Friday, June 24, 2011

Planning For Implementation


MENULISKAN RENCANA IMPLEMENTASI
Kami merekomendasikan menggunakan pendekatan sekuensial untuk menulis rencana pelaksanaan dimulai dengan pengenalan topik. Anda dapat menulis kata-kata khusus yang dapat anda gunakan untuk memperkenalkan sesi atau hanya catatan tema atau petunjuk yang relevan. Kami menyarankan agar rencana Anda juga menyertakan peta pembelajaran dan strategi untuk menginspirasi minat siswa dan partisipasi secara langsung (topik ini akan dibahas lebih rinci dalam Bab 6 sebagai bagian dari diskusi tentang memimpin kelompok tersebut).
Setelah pendahuluan, rencana tersebut harus mencakup deskripsi tugas kelompok, proses, kegiatan, atau latihan yang akan digunakan untuk menyampaikan tujuan pembelajaran di setiap sesi. Mereka harus diatur berurutan sesuai dengan bagaimana mereka akan diperkenalkan dalam kelompok. Kami menyarankan perencanaan untuk menggunakan variasi  tugas dan proses belajar ketika bekerja dengan anak-anak dan remaja muda, dan juga saat dengan kelompok yang besar. Hal ini karena memvariasikan cara dimana siswa terlibat dalam grup tersebut adalah sebuah obat penawar yang baik untuk perpecahan dalam kelompok. Sekali lagi, tingkat ketelitian yang diperlukan dalam rencana implementasi seputar kegiatan akan bervariasi dari rencana yang satu ke rencana lainnya dan dari pemimpin yang satu ke pemimpin lainnya.  Beberapa pemimpin lebih memilih untuk menuliskan petunjuk langkah-demi-langkah, sedangkan yang lain menganggap pendekatan yang lebih minim lebih dapat diterima. Dalam kasus di mana lebih sedikit catatan lebih disukai, kami sarankan bahwa rencana tersebut sekurang-kurangnya meliputi nama bahan yang akan digunakan, serta catatan mengenai tema yang relevan yang disampaikan lewat tujuan kegiatan. Jika Anda menggunakan bagian tertentu dari sebuah film populer, video, atau buku, rencana intervensi harus menunjukkan nama film yang akan digunakan, di mana lokasi film tersebut, posisi mulai dan akhir potongan film tersebut, dan berapa lama harus klip dimainkan. Akhirnya, Mungkin Anda juga ingin mengartikulasikan jumlah waktu yang harus digunakan dalam kelompok untuk kegiatan ini, serta berapa banyak waktu yang akan digunakan untuk pemrosesan kegiatan tersebut. Pertanyaan proses yang spesifik atau diskusi poin yang akan digunakan juga harus tercakup dalam rencana implementasi, bahkan jika kegiatan itu sendiri tidak membutuhkan banyak penjelasan rinci. Sebagian hal ini penting bagi kelompok-kelompok di mana ada beberapa sikap enggan bagi anggota untuk berbicara. Sebuah diskusi yang lebih menyeluruh pada pelaksanaan kegiatan kelompok akan dibahas selanjutnya dalam bab ini.
Akhirnya, rencana pelaksanaan juga harus menyebutkan dengan cara yang mana Anda akan menutup sesi masing-masing kelompok. Sementara perhatian yang tidak semestinya tidak perlu diperlihatkan pada saat-saat terakhir dari kelompok, penting untuk meluangkan setidaknya 5 menit waktu dalam kelompok untuk meringkas pembelajaran yang telah dilakukan. Mengundang siswa untuk berpikir tentang apa yang telah dipelajari di akhir setiap sesi kelompok akan menstimulasi proses berpikir siswa untuk belajar mengintegrasikan dan juga berguna sebagai alat untuk menilai sejauh mana siswa mencapai tujuan yang dimaksud dalam sesi tersebut. Banyak yang dapat hilang dalam hal memberikan pengertian jika Anda kehabisan waktu dan tidak memberikan perhatian yang memadai pada proses ini. Beberapa pemimpin kelompok memilih untuk meritualkan bagian dengan baik untuk tugas ini sehingga siswa dapat menangkap dengan jelas tentang harapan pada bagian ini dalam kelompok.  Bila waktu tidak memungkinkan untuk input siswa secara luas pada akhir dari kelompok, Anda dapat menawarkan ringkasan tentang apa yang terjadi, menghubungkan apa yang terjadi dengan tujuan pembelajaran yang dimaksudkan untuk sesi. Dengan cara yang baik, rencana pelaksanaan harus menjelaskan proses pembubaran yang akan dilaksanakan.

Menerapkan kegiatan dalam kelompok
Kegiatan yang dipilih dengan baik dapat membawa proses belajar dengan cara yang tidak mengancam dan juga merangsang motivasi dan ikatan hubungan antar siswa (Gladding, 2003). Kegiatan juga membawa peluang untuk memberikan penilaian kepada anggota dalam tindakannya antar sesamanya, Kegiatan – kegiatan tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan tingkat kenyamanan, dan kegiatan dapat mengkondisikan suasana yang menyenangkan dalam kelomopok (Jacobs,Mason,& Harvill,2005;Kees & Jacobs,1990). Walaupun demikian, penting untuk menekankan bahwa konselor sekolah tidak boleh mengasumsikan bahwa cukup dengan membacakan sebuah cerita kepada siswa atau mengikat sekelompok siswa dalam sebuah kegiatan yang menyenangkan dapat memicu pembelajaran dan perubahan. Aktivitas kelompok perlu dipilih dengan hati – hati dan difasilitasi dengan cara yang memicu tercapainya target dan tujuan yang dimaksud
dalam kelompok. Pada bagian ini, kita akan mendiskusikan pemilihan dari aktifitas kelompok, pekerjaan yang penting dalam melaksanakan aktifitas kelompok sehingga pemberian pengertian tersebut lebih meningkat, dan pemilihan waktu kapan dan bagaimana menggunakan aktifitas tersebut.

Pemilihan Aktifiitas
Sejumlah besar variasi dari aktifitas dapat digunakan dalam kelas dan kelompok konseling dengan anak-anak dan remaja. Sebagai contoh, Gladding (2003) menganjurkan menggunakan boneka peraga, musik, dan kegiatan seni untuk membawa pemahaman siswa atas diri sendiri dan untuk membantu siswa memahami sesamanya. Kees dan Jacobs (1990) dan Smead (1995) merekomendasikan menggunakan latihan yang tertulis (melengkapi kalimat,jurnal,listing), latihan yang bergerak (pembentukan kelas/keluarga,latihan kejujuran, latihan relaksasi, kegiatan berbasis petualangan dengan tingkat tinggi-rendah,menari), seni dan aktifitas kerajinan (menggambar, kolase, membentuk menggunakan tanah liat), membaca (membaca oleh pemimpin / membaca oleh anggota), musik, latihan dengan fantasi dan latihan membentuk dengan dipandu, pengambilan keputusan kelompok, latihan consensus atau tantangan, dan perjalanan keliling berkelompok dengan masyarakat berbagai usia.
Apa yang membuat sebagian aktifitas cocok untuk sebagian kelompok ialah kecocokan antar aktifitas, target dan tujuan dalam kelompok, dan sebagian polesan dari kelompok. Hal ini memerlukan pengetahuan umum dari peristiwa penting yang berkembang atau harapan bagi siswa di berbagai usia. Dan juga membutuhkan sebagian perhatian untuk kognitif,bahasa,kemampuan social dari anggota kelompok, sebaik pemahaman budaya dan pengalaman dari siswa dan komunitas dimana mereka ada. Sebagai contoh, seperti kita ketahui seorang konselor pernah dikerahkan oleh para orang tua yang tidak puas ketia ia memimpin sebuah  kelompok kelas sekolah menengah melalui pembentukan yang dibimbing ­– sebagian kecil para orang tua pada awalnya menginterpretasikan aktifitas sebagai beberapa bentuk dari hipnotis. Meskipun hal ini merupakan sebuah kesalah pahaman yang innocent, kepala sekolah tidak merasa keberatan terhadap “miss communication” tersebut. Setelah target dari kelompok sudah dipahami, sangat penting untuk tingkatan (Bloom’s Taxonomy [Bloom, 1956]) dan jenis pembelajaran (cognitive, affective,behavioral) yang dimaksudkan, dapat membantu pemilihan aktifitas. Untuk menilai kelayakan dari sebagian aktifitas, latihan, atau diskusi untuk sebagian kelompok, kami menganjurkan anda untuk menanyakan kepada diri anda sendiri pertanyaan – pertanyaan berikut:
1.      Apa tujuan dari sesi kelompok ini?
2.      Tingkatan pembelajaran apa yang kita ingin siswa terima?
3.      Jenis aktifitas belajar seperti apa yang telah saya gunakan di masa lalu?Bagaimana siswa menanggapi aktifitas tersebut?Bagaimana aktifitas ini bisa cocok dengan apa yang telah saya gunakan pada masa lalu/rencana untuk menggunakannya di masa datang?
4.      Jenis diskusi dan aktifitas seperti apa yang cocok untuk siswa seusia ini?Aktifitas apa saja yang mungkin menjadi memalukan, terlalu berbahaya, atau terlalu membosankan untuk siswa – siswa tersebut?
5.      Berapa banyak waktu yang saya butuhkan untuk diskusi/aktifitas ini dan berapa banyak waktu yang saya punya dalam kelompok?
Untuk dapat meyakinkan bahwa materi dan aktifitas yang ingin kita terapkan adalah cocok dalam kelompok, anda harus begitu familiar terhadap seberapa efektifkah hal tersebut sebelum memperkenalkannya kepada mereka. Ya, begitulah, sangatlah penting bahwa anda membaca buku – buku, bermain games, dan melihat – lihat semua DVD atau video sebaik mungkin dalam menggunakannya dalam kelompok. Juga, jangan lupa untuk memastikan bahwa semua itu tersedia pada hari dimana anda membutuhkannya. Akhirnya, kami ingin menyimpulkan bahwa sangatlah penting bagi anda untuk berhati – hati memilih dan memfasilitasi aktifitas yang bersama pengalaman dan kemampuan anda sendiri. Jangan memimpin latihan kelompok dimana anda tidak terlatih atau berpengalaman dalam memimpinnya atau yang memerlukan pengawasan lebih atau fasilitas yang lebih terlatih daripada apa yang bisa anda sediakan dalam kondisi sekolah.

MENJADIKAN AKTIFITAS BERMAKNA
Sangatlah penting untuk mencamkan bahwa aktifitas kelompok yang direncanakan adalah sebuah maksud untuk menyampaikan target dan tujuan penting, semua itu bukan target atau tujuan. Jadi, disamping aktifitas dapat memberikan suasana menyenangkan bagi kelompok, juga bisa digunakan dalam kelompok untuk target dan tujuan pembelajaran. Sebuah komponen yang kritikal dari ousat – pusat pembelajaran dari membantu siswa menangkap pemahaman konseptual dari materi yang dipresentasikan (Bloom,1956;Tileson,2004). Disini lagi – lagi kita diarahkan ke proses pemberian pemahaman, dimana terjadi melalui aktifitas (sebelum,selama berlangsung, dan atau sesudahnya). Pemimpin kelompok dan peneliti, Lieberman,Yalom, dan Miles (1973), menggunakan pengatributan pemahaman dalam mereferensi pada jalan dimana pemimpin kelompok membantu anggota kelompok membuat pemahaman dari apa yang terjadi dalam kelompok tersebut. Mereka menekankan tugas pimpinan kelompok dalam memfasilitasi proses kelompok sehingga anggota kelompok terikat dalam membuat pemahaman dari apa yang terjadi dalam kelompok. Kita telah membahas (pada bab 2) tentang cara – cara dalam pemberian pemahaman yang mana yang difasilitasi melalui perencanaan kelompok dengan hati – hati. Di sini kita menekankan bahwa pemberian pengertian harus mengiringi aktifitas kelompok dan latihan – latihan, dan bahwa perencanaan implementasi tersebut merupakan dimana peran pemberian pengertian akan didokumentasikan.
Notasi pemberian pengertian seharusnya mengindikasikan bagaimana siswa akan membangun koneksi antar pengalaman mereka dalam aktifitas dan tujuan pembelajaran yang dimaksudkan. Pada umumnya hal demikian bisa diselesaikan dengan efektif melalui serangkaian pertanyaan – pertanyaan seputar processing, yang akan kita diskusikan secara singkat. Dibawah ini saran dari Luckner dan Nadler’s (1997) mengenai dengan cara apa saja pemimpin kelompok bisa memfasilitasi diskusi pemberian pengertian dalam kelompok.
Framing Menyediakan informasi sebelumnya terhadap aktivitas untuk membantu peserta agar hati – hari terhadap apa yang mungkin muncul untuk menghasut. Juga, framing dapat disertai kontrak dengan kelompok atau membuat kontrak individu.
Large Group Discussion Hal ini dapat muncul dalam forum terbuka, melalui pertanyaan yang diajukan seperti pertanyaan processing yang disebutkan di bawah, dan dengan menggunakan putaran.
Journal Writing and Written activity Sheet Jenis processing ini lebih mengangkat ekplorasi personal daripada umum. Meskipun demikian, Lucker dan Nadler menyarankan agar keinginan ditentukan sehingga individu akan meminta untuk berbagi beberapa dari refleksi personal mereka terhadap yang lain dengan baik.
Dyads or Small Groups Mengundang pelajar untuk mendiskusikan sebuah aktivitas berdua atau dalam satu kelompok mengangkat interaksi interpersonal dan mungkin mengurangi resiko dan menghabiskan lebih sedikit waktu dari pada processing di kelompok yang lebih besar.
Isolation Menyediakan waktu untuk anggota kelompok untuk memperoleh kesempatan berfikir untuk diri mereka sendiri dapat sangat membantu, terutama jika aktivitas kelompok atau aktivitas latihan lebih sering. Individu dapat diajak untuk berfikir, mencatat,atau bahkan menggambar untuk proses atau refleksi secara individu terhadap pengalaman mereka. Kadang hal tersebut sangat membantu untuk memadukan waktu pemikiran individu dengan format yang lain dari sharing kelompok sehingga individu juga terdorong untuk membagi pengalaman mereka dan belajar satu sama lain.
Videotaping Memproduksi sebuah rekaman video dari pembelajaran tertentu sari pengalaman kelomok menawarkan format kreatif untuk memproses aktivitas kelompok.
Process Observers Mengundang individu untuk mengamati aktivitas kelompok dan memberikan tanggapan terhadap observasi mereka merupakan alat ampuh untuk proses pemberian pemahaman dan diskusi reflektif.
MEMPROSES PERTANYAAN
Memproses pertanyaan-pertanyaan yang didesain untuk mendorong anggota kelompok untuk membayangkan, menganalisa, dan mendiskusikan pengalaman mereka dalam sebuah kegiatan tertentu (Kees & Jacob,1990;Luckner & Naler,1997;Smead,1995)-sering digunakan dalam kelompok untuk membangun rancangan pemberian pengertian untuk membantu siswa membuat hubungan antara aktifitas terhadap target dan tujuan belajar. Pertanyaan – pertanyaan processing memfasilitasi perpindahan pembelajaran dari yang berpengalaman dalam kelompok kepada aplikasi atau situasi di luar kelompok, dan membantu memberikan penutupan setelah latihan atau aktifitas kelompok (Kees & Jacobs,1990). Aktifitas kelomopk dapat diproses dalam berbagai cara yang bervariasi, namun Smead menyarankan bahwa focus dari diskusi pemrosesan dalam 4 area berikut: intrapersonal learning (memeriksa pengalaman individu anggota kelompok), interpersonal experience (apa yang terjadi antara anggota dari kelompok), new though or learning (fokus terhadap apa yang telah dipelajari dalam kelompok), dan application (fokus kepada bagaimana informasi atau pengetahuan baru akan digunakan.
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, pertanyaan-pertanyaan spesifik yang akan anda gunakan dalam kelompok untuk memproses aktifitas atau pembelajaran harus digaris bawahi dengan jelas dalam rencana implementasi. Anda akan mengetahui bahwa ini adalah kasus dalam kelas dan rencana sesi/materi konseling kelompok pada lampiran A, dan rencana kelas di lampiran B. Kami merekomendasikan menggunakan struktur berikut yang diberikan oleh Kees dan Jacobs (1990) untuk memproses aktivitas kelompok :
1.      Process the Exercise Itself Meminta anggota untuk mendiskusikan apa saja yang terjadi dalam latihan/aktifitas.
2.      Reflect on Member’s Experience Meminta anggota untuk mengutarakan tanggapannya terhadap latihan.
3.      Reflect on How the Experience Affects Group Process Meminta anggota untuk menggambarkan bagaimana kelompok berhasil dalam pengalaman. Pertanyaan dapat berisi: “Bagaimana kita semua berinteraksi selama proses latihan?”
4.      Move to a More Personal Level of Processing Menanyakan anggota apa yang mereka rasakan/pelajari/alami secara personal yang didapat dari partisipasi mereka dalam latihan tersebut. Pertanyaan dapat berisi: “Apa yang kamu dapat/pelajari tentang dirimu sendiri sebagai hasil dari pengalaman?”
5.      Transfer of Learning Meminta anggota untuk berfikir tentang bagaimana pengalaman mereka dalam latihan terkait dengan aspek lain dalam kehidupan mereka. Pertanyaan dapat berisi: “Apa yang kamu ambil dari latihan ini mengenai bekerja bersama orang lain (sebagai contoh) dari arena latihan ketika anda meninggalkan tempat ini?” “Apa ingin anda kerjakan minggu ini setelah apa yang anda pelajari hari ini di sini?”

Pemilihan Waktu dari Penyampaian Aktifitas
Hal yang sama pentingnya dengan pemilihan aktifitas adalah pemilihan waktu kapan aktifitas-aktifitas tersebut diperkenalkan. Beberapa aktifitas kelompok dibangun pada konsep yang telah dipelajari pada sesi kelompok sebelumnya, sedangkan yang lain disajikan sebagai pengenalan untuk konsep tertentu atau fokus pembelajaran. Oleh karena itu, sangatlah penting untuk mempertimbangkan bagaimana aktifitas tertentu dapat berjalan bersama dan bagaimana hal-hal tersebut dapat berjalan di semua rencana unit.
Tingkatan dari resiko yang diperlukan untuk berpartisipasi dalam sebuah aktifitas tertentu merupakan sebuah pertimbangan penting ketika merencanaka aktifitas, terutama dalam kelompok kelas yang lebih besar dan ketika bekerja dengan anak – anak dan remaja. Ada beberapa aktifitas yang sangat bagus untuk membina kohesivitas dan kepercayaan kelompok., ada juga aktifitas yang menuntut kepercayaan dan kohesivitas untuk dapat berhasil dalam kelompok. Kami menganjurkan para pemimpin kelompok untuk memperhatikan etika kewajiban dalam memilih dan mengimplementasi aktifitas dengan kelompok mereka baik dalam konseling maupun di dalam kelas. Resiko ditentukan secara individu oleh anggota dalam kelompok; sangat penting bahwa konselor merealisasikan semua itu meskipun sebuah aktifitas bisa terlihat aman secara emosional (dan, tentu saja, aman secara fisik), keadaan seperti sebuah catatan personal atau modal sosial dapat berdampak pada sensitifitas siswa terhadap kerentanan dalam kelompok dan demikian juga, kemampuan siswa untuk berpartisipasi dalam aktifitas kelompok. Sebagai contoh, Selia, siswa kelas sembilan berpartisipasi dalam sebuah akademi kepemimpinan siswa musim panas yang mana didesain oleh administrasi dan departemen konseling, mengalami apa yang bisa dikatakan serangan panic selama aktifitas. Dia berpartisipasi dalam sebuah perjalanan kejujuran ketika partnernya yang matanya tertutup berteriak dan menangis,kemudian lari dari dengan penuh ketakutan dari partnernya. Meskipun Sheila setuju untuk berpartisipasi dalam aktifitas tersebut dan meskipun ia adalah pemimpin siswa muda yang tangguh, beberapa hal mengenai aktifitas tersebut menimbulkan sebuah abreaksi yang tidak diinginkan. Saat konselor sekolah dan partner kelas sembilan dalam kelompok mencoba untuk menenangkan Sheila, ia bisa pulih dari serangan panic dan kembali ke kelompoknya. Sheila setuju untuk menghabiskan beberapa waktu dengan konselor setelah kejadian itu dan menceritakan kepada orang tua mereka tentang apa yang dialaminya. Hasilnya bisa bermanfaat, namun tujuan kita di sini adalah untuk menuntut kontigensi yang dibuat tersebut untuk kejadian yang tidak diinginkan tersebut, alternative tersebut selalu dipresentasikan kepada siswa sebagai partisipan dalam segala aktifitas, dan konselor sekolah tersebut memastikan bahwa sumber daya yang memadai (dalam kasus ini berupa tenaga professional lain) tersedia (untuk masalah terkait keamanan siswa, lihat Ethical Standards for School Counselors,[ASCA,2004]).
Aspek menantang lainnya dari perencanaan aktifitas ialah menjadi mampu untuk memprediksi dengan akurat berapa lama aktifitas tertentu akan berlangsung. Ketika aktifitas begitu menarik atau kapan aktifitas tersebut membutuhkan perhatian atau manajemen yang sangat hati – hati, akan sangat mudah kehilangan jejak waktu. Ketika hal ini terjadi, pembelajaran yang dimaksud dari aktifitas tersebut dapat dengan gampang hilang hancur berantakan saat penutupan atau terserak dengan cepat. Mempercepat aktifitas sehingga bisa diselesaikan dalam waktu yang singkat dapat mengakibatkan aktifitas menjadi tidak efektif, jadi pastikan anda mempunyai waktu banyak dalam kelompok untuk memakai aktifitas dengan tepat. Tentu saja, ini berarti mempunyai waktu cukup untuk memproses aktifitas kelompok dengan baik. Seperti yang telah disebutkan, menulis dalam rencana implementasi tentang berapa banyak waktu yang ingin anda gunakan untuk setiap aktifitas, begitu juga dengan waktu yang akan anda habiskan untuk processingnya, akan membantu anda menjaga kelompok tetap aktif dalam penugasannya. Ada pemimpin kelompok yang mengindikasikan berapa menit waktu yang boleh digunakan untuk suatu aktifitas, ada juga yang lebih suka mengindikasikan jam actual untuk memulai setiap bagian dari rencana. Dalam beberapa kasus, mugkin anda butuh menegosiasikan waktu tambahan untuk sesi tertentu dalam kelompok jika aktifitas menuntut  waktu tambahan. Dengan pilihan lain, anda mungkin saja butuh mempertimbangkan untuk membagi aktifitas menjadi dua sesi kelompok jika tambahan waktu dibutuhkan. Beberapa konselor telah mampu bekerja dengan guru kelas untuk mengintegrasikan tujuan pembelajaran mereka kedalam beberapa aktifitas atau pelajaran yang diberikan oleh guru, dengan demikian dapat memberikan waktu lebih untuk aktifitas yang membutuhkan waktu lebih lama.

PERENCANAAN UNTUK PENGEMBANGAN, TENTANG KELAS, DAN KEBUTUHAN KHUSUS
Seperti yang kita catat di bab 1 dan 2, konselor sekolah harus mempunyai pengetahuan mengenai kesiapan berkaitan pengembangan siswa baik dalam kelas maupun kelompok konseling. Sebagai ilustrasi, mari kita gambarkan parallel antara memimpin kelompok dan mengajar matematika. Seorang guru kelas yang kompeten akan mengenali bahwa dalam sebuah kelas ada siswa untuk menerima materi, katakanlah mengajarkan mereka factor perkalian, akan tercapai dengan cepat dan sering kali seolah-olah mudah. Ada juga yang membutuhkan lebih lama untuk mencapai tugas yang sama, dan dengan penjuangan yang besar. Kisaran ini, meskipun bagus dengan range pengembangan normal, dapat menimbulkan sejumlah dampak. Sebagai contoh, siswa yang pandai mengingat tabel perkalian mungkin mencela siswa yang memiliki kemampuan rendah di kelas, sedangkan siswa yang giat mungkin mencari lelucon yang pantas atau perilaku yang berlawanan untuk “terlihat lamban” di mata saingannya. Konsekuensi dari variasi tersebut adalah nyata. Guru haruslah waspada dan responsive terhadap kemampuan yang cukup luas, penerimaan, dan perilaku untuk dapat memenuhi kebutuhan setiap orang dalam kelas. Hal ini juga berlaku untuk konselor sekolah; kita harus mengembangkan kesadaran yang tajam untuk range siswa dalam kelompok, dan rencana implementasi haruslah responsive terhadap polesan unik dari setiap kelompok tertentu.
Salah satu aspek tersulit dari perencanaan group adalah menentukan instruksi apa “yang paling sesuai”. Hal ini tentu berlaku untuk perencanan kelompok kelas, dimana ada kemungkinan variasi lebih dalam keanggotaan daripada dalam kelompok konseling. Isi kurikuler dan praktek instruksional yang digunakan dalam grup tersebut harus dirancang untuk memastikan bahwa semua siswa terlibat penuh arti pada tingkat kesulitan yang sesuai dan dengan cara yang berhubungan dengan kehidupan mereka sendiri atau pengalaman hidup mereka. Termasuk memastikan bahwa konten tersebut inklusif dan menghargai terhadap setiap kultur yang direpresentasikan dalam kelompok dan instruksi yang sesuai dengan kognitif dan kebutuhan pengembangan mental siswa. Secara intuitif, kebanyakan akan setuju bahwa sekolah di Amerika Serikat cukup beragam sehubungan dengan dengan kemampuan, prestasi, ras, etnis, kelas sosial, dan pengembangan / pengalaman hidup. Jadi, perlu perencanaan yang tepat dan perhatian penuh untuk kondisi siswa yang beragam; haruslah disediakan jendela dan cermin bagi semua siswa dalam kelompok. Seperti disebutkan sebelumnya, tidaklah tepat untuk menganggap bahwa keragaman bukanlah masalah, bahkan di heterogenitas yang tampak. Heterogenitas kelompok mahasiswa dalam kelompok konseling dan kelas tidak boleh diabaikan.
Ketika perbandingan konselor sekolah dan siswa adalah ideal, kami percaya bahwa konselor akan memiliki kesempatan untuk mengenal siswanya dalam hal kemampuan dan prestasi. Namun, ketika konselor sekolah berhadapan dengan jumlah siswa yang terlampau tinggi pada daftar nama mereka, akan lebih tepat untuk berkonsultasi dengan guru kelas untuk memperoleh pemahaman tentang berbagai pengalaman, kemampuan, dan prestasi siswa yang akan berada di kelompok. Kami juga menyarankan agar Anda menggunakan komunitas Anda dan sumber daya sekolah untuk menjadi terbiasa dengan budaya yang terdapat pada siswa sekolah Anda. Orang mungkin bertanya mengapa hal ini penting. Jawabannya menarik: konselor sekolah harus mempertimbangkan yang hadir dalam kelompok dan apa yang akan memaksimalkan pengalaman setiap anak saat mereka berpartisipasi dalam kelompok. Ingat, klien konselor dari sekolah ini ialah setiap siswa di sekolah.
Seiring dengan perbedaan di dalam-ruang kelas, sering ada perbedaan besar pada kelompok siswa yang tampaknya sama antar-kelas. Sebuah pelajaran kelompok kelas yang berhasil dengan baik di ruang kelas dua mungkin akan cepat menyebar di ruangan lainnya. Konselor Sekolah harus mengembangkan fleksibilitas dan pengambilan keputusan cepat sebagai bagian dari keterampilan kelompok mereka. Ketika kami praktek menjadi konselor sekolah, kami berdua masuk ke semua kelompok kelas dengan rencana kontingensi-apa yang akan kami coba pertimbangkan jika sudah jelas bahwa apa yang kita rencanakan gagal. Kami menyarankan Anda untuk selalu memiliki Plan B secara tertulis untuk setiap kelompok yang anda jalankan (perhatikan perencanaan kontinjensi di Rencana Sesi kelompok Konseling tingkat menengah pada Lampiran B).
Perencanaan maju dan fleksibilitas tersebut diperlukan saat munculnya peristiwa yang akan menggagalkan arah atau tujuan kelompok dan antisipasi Anda dari apa yang diharapkan sebagai penyelesaian selama sesi tertentu. Itulah posisi kita bahwa bekerja dalam kelompok selalu membutuhkan keseimbangan tidak tetap antara tetap berjalan dengan tujuan sesi atau bergerak ke arah yang dibutuhkan oleh satu atau lebih anggota. Kunci di sini, untuk kelompok kelas maupun kelompok konseling, adalah mengetahui bahwa semua jenis kelompok tersebut adalah dinamis. Kita harus mengakui sebagai pemikiran bahwa kita, sebagai pemimpin, memiliki kendali penuh atas apa yang terjadi dalam kelompok kita.
Marilah kita sekarang berdiskusi secara singkat mengenai topik yang sering terabaikan tetapi penting bagi konselor sekolah: bekerja efektif dengan anak-anak dengan kebutuhan khusus dalam kelompok-kelompok kelas dan konseling. Meskipun kita yakin bahwa anak-anak dengan kebutuhan khusus paling sering bermanfaat untuk interaksi individu dengan konselor sekolah, namun kita mengkhawatirkan kelompok-kelompok tersebut, bahkan kelompok heterogen yang berbeda, kadang-kadang melayani anak-anak dengan kebutuhan khusus. Konselor sekolah harus dapat memanfaatkan peluang emas bahwa partisipasi dalam kelompok dapat memberikan anak-anak kemampuan kognitif, fisik, dan emosi / kebutuhan psikologis dan juga perhatikan bahwa inklusi anak-anak dengan kebutuhan khusus menyediakan peluang emas bagi siswa yang lain dalam kelompok. Namun, inklusi yang memadai tidak terjadi tanpa perencanaan yang matang.
Untuk menyambut sepenuhnya siswa dengan kebutuhan khusus ke dalam kelas atau konseling kelompok adalah memastikan bahwa akomodasi yang dibuat sehingga para siswa akan memiliki kesempatan terbaik untuk mendapatkan manfaat dari pengalaman kelompok. Semua terlalu sering, kita telah melihat anak-anak dengan kebutuhan khusus ada tapi tidak diperhatikan di ruang kelas. Pada implikasi, kami mendesak konselor untuk mulai dengan melihat perbedaan. Seperti kita mendukung seluruh teks ini, seringkali menggunakan metafora dari jendela dan cermin, mengakui kontribusi unik dari berbagai-penuh kemampuan siswa-kognitif, fisik, dan emosional-affords potensi untuk pengalaman nilai tambah benar dalam kelompok. Agar hal ini terjadi, konselor sekolah harus diinformasikan mengenai kebutuhan khusus, serta gaya belajar dan kekuatan bahwa siswa akan membawa ke grup. Untungnya, banyak siswa dengan kebutuhan khusus harus hati-hati diartikulasikan hasil penilaian dan rencana pembelajaran yang tersedia untuk membantu menentukan cara terbaik untuk terlibat, dukungan, dan menantang mereka dalam lingkungan kelas dan kelompok. Dokumen tersebut harus ditinjau ulang oleh konselor saat ia berencana grup.

MENGAKOMONDASI TAHAP GROUP
Kesadaran bahwa kelompok-kelompok kemajuan melalui tahap diobservasi atau fase sangat membantu dalam mengembangkan tujuan, sasaran, dan dalam penilaian perencanaan. Pekerjaan Tuckman (1965), Gazda (1989), Gladding (2003), Corey (2007), Trotzer (1999), dan Yalom (2005) semua konselor mampu grup dengan berbagai model panggung. Kami percaya bahwa model ini menyediakan kerangka kerja yang berharga untuk mengantisipasi bagaimana kelompok berkembang dari waktu ke waktu dan harus dipertimbangkan ketika membangun rencana kelompok atau sesi pelajaran.
Teori tahap Group dapat membantu dengan urutan rencana mingguan. Penjajaran model panggung untuk perencanaan kelompok memungkinkan Anda untuk mempertimbangkan dinamika kelompok yang biasanya dihubungkan dengan berbagai tahap atau fase pengembangan kelompok dalam rencana Anda untuk kelompok setiap minggu. Sebagai contoh, adalah bijaksana untuk bertanya pada diri sendiri apa tugas membentuk atau menjelajahi perlu dipenuhi dalam rencana untuk sesi awal. Kemudian, Anda akan ingin untuk memberlakukan jenis-jenis rencana yang akan membantu siswa bekerja melalui proses menyerbu teoritis. Seperti perhatian menguntungkan anggota kelompok sebagai peserta didik pada kedua kelompok kelas dan konseling.
Tahapan model juga dapat membantu dengan mengantisipasi tanggapan anggota kelompok dan tantangan potensial yang mungkin timbul. Sebagai contoh, model tahap membantu Anda mengantisipasi bahwa anggota mungkin enggan untuk berbicara dalam sesi sebelumnya, terutama jika topik ini tidak nyaman bagi mereka. Perencanaan untuk sesi kelompok awal harus mengambil tingkat ketidaknyamanan menjadi pertimbangan. Teori Tahap membantu kita memahami bahwa dalam sesi kelompok kemudian, konflik antara anggota kelompok dapat menjadi indikasi bahwa mereka terlibat dalam materi dan bersedia mengambil risiko dan mencoba hal-hal baru. Pengetahuan ini dapat membantu kita menghindari kambing hitam salah satu anggota kelompok sebagai penghasut untuk konflik dalam kelompok.
Singkatnya, pemahaman yang tajam dan membutuhkan perencanaan yang cermat urutan overlay konten pada tahap-tahap perkembangan kelompok diprediksi. Kedua konsep saling mendukung adalah penting untuk perencanaan sukses dan terkemuka kelompok di sekolah.

PERBEDAAN ANTARA KELAS DAN IMPLEMENTASI RENCANA KONSELING
Sangat mudah untuk melihat bahwa kelompok-kelompok kelas yang berbeda memerlukan perencanaan dari kelompok konseling. Perbedaan ini baik dalam isi kelompok, serta cara-cara di mana grup akan dikelola (misalnya, rencana pelaksanaan). Namun, Anda tidak dapat mengasumsikan bahwa semua kelompok kelas harus direncanakan dan dikelola dalam satu cara dan bahwa rencana konseling kelompok secara kualitatif berbeda. Rencana harus responsif terhadap kekhasan dari keanggotaan kelompok (usia serta kepribadian), topik, tujuan, dan ukuran. Ini dapat bervariasi bahkan dalam setiap jenis kelompok.
Perbedaan utama dalam perencanaan penyuluhan kelompok kelas dan berkaitan dengan masalah struktur. Konselor Sekolah kadang-kadang cenderung menganggap banyak konten, mencoba untuk mengatasi beberapa hasil, dan sangat terstruktur dalam bagaimana siswa akan terlibat satu sama lain, pemimpin, dan konten, dalam kelompok kelas. Di sisi lain, rencana untuk kelompok konseling kadang-kadang cenderung agak jarang ketika datang ke konten, hasil yang diharapkan, dan rencana untuk melibatkan siswa dengan satu sama lain dan sekitar topik. Mungkin konselor sekolah adalah waspada terhadap campur terlalu banyak dengan struktur atau petunjuk dalam proses memimpin kelompok konseling yang lebih kecil dan bahwa mereka terlalu kelompok kelas struktur dalam ketakutan bahwa sejumlah besar siswa dalam kelompok ini membutuhkan tingkat yang lebih tinggi peraturan. Menariknya, proses kadang-kadang tampaknya terus sihir besar dalam kelompok konseling dan sering diabaikan sebagai pembelajaran penting dan alat manajemen dalam kelompok kelas yang lebih besar. Posisi kami adalah bahwa kedua jenis kelompok harus memiliki struktur yang cukup, bahwa struktur termasuk menghadiri untuk konten grup serta proses kelompok, dan sejauh mana struktur diperlukan dalam suatu kelompok tertentu tergantung pada beberapa kelompok variabel tipe-bukan hanya kelompok.
Dalam kedua kelompok konseling dan kelas, siswa harus jelas tentang harapan untuk grup dan kelompok perlu difasilitasi dengan cara yang memungkinkan siswa dapat berpartisipasi penuh dan memiliki kesempatan untuk mencapai tujuan dimaksud. Terserah pemimpin untuk struktur kelompok menuju tujuan ini. Kadang-kadang, ini berarti bahwa siswa perlu instruksi yang eksplisit, mereka harus terlibat dalam kegiatan yang direncanakan diikuti dengan pertanyaan proses spesifik, dan bahwa norma sekitar partisipasi perlu dibentuk dengan hati-hati dengan aturan kelompok. Dalam kelompok lain, tujuan dan sasaran mungkin lebih baik ditangani dengan menawarkan sebuah struktur yang lebih terbuka dimana siswa diundang untuk berpartisipasi dalam diskusi sekitar topik tanpa diminta untuk berpartisipasi dalam aktivitas spesifik atau berolahraga. Dalam kelompok terakhir, pemimpin mungkin mencoba untuk membuat kehadirannya jauh lebih sedikit terlihat, penataan kelompok sehingga siswa terlibat satu sama lain (dan tidak begitu banyak pemimpin) seputar topik atau materi. Sekali lagi, kami sarankan bahwa semua rencana ini sekitar struktur didasarkan pada konten dan keanggotaan kelompok, bukan jenis kelompok tertentu (misalnya, kelas atau kelompok konseling). Sederhananya: Beberapa kelompok membutuhkan struktur yang lebih dari yang lain.
Memungkinkan kita untuk menambahkan titik penting terakhir di sini. Seperti kita dinyatakan sebelumnya, kami tidak menganjurkan bahwa Anda mematuhi begitu austerely untuk rencana Anda sehingga merampok mahasiswa spontanitas yang dapat berkembang di dalam kelas dan kelompok konseling. Ketika merencanakan bijaksana memungkinkan konselor untuk memfasilitasi keseluruhan arah kelompok (menuju hasil yang diinginkan), itu adalah kreativitas pemimpin kelompok dan siswa. anggota yang menyediakan kebetulan, Kami akan naif untuk percaya bahwa hanya satu jalan mengarah ke tujuan yang diinginkan. Studi Kasus menawarkan dua contoh pentingnya bersikap fleksibel dalam kelompok.

STUDI KASUS
FLEKSIBILITAS DALAM PERENCANAAN
Pertimbangkan studi kasus kedua tentang fleksibilitas dalam rencana yang dirancang dengan baik. Yang pertama membawa hidup sebuah kelompok kelas di sekolah menengah dan yang kedua adalah tentang sebuah kelompok konseling sekolah dasar.

GROUP SEKOLAH KELAS MENENGAH
Dalam kelompok enam kelas, pelajaran yang difokuskan pada isu-isu keragaman sebagai bagian dari kurikulum karakter yang direncanakan di sekolah menengah. Sebagai siswa bekerja secara kooperatif tetapi dengan rendah energi pada latihan yang terencana tentang karakteristik kualitas, satu siswa mengangkat keprihatinan tentang apa karakteristik kualitas peran yang dimainkan dalam pemilihan pemerintah siswa mendatang. Bagaimana jika ditulis saat calon untuk kelas, petugas pemilihan tahunan ini diambil dengan sangat serius oleh banyak sekolah menengah siswa-memiliki seseorang yang "tidak memiliki karakter kualitas yang sangat baik"? Siswa, hati-hati untuk tidak menyebutkan nama-nama, cepat-cepat menambahkan, "Bagaimana jika kita tahu sesuatu tentang salah satu calon presiden kelas delapan yang tidak begitu baik?" Dengan pertanyaan ini, konselor diperbolehkan pelajaran untuk mengambil arah yang baru dan mengambil hidup baru. Siswa tiba-tiba tampak menjadi bergairah dan energik, sehingga konselor sekolah yang memimpin kegiatan kelompok memilih untuk membelok sengaja dari pelajaran yang ditujukan ke arah contoh baru, spontan dan menarik dari karakteristik kualitas. Para siswa bersedia untuk membuat diskusi hipotetis untuk menghindari berbicara tentang seseorang yang tidak hadir pada norma-kelompok yang disepakati sebelumnya. Perhatikan, bagaimanapun, bahwa tujuan menyeluruh pelajaran-untuk menghasilkan contoh kualitas karakter-tidak ditinggalkan. Hal itu hanya dicapai dengan mengikuti tema yang lebih baik memikat perhatian siswa. Hasil akhirnya adalah sebuah pelajaran yang paling sukses satu tercapai dengan menjadi fleksibel belum mengikuti tujuan pelajaran dan tujuan.

GROUP SEKOLAH DASAR KONSELING
Sebuah kelompok konseling telah bertemu selama kurang lebih 4 sesi dengan tujuan kelompok sekitar kebugaran fisik. Sebagian besar siswa kelas empat dan kelima telah evaluasi kinerja yang buruk di Pendidikan Jasmani untuk berbagai alasan. Tujuan khusus untuk sesi ini kelompok tertentu adalah untuk membangun sebuah daftar kegiatan fisik sebagai alternatif untuk aktif  disebut "The To Do List."
Pada awal pelajaran, seorang siswa tampaknya menjadi beban orang lain cekikikan dan mengejek halus tentang bagaimana dia telah melampaui pakaian yang dia kenakan hari itu. Meskipun konselor menyukai pelajaran yang mereka telah merencanakan untuk hari (konselor dan magang adalah co-memimpin kelompok itu), jelas bahwa rencana mereka lebih baik ditunda dan isu-isu nyata dan di-saat-harus mengambil panggung.
MEMPERHATIKAN RUANG FISIK PADA DIRI MASING-MASING ANGGOTA
Rencana untuk kelompok-kelompok di sekolah-sekolah harus mempertimbangkan ruang fisik dari ruangan yang akan digunakan untuk grup. Hal ini sangat penting karena banyak konselor sekolah dihadapkan pada tantangan untuk melakukan kelompok kelas di kelas guru lain atau berbagi kamar dengan yang lain kelompok profesional di sekolah. Variabel untuk dipertimbangkan dalam perencanaan ruang yang sesuai untuk kerja kelompok Anda termasuk menjamin bahwa siswa akan relatif nyaman di dalam ruangan (misalnya, mereka tidak lapar, tidak dingin, akrab dengan bahan-bahan di sekitar ruangan), siswa cukup dapat melihat Anda dan masing-masing lain (apabila diperlukan) ketika mereka berada di grup tersebut, ruangan yang relatif bebas dari gangguan, dan Anda juga akan ingin memastikan bahwa ada cukup ruang di ruang untuk jenis kegiatan yang telah direncanakan.
Perencanaan bagaimana ruang fisik akan digunakan dalam kelompok juga berarti memastikan bahwa kegiatan yang Anda rencanakan untuk grup sesuai untuk pengaturan dalam  Anda akan bekerja. Ingatlah bahwa beberapa kegiatan memiliki potensi untuk menjadi
berisik atau mengganggu ruang kelas di dekatnya. Ruang unik kebutuhan fisik
mungkin memerlukan upaya kelompok perencanaan kreatif, termasuk mencari alternatif pengaturan bila diperlukan. Kadang-kadang konselor memilih untuk bekerja di luar rumah ketika mereka menggunakan kegiatan yang memerlukan ruang atau PBB yang membuat banyak suara. Jika ini kasusnya, Anda akan ingin memastikan bahwa ruang luar benar-benar tersedia dan tidak mengganggu orang lain dalam bangunan, dan Anda juga akan ingin memastikan untuk mengikuti kebijakan sekolah untuk mengambil siswa penyok keluar dari gedung. Juga, jika Anda berencana untuk bekerja di luar rumah atau di lainnya ruang yang tidak memiliki pekerjaan Anda ruang reguler untuk grup, Anda mungkin akan ingin pastikan bahwa Anda memiliki "hari hujan" rencana untuk grup Anda dalam kasus perubahan keadaan.
Tentu saja, ketika Anda melakukan pelajaran di ruang kelas kelompok orang lain, penting untuk menghormati status tamu anda di ruangan itu. Menjadi tamu mengharuskan Anda untuk berhati-hati bahwa ruangan yang bersih dan dalam rangka pada akhir kelompok, bahwa barang-barang milik orang lain tidak terganggu, dan bahwa Anda memberi ruang belakang tepat pada akhir waktu yang diberikan Anda. Mengikuti aturan-aturan tamu sederhana akan pergi jauh menuju membina hubungan kolaboratif antara Anda dan yang lain yang mengajar siswa dalam kelompok Anda.

MENJAGA ETIKA IMPLEMENTASI
Kami tutup bab ini menarik perhatian Anda ke aspek yang sangat penting dari kepemimpinan grup: etika. Ketika seorang konselor sekolah bekerja dengan kelompok (dibandingkan dengan ketika ia bekerja dengan siswa individu), dia atau ia harus mempertimbangkan bagaimana proses, serta sebagai konten, akan mempengaruhi semua orang di ruangan. Hal ini membutuhkan pemahaman yang kuat para anggota mahasiswa yang berada dalam kelompok. Misalnya, konselor sekolah ingin video pelajaran kelas (seperti yang pernah dilakukan sebelumnya), jadi dia mungkin mendapatkan tanggapan tentang pelajaran dari konselor sesama dengan siapa ia bertemu sebulan sekali untuk pengawasan peer. Para rekaman video siswa dalam situasi belajar telah disetujui untuk keperluan akademis (yakni, evaluasi guru, penilaian siswa) di kabupaten sekolah ini konselor dengan peringatan bahwa orang tua / wali harus diberitahu terlebih dahulu. Dalam rangka untuk video ini pelajaran kelas khusus, ia mengirim sebuah pemberitahuan. Satu orang tua, karena alasan yang dirahasiakan, meminta agar putrinya tidak akan direkam dalam kondisi apapun. Meskipun konselor sekolah diyakini akan mudah untuk hanya alasan anak dari pelajaran tertentu, dia berbicara dengan kepala sekolah yang bertanya bahwa dia malah memilih kelas lain untuk merekam daripada memaafkan orang ini dari kelas untuk pelajaran 30 menit. Keputusan utama itu mengejutkan konselor, tapi hormatilah dia keinginan orang tua memberikan arahan yang sangat penting bagi konselor. Ini mencontohkan pentingnya memastikan clearance yang tepat, pemberitahuan yang tepat, dan menjaga orang kunci "dalam loop." Dalam hal hal berhati-hati dengan kebijakan sekolah, hasilnya bisa saja sangat tidak menyenangkan. Contoh seperti ini harus digunakan untuk mendorong konselor sekolah untuk mengadvokasi kebijakan sekolah konselor-ramah, serta kejelasan sekitar kode sekolah konseling tentang etika.
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya dalam bab ini, maksud kami mungkin tidak bersalah (misalnya, ingat dia sekolah konselor yang menggunakan citra dipandu.) Tapi tanpa hati-hati dan bijaksana pendidikan setiap orang yang terlibat, hal niat sedikit. Kami sangat merekomendasikan bahwa konselor tetap waspada literatur profesional dan pernyataan posisi dari lokal makan, dan organisasi profesional nasional yang mendukung berbagai-macam proses yang sesuai untuk digunakan oleh konselor sekolah dalam berjuang untuk mencapai tujuan dan sasaran kelompok yang dipimpinnya.
Kami ingin mengulangi titik yang dibuat sebelumnya bahwa itu adalah kewajiban etis konselor sekolah untuk menjunjung tinggi privasi dan kerahasiaan dari mahasiswa dan keluarga dengan siapa kita bekerja, sebagaimana mestinya, dalam kapasitas kita sebagai profesional konseling sekolah etika (untuk arah definitif tentang kerahasiaan , lihat ACA Kode Etik dan Standar Praktek [ACA, 2005]; Standar Etika untuk Konselor Sekolah [Asca, 2004], dan ASGW Pedoman Praktek Terbaik [ASGW, 2007]). Kami mengingatkan konselor sekolah untuk memastikan kerahasiaan sekitar semua yang dibahas dalam konseling kelompok-kelompok kecil (kecuali, tentu saja, seputar masalah tugas untuk memperingatkan). Karena kerahasiaan lebih mudah dikompromikan dalam kelompok kelas yang lebih besar, adalah tanggung jawab konselor untuk menjamin bahwa siswa menetapkan batas-batas yang sesuai di sekitar konten berbagi mereka, sehingga mereka tidak mengungkapkan informasi yang tidak sesuai untuk grup.

No comments:

Post a Comment