satu hal di mana saya tidak dapat menghentikan tangisan. Mengambil peran ayahku, Cindy dan Jean mampu memberikan aku kata-kata di mana saya mati-matian ingin mendengarnya dari ayahku. Kata-kata mereka persis apa yang saya butuhkan untuk mendengarnya karena selama kesempatan pertama mereka datang sebagai seorang yang tidak mencoba melindungiku. Saya akhirnya mampu memperoleh beberapa penutupan dengan persoalan-persoalanku. Bagaimanapun, saya sadar dari kenyataan bahwa saya akan terus bekerja demi pertumbuhan diriku. Saya sangat berterima kasih, saya adalah bagian dari kelompok. Hal itu dilihat sebagai agen perubahan hidupku. Saya akan menghargai pengalaman ini selama sisa hidupku.
6.2  Surat Keith
Melihat ke belakang dan merefleksikan pengalaman berkelompok memberikan aku suatu perasaan pahit-manis. Hal itu manis karena saya telah belajar begitu banyak dalam kelompok tentang diriku. Hal itu pahit karena saya sungguh merindukan kelompok dan berharap kami dapat melanjutkannya. Kelompok telah memberikan kepadaku suatu kesempatan untuk secara gamblang berbicara benar tentang kesanggupan nyata yang telah mempengaruhiku. Dalam kenyataannya, hal itu merupakan kesempatan pertama dalam hidupku di mana saya mampu bangkit dan mampu menghadapi persoalan-persoalan yang mempunya pengaruh pada kehidupanku. Saya mampu melakukan ini karena lingkungan yang disediakan oleh kelompok untuk aku. Bagaimanapun hal itu penting, untuk mencatat bahwa saya tidak masuk ke dalam kelompok dengan harapan mendapatkan langkah ini. Pengalaman kelompok melebihi harapanku. Suatu lingkungan yang terpelihara yang masih menantang yang membuat aku berpikir kritis untuk menemukan banyak persoalan yang muncul dalam kehidupanku. Banyak pembelajaran dalam kehidupanku yang berkaitan dengan mental: kelompok menyediakan aku untuk mengalihkan alam kerohanian ke dalam medan emosional. Saya menjadi besar karena kelompok ini dan menganggap pengalaman ini sebagai tahap yang genting dalam kehidupanku sebagai pribadi.
             Ada beberapa pengalaman dalam kelompok yang menonjol bagiku. Pengalaman-pengalaman itu adalah pengalaman diasuh, ditantang, konflik atau pengalaman pencerahan. Saya menyadari bahwa saya masuk ke dalam kelompok ini penuh dengan persoalan. Saya tidak yakin bagaimana saya berinteraksi dengan pemimpin. Alasannya adalah karena saya mempunyai pengalaman buruk di masa lampau dengan seorang figur pemimpin. Saya tidak yakin mengapa; saya tidak tahu apakah itu suatu kepribadian atau kebiasaan. Figur pemimpin sebelumnya adalah orang Asia, dan pemimpin dalam kelompok ini adalah juga orang Asia. Sebagai hasilnya, saya kira-kira menjadi defensif karena saya tidak mau percaya, berangkat dari pengalaman masa laluku itu. Bagaimanapun ingatan akan pengalaman itu muncul ketika pemimpin membagikan beberapa informasi tentang dirinya. Namun keterbukaannya membuat aku melihat segala perbedaan dan perspektif yang akurat. Pada saat itu, saya merasa tembok pertahanan diriku mulai runtuh. Hal itu seperti suatu kepercayaan untuk aku, dan itu menyadiakan aku pengalaman yang sungguh terpengaruh oleh proses kelompok. Pengalaman yang terpelihara bagiku dalam memulai berkelompok adalah bagaimana saya biasa menerima begitu banyak kesempatan dan hal itu menjadi sesuatu yang sulit bagi diriku. Saya mensharingkan bahwa saya mau tinggal lebih banyak dalam kesempatan itu. Saya membiarkan kelompok mengetahui apa alasan saya bekerja begitu kuat untuk beberapa hal yang memalukan yang telah saya lakukan di masa lalu yang mencederai rasa hormat dan memaksa aku secara finansial sampai pada hari ini. Kelompok mengesahkan aku.  Mereka tidak perlu setuju dengan gaya hidupku tetapi mereka mensahkan apakah emosiku dapat dimengerti. Validasi membantu aku untu melihat secara lebih jelas dan merealisasikan apakah gaya hidupku tidak dapat dimengerti dan tidak diperlukan. Saya masih menyelesaikan apakah saya menghendaki keuntungan finansial tanpa merugikan diriku sendiri dalam proses. Pengalaman yang begitu kurang dan membekas adalah bahwa saya telah merubah schedule saya dan merasa begitu baik.
            Kesempatan yang menarik datang ketika Rosi mengatakan tentang aku bahwa saya mungkin tidak baik secara emosional terhadap siapa pun dari cara di mana saya bekerja untuk diriku sendiri. Dia mengatakan itu dalam suatu cara yang membuat aku melihat ke dalam diriku sendiri dan memeriksa secara nyata apa yang aku inginkan. Saya menghargai kemampunnya untuk mengatakan apa adanya tentang aku ketika dia menyampaikannya dengan terus terang. Saya juga mampu menerima itu dengan baik karena faktor kepercayaan telah terbangun ke dalam kelompok.
Kesempatan menarik lainnya datang ketika Jane mengatakan bahwa dia pikir saya begitu cakap. Saya percaya bahwa hal ini mendorong aku untuk lebih merefleksikan diriku sendiri. Saya ingat reaksi yang tiba-tiba muncul untuk mempertahankan cara saya itu. Bagaimanapun saya lebih berpikir tentang itu, kemudian saya membangun niat untuk lebih bersikap secara intelektual. Hal ini memberikan saya gambaran tentang bagaimana reaksi saya terhadap masalah. Itu dapat mempersiapkan aku dari ketertinggalan dan kemunduran. Saya mengahargai apa yang dikometari Jane.
Titik pencerahan dari kelompok datang ketika kami mulai dibaurkan dan minta berkonfrontasi. Begitu mudah untuk lari dari konfrontasi karena sangat mepet. Bagaimanapun hal itu mungkin dialami sebagai hal yang sangat membantu kami untuk mengatasi persoalan-persoalan kami sendiri. Sebagai hasil dari pengalaman ini, saya menyatakan bahwa “konfrontasi tidak selalu buruk”.
Secara menyeluruh saya mampu menyelesaikan dua hal selama berkelompok. Pertama, saya dengan cepat mengisi diriku sendiri dan mengurangi rencana perjalananku secara signifikan. Saya tidak kemana-mana mulai 12 minggu yang lalu pada permulaan berkelompok. Sebagai hasil pengalamanku berkelompok, saya lebih sadar tentang tindakan-tindakanku. Kedua, saya mampu bekerja dan memperbaiki keterampilan-keterampilan sesuai dengan apa yang ada dalam pikiranku tanpa memerika dan berpikir secara mendalam pada setiap saat. Saya menjadi lebih pintar dan saya sangat berterima kasih. Saya merasa tidak cukup karena saya tidak menemukan kata-kata untuk mengekspresikan begitu besar rasa terima kasih saya kepada pemimpin dan untuk semua anggota kelompok yang telah menanamkan hati, waktu, dan pikiran mereka. Semuanya saya sampaikan terima kasih yang tulus dari hatiku. Dari Keith.
6.3  Surat Rosy
Konseling kelompok merupakan suatu pengalaman pencerahan buat aku. Sebelum merasakan terapi kelompok, saya lebih menekankan relasi yang intim. Banyak orang memahami aku dengan anggapan bahwa saya tidak berorentasi pada relasi atau saya telah melukai rekan lelakiku. Faktor itu bukan apa-apa untuk dipikirkan. Selama 15 tahun, saya memberi persepsi kepada relasi orang tuaku yang turut mempengaruhi relasi pribadiku. Saya menjauh dari relasi yang solit karena saya tidak mau mengulangi pola-pola yang sama seperti orang tuaku. Sangat penting, saya tidak mau mengakhiri sebuah relasi di mana pontensial untuk memburuk ke dalam hidup kedua orang yang tak dikenal di bawah langit yang sama.
            Banyak orang dalam kehidupanku mengalami bahwa mereka menemukan kesulitan untuk mengetahui aku pada level seorang pribadi. Setiap saat mereka mencoba, mereka menghadapi suatu tembok pertahanan. Saya sangat sadar akan sikap defensif ini, namun saya tidak pernah melihat kebutuhan untuk berubah sampai Mary dalam kelompok kami membantu aku memperlihatkan pengaruh negatif dari perilakuku terhadap orang lain. Saya tahu bahwa hal itu terasa seperti ditolak, dan saya tidak mau merasa seperti seorang yang objektif secara emosional. Saya tahu nilai dari relasi interpersonal yang penuh makna, dan saya mau mulai membangun relasi itu. Saya dapat mengambil tahap pertama dengan mengakui kemanfaatan keterbukaan diri dan memilih untuk mensharingkan diriku sendiri kepada orang lain. Saya cenderung kurang berperan dalam banyak situasi supaya menghindari koflik, tetapi terima kasih kepada kelompok, lewat tekanannya pada di sini-kini dan proses, saya cepat menghindari situasi-situasi yang tidak cocok. Kompetensiku yang bertambah akan membawa banyak manfaat bagiku di masa yang akan datang karena saya belajar menyampaikan pesan yang sangat kuat tanpa bersikap defensif.
VII  SKENARIO UNTUK LATIHANMU
1.    Pada suatu sesi akhir dari suatu kelompok, Chow menyatakan, “Saya tidak mau kelompok berakhir. Saya tidak siap untuk itu!” Faktor-faktor apakah yang engkau pertimbangkan dalam membuat tanggapanmu? Adakah persoalan-persoalan yang dapat engkau selidiki dengan Chow?
2.    Jake dan Woodrow muncul pada sesi akhir kelompok. Mereka kelihatan kurang bertalian dengan kelompok lebih dari beberapa minggu yang lalu, dan engkau mempunyai alasan untuk percaya bahwa mereka mulai tercandu alkohol lagi sekalipun mereka dengan terang menyembunyikan keadaan mabuk untuk beberapa tahun awal dalam sesi kelompok. Bagaimana engkau menghadapi ketidakhadiran mereka dalam pertemuan akhir?
3.    Seorang anggota kelompok, Helmut, mengatakan “Saya memberikan penghargaan yang mendalam atas dukungan dan relasi yang tumbuh di sini. Saya minta setiap orang di sini, baik para anggota maupun para pemimpin, pergi ke halaman belakang dapur rumahku hari Sabtu depan.”
Sebagai pemimpin kelompok, bagaimana engkau menanggapi pernyataan ini?
VIII  REFLEKSI DIRI
1.    Apakah beberapa cara yang keluargamu tangani hilang secara signifikan?
2.    Sebagai seorang pemimpin kelompok, bagaimana hal itu terjadi padamu untuk melepaskan dari para anggota kelompok dengan apa yang engkau sharingkan tentang ketertutupan emosional? Langkah pendekatan apakah yang engkau tempuh untuk menagani kehilangan ini?
3.    Macam apakah kewajiban yang terus menerus engkau rasakan, yang engkau miliki terhadap para anggota dari suatu kelompok yang utuh?
4.    Jika engkau seorang anggota, apakah engakau mau melepaskan sesi terminasi suatu kelompok? Apa yang akan kau persiapkan dengan baik untuk pengalaman terminasi suatu kelompok?

BUKU SUMBER

Erford, B. T. Group Work in The Schools. New York: Pearson, 2010.

No comments:

Post a Comment