Tuesday, January 11, 2011

# REVIEW BUKU - Group Work In The Schools

A.  DASAR-DASAR DALAM KERJA KELOMPOK

1.             KERJA KELOMPOK: MODEL-MODEL KELOMPOK DAN PERSPEKTIF HISOTRIS

Definisi Kelompok
Menurut Charles Cooley, kelompok adalah pertemuan face to face antara beberapa individu dimana terdapat hubungan yang erat (intimate). Selanjutnya Gladding (2008) berdasarkan konsep di atas mendefinisikan kelompok sebagai dua atau lebih individu yang mempunyai ketergantungan satu sama lain, dan mempunyai kesadaran bahwa masing-masing mempunyai niat untuk mencapai sebuah tujuan yang sama. Menurut penulis, kelompok adalah sekumpulan individu yang memiliki tujuan yang sama dimana terdapat interaksi dan ketergantunga antar individu (interdepency) yang sifatnya saling menguntungkan.
Macam-macam Kelompok
Association for Specialists in Group Work (ASGW, 2007), membagi kelompok menjadi 4 macam :
1.             Kelompok Tugas: Dibentuk dengan tujuan menyelesaikan suatu pekerjaan/tugas atau menyelesaikan beberapa masalah. Contohnya: kelompok belajar, panitian, komite, dll.
2.             Kelompok Psychoeducational (Bimbingan): dibentuk dengan tujuan utama untuk menyampaikan pengetahuan dan ketrampilan-ketrampilan kepada siswa dengan menggunakan teknik-teknik tertentu. Contohnya: kelompok pendidikan, kelompok pelatihan keterampilan, kelompok pemahaman diri.
3.             Kelompok Konseling: tujuan dari kelompok konseling adalah perubahan kognitif, afektif dan tingkahlaku baik pemimpin dan anggota kelompok. Contoh: konseling kelompok dengan pendekatan humanistik, realita, dll.
4.             Kelompok Psikoterapi: menyediakan layanan kepada individu yang memiliki diagnosis klinis atau masalah yang serius dengan penyesuaian diri. Tujuannya untuk merekonstruksi dan mereintegrasi kepribadian. Contohnya: kelompok ketergantungan seksual, gangguan kepribadian, trauma, dll.

Sejarah Layanan Kelompok
1.             Periode akhir 1800-an sampai awal 1900-an
2.             Periode antara tahun 1920–1930
3.             Periode antara tahun 1940–1950
4.             Periode antara tahun 1960–1970
5.             Periode tahun 1980 ke atas
Kekuatan Layanan Kelompok
a)             Efisiensi waktu untuk pemimpin.
b)             Biaya yang lebih sedikit untuk setiap individu.
c)             Sumber daya yang besar.
d)            Rasa aman.
e)             Merasa saling memiliki.
f)              Replikasi dari kehidupan sehari-hari.
g)             Tempat yang aman untuk berlatih keterampilan baru dan menerima feedback.
h)             Komitmen.
i)               Kekuatan dari teman sebaya.
j)               Kekuatan interpersonal.
Tantangan yang dihadapi oleh Layanan Kelompok
a)             Tekanan untuk menyesuaikan diri.
b)             Distorsi realita
c)             Penolakan.
d)            Kerahasiaan.
e)             Kelekatan yang tidak sehat.
f)              Hambatan dari institusi.
Faktor-faktor Terapeutik  dalam Kerja Kelompok (Yalom & Leszcz, 2005)
1)             Menumbuhkan harapan.
2)             Rasa kebersamaan (universal)
3)             Menyampaikan informasi
4)             Altruisme
5)             Family reenactment (memunculkan kembali pengalaman keluarga di masa lampau)
6)             Pengembangan teknik sosialisasi.
7)             Perilaku imitasi (copy).
8)             Pembelajaran Interpersonal.
9)             Kohesivitas kelompok.
10)         Katarsis.
11)         Faktor eksistensi.

2.             DASAR HUKUM DAN ETIKA DALAM KERJA KELOMPOK

Isu Etika dalam Kerja Kelompok
Dasar etika memiliki 2 kategori, yaitu etika yang bersifat perintah dan etika yang bersifat aspirasi. Etika yang bersifat perintah, perlu adanya ketaatan atau kesetiaan secara profesional wajib dilakukan dalam proses konseling konseling dan pemimpin kelompok wajib mematuhinya. Sedangkan etika yang bersifat aspirasi, konseling dilakukan oleh pemimpin kelompok dengan mencoba aspirasi – aspirasi dengan standar yang tertinggi dan berpikir adanya perubahan perilaku mereka.
Prinsip Etika
Forester – Miller dan Davis ( 2002 ) menetapkan 5 prinsip moral dalam konseling dan semuanya sangat penting/berguna dalam pelayanan etika aspirasi, yaitu :
1.             Otonomi
2.             Kemurahan hati
3.             Tanpa kekerasan
4.             Kesetiaan/ketaatan
5.             Keadilan
Dasar Etis Bimbingan Kelompok
Terdapat 2 isu khusus dalam kelompok dan yang utama adalah bimbingan kelompok di sekolah.
1.             Tahap penyaringan ( Awal )
Konselor menyaring calon anggota kelompok yang akan diterapi. Tidak menutup kemungkinan konselor yang memilih atau menyeleksi anggota yang benar – benar membutuhkan dan mengambil keputusan untuk menjadi anggota kelompok, diharapkan tidak ada yang menghalangi dalam proses kelompok serta tidak membahayakan pengalaman kelompok.
2.             Tahap melindungi klien
Dalam kelompok seorang konselor harus melakukan tindakan pencegahan yang layak untuk melindungi klien dari gangguan fisik, emosi atau trauma psikologis.
Isu-isu Etis Pokok dalam Kerja Kelompok di Sekolah
1.      Kerahasiaan: Keharasiaan membantu pemimpin kelompok untuk menciptakan suasana perasaan yang saling percaya dan berbagi satu dengan yang lain.
2.      Pemberitahuan izin: Kerja kelompok harus diizinkan oleh orang tua atau wali siswa.
3.      Hubungan antar anggota kelompok: baik dari dalam kelompok maupun saat berada diluar kelompok.
4.      Kapan mengakhiri kelompok? Ketika layanan yang diberikan sudah tidak efektif atau dibutuhkan.
5.      Partisipasi kelompok: memotivasi anggota yang diam untuk berpartisipasi.
6.      Hak untuk melakukan terminasi secara prematur: Terminasi secara perematur dapat terjadi jika anggota kelompok merasa bahwa kelompok tidak dapat memenuhi kebutuhannya.
7.      Kompetensi konselor: meliputi pendidikan, latihan dan pengalaman konselor.
8.      Isu-isu keragaman: anggota kelompok memiliki keberagaman tersendiri sehingga pemimpin kelompok harus dapat mengatasi hal tersebut.

3.             PERMASALAHAN MULTIKULTURAL DALAM KELOMPOK KERJA
Kata budaya dapat dan seharusnya didefinisikan secara luas dengan memasukkan factor demografis (sebagai contoh: umur, gender, orientasi seksual) dan faktor status (misalkan, kondisi sosial ekonomi dan ketidakmampuan). Permasalah kultural yang sering muncul antara lain, yaitu:
1.             Penindasan dan Marginalisasi
2.             Kepemimpinan Kelompok dan Penindasan
3.             Gender Dan Kelompok Kerja
4.             Orientasi Seksual Dan Kelompok Kerja
5.             Cacat dan kelompok Kerja

Permasalahan Khusus Yang Mungkin timbul Ketika Memimpin Kelompok Multikultural
Sejumlah permasalahan yang menantang mungkin saja timbul ketika melaksanakan kelompok dengan anggota yang berbeda budaya. Dibawah ini adalah permasalahan umum yang mungkin muncul:
1.             Ketika seorang pemimpin kelompok berbeda kultur dengan para anggota kelompoknya
2.             Ketika permusuhan anggota kelompok muncul
3.             Ketika mendukung anggota kelompok

4.             MEMBEDAKAN PERAN ANGGOTA KELOMPOK

Tugas Penting Anggota Kelompok
Pembahasan mengenai karakteristik anggota kelompok seringkali berfokus pada bagaimana menghadapi siswa yang bermasalah. Terdapat dua keterampilan penting bagi anggota kelompok yaitu:
1.             Keterbukaan Diri
Salah satu hal penting yang harus dilakukan anggota kelompok adalah membuka diri (Bednar & Kaul, 1994). Membuka pikiran, perasaan dan perilaku adalah hal yang sangat sentral dalam partisipasi kelompok. Mendeskripsikan diri lebih baik daripada memberikan nasehat.
2.             Feedback (Balikan)
Feedback menggambarkan interaksi interpersonal dan reaksi anggota kelompok satu sama lain. Bednar dan Kaul (1994) mengatakan bahwa feedback merupakan salah satu karakteristik kelompok yang efektif. Balikan yang baik adalah balikan yang: (1) diminta, tidak dipaksakan (2) deskriptif, bukan evaluatif, (3) spesifik, tidak umum, (4) dicek kejelasannya (dengan menggunakan teknik restatement atau reflection).
Tantangan-Tantangan Dalam Bekerja Dengan Anggota Kelompok
Berikut ini adalah hal-hal yang perlu dipelajari oleh pemimpin kelompok dalam rangka mempersiapkan diri dalam menghadapi “tantangan” anggota kelompok. Masalah pemimpin dengan anggota kelompok biasanya terbagi dalam dua hal pokok:
1.             Masalah dalam Memahami Para Anggota Kelompok
2.             Masalah dengan Proses Kelompok
3.             Kejelasan Perilaku Anggota

5.             MEMIMPIN KELOMPOK

Proses Pengontrolan Kelompok
1.             Kontrol Tinggi Pemimpin, pemimpin kelompok yang memberikan kontrol pada level tinggi sering disebut dengan otoriter atau terpusat pada pemimpin kelompok.
2.             Kontrol Sedang/Moderat Pemimpin, pemimpin kelompok yang menggunakan kontrol sedang secara menyeluruh dapat juga disebut dengan demokrasi, terpusat pada kelompok, atau kolaborasi/kerjasama.
3.             Kontrol Rendah Pemimpin. Pemimpin kelompok yang menggunakan struktur atau kontrol yang kecil dapat diklasifikasikan sebagai laissez-faire atau pemimpin hanya sebatas nama.
Karakteristik Dasar Pemimpin Kelompok
1.             Penyesuaian
2.             Yakin Pada Proses Kelompok
3.             Antusias/ketertarikan
4.             Kepercayaan Diri
5.             Kesediaan Mengikuti Model Tingkah Laku Positif
Keterampilan Pemimpin Kelompok Yang Efektif
1.             Peng-awalan
2.             Aktif Mendengar
3.             Klarifikasi
4.             Pertanyaan
5.             Memberikan Balikan
6.             Empati
7.             Pemblokiran
8.             Menghubungkan
9.             Konfrontasi
10.         Pengajaran
11.         Modeling
12.         Peringkasan
13.         Evaluasi

Fungsi Pemimpin
1.             Fungsi Eksekutif
2.             Membantu Anggota Mendapatkan Wawasan dan Menghubungkan Makna
3.             Stimulasi Emosi
4.             Fokus Disini dan Sekarang
5.             Meningkatkan Interaksi


B.  TAHAPAN-TAHAPAN (PROSES) KERJA KELOMPOK

6.             PERENCANAAN KERJA KELOMPOK:
a)             Mengklarifikasi Lingkup Kompetensi Kelompok Kerja
b)             Menetapkan Tujuan Untuk Melingkupi Intervensi
c)             Mengidentifikasi Tujuan Dan Sasaran Untuk Intervensi
d)            Keuntungan Yang Diperoleh Anggota Kelompok Umum
e)             Tujuan Khusus Hasil Individu
f)              Tujuan Proses Bimbingan
g)             Merinci Metode Pencapaian Sasaran Dan Tujuan Selama Intervensi
h)             Metode Cermat Yang Dipergunakan Dalam Screening, Memilih, Dan Mempersiapkan Anggota Untuk Menjadi Sukses Dalam Kelompok
i)               Skrining Dan Pemilihan
j)               Mempersiapkan Anggota 
k)             Memilih Metode Untuk Mendapatkan Makna Dan Mentransfer Belajar
l)               Pembuatan Makna Dari Pengalaman
m)           Menjelajahi Dalam-Group Pengalaman    
n)             Menentukan Metode Untuk Mengukur Hasil
o)             Menilai Hasil Siswa 
p)             Menilai Proses Kepemimpinan Kelompok
q)             Perencanaan Untuk Melawan Antara Kelompok Tertutup Dengan Kelompok Terbuka
r)              Pengembangan Program Dan Evaluasi Pada Kelompok Terbuka Dan Tertutup 

7.             PEMBENTUKAN DAN ORIENTASI KELOMPOK

Tanggung-Jawab Pimpinan Dalam Tahap Pembentukan Dan Orientasi
Pada tahap pembentukan dan berorientasi, para pemimpin memiliki banyak fungsi dan tanggung jawab. Tercantum di bawah ini adalah beberapa fungsi dan tanggung jawab pemimpin kelompok dalam tahap awal kelompok; ini berfungsi sebagai outline, dan masing-masing akan dianalisis secara individual seluruh sisa dari bab ini:
1.             Meninjau tujuan kelompok
2.             Membantu anggota menetapkan tujuan pribadi
3.             Menentukan aturan grup
4.             Pemodelan perilaku kelompok fasilitatif
5.             Membantu anggota dalam mengekspresikan kekhawatiran mereka
6.             Menciptakan dan menjaga kepercayaan
7.             Mempromosikan susun positif antara anggota kelompok
8.             Pengajaran anggota keterampilan interpersonal dasar (misalnya, sebagai mendengarkan aktif)
9.             Menanamkan dan memelihara harapan
10.         Menyelesaikan masalah yang mungkin kelompok yang terwujud dalam tahap pembentukan dan berorientasi

8.             TAHAP TRANSISI

Tahap Transisi Sebagai Suatu Tugas Kelomok Yang Kritis
Sejumlah besar teoritikus telah melakukan hipotesa tentang sebab konflik transisional dalam kelompok dan tentang nilai konflik ini bagi perkembangan kelompok. Hal itu diarahkan untuk memandang transisi dari dua perspektif penting: teori perkembangan kelompok dan teori sistem, keduanya membantu untuk menjelaskan mengapa konflik menjadi suatu tugas perkembangan yang penting bagi kelompok.
1.             Transisi Dari Suatu Perspektif Teori Perkembanga
2.             Transisi Dari Suatu Perspektif Teori Sistem

Kegelisahan Sebagai Sumber Konflik
Kegelisahan dilihat dapat membawa kekuatan dalam kelompok (Donigian & Malnati, 1997).
1.             Kelompok Sebagai Sumber Kegelisahan
2.             Kebutuhan Pokok Sebagai Sumber Kegelisahan
Ekspresi Persoalan Transisi
Dinamika interpersonal dan intrapersonal yang tersebut di atas termanifestasi dalam kelompok selama taraf transisi melalui cara-cara yang dapat diprediksi. Pada saat taraf pembentukan dan orientasi perkembangan kelompok yang dicirikan oleh penyesuaian diri terhadap proses kelompok dan beberapa pengujian batas untuk mengidentifikasi “peran-peran dasar” taraf transisi ditandai dengan permusuhan dan konflik yang semakin jelas (Yalom & Leszcz, 2005).
1.             Perjuangan Untuk Kontrol
2.             Mempertahankan Keakraban
Menangani Maslah-Masalah Transisi : Implikasi Untuk Pemimpin.
1.             Perangkat-perangkat Pemimpin yang Umum
Bekerja dengan dinamika transisi adalah hal yang menantang sekalipun untuk para pemimpin yang berpengalaman. Pemimpin sering tidak tahu harus berkata apa atau di mana, untuk merespon pelbagai variasi masalah-masalah potensial. Edelwich dan Brodsky (1992) menguraikan empat perangkat umum di mana pemimpin terlibat di dalamnya bila coba menangani masalah-masalah transisi, khususnya masalah-masalah seputar ketahanan: melakukan konseling individu dengan seorang anggota kelompok, membenarkan kelompok, mendorong rasa bersalah dalam rangka untuk memperoleh kepatuhan, dan menyamakan perasaan dari satu anggota kepada seluruh kelompok.
2.             Hal yang Penting Untuk Menangani Transisi
Meskipun beberapa pemimpin kelompok bisa jatuh ke dalam perangkat yang tercantum di atas dari waktu ke waktu, perangkat ini juga bisa menjadi kesempatan yang baik untuk bekerja dengan konflik dalam kelompok tersebut. Bagian ini menguraikan hal-hal di mana pemimpin harus sadar ketika bekerja dengan masalah-masalah transisi transisi.

9.             TAHAP KERJA
Tujuan Dari Tahap Kerja
Ada hasil tertentu yang diharapkan para pemimpin untuk mencapai pada tahap kerja. Pertama dan terpenting, hasil utama untuk tahap kerja bagi anggota kelompok untuk memenuhi terbagi dalam tujuan dan kelompok  diidentifikasi selama tahap perencanaan dan tahap pembentukan dan berorientasi kelompok. Bagi sebagian kelompok yang dilakukan di sekolah-sekolah, tujuan akhir dari kelompok akan terkait dengan beberapa karir, akademik, atau pribadi-sosial hasil kesuksesan (American School Counselor Association [ASCA], 2005; Carey, Dimmit, Kosine, & Poynton, 2005).
Peran Anggota Pada Tahap Kerja
Pada tahap kerja, peran yang bermain dalam anggota kelompok dapat berubah secara dramatis. Perubahan ini sebagian besar merupakan hasil dari anggota mengembangkan rasa identitas dengan anggota lain dari grup dan membeli ke tujuan kelompok dan metode. Dalam banyak hal, "grup" menjadi "kelompok kami" sebagai anggota mengambil tanggung jawab lebih untuk proses kelompok dalam sesi masing-masing dan untuk perjalanan secara keseluruhan kelompok ini membuat arah tujuannya. Salah satu siswa cara menunjukkan tanggung jawab mereka meninggalkan diambil untuk grup tersebut adalah dengan memainkan peran yang lebih aktif dalam diskusi kelompok. Grup anggota cenderung untuk berkomunikasi langsung dengan satu sama lain, bukan melalui pemimpin kelompok. Selain itu, anggota kelompok lebih bersedia untuk memulai percakapan, lebih bisa menambah wawasan yang mengambil percakapan lebih dalam, dan lebih mungkin untuk mengidentifikasi tema-tema penting dalam diskusi kelompok. Satu kelompok peserta pelatihan konselor menulis tentang dinamika dalam jurnal kepemimpinannya:
Peran Pemimpin Dalam Tahap Kerja
Sama seperti peran anggota mulai berubah sebagai tahap kerja berlangsung, peran pemimpin Harus beradaptasi juga. Sebagai anggota mengambil tanggung jawab yang lebih besar untuk kelompok fungsi, pemimpin dapat menjadi petunjuk kurang, melayani lebih sebagai monitor proses dan kelompok. Kisah berikut dari Tao Pooh (Hoff, 1982) menggambarkan kemungkinan sikap pemimpin kelompok selama tahap ini:

Tahapan Kerja Dan Pertimbangan Wakilkepemimpinan
Meskipun bagian sebelumnya memberikan gambaran tentang peran kepemimpinan terutama dari sudut pandang satu kelompok-pemimpin, sastra ini menegaskan bahwa kelompok-kelompok kebanyakan difasilitasi oleh lebih dari satu pemimpin (Roller & Nelson, 1991; Rosenbaum, 1983; Yalom & Leszcz, 2005 ).
Tahap Kerja Real
Meskipun tahap kelompok seringkali disajikan dalam model linier dengan batas-batas yang jelas (seperti yang disajikan di sini), harus dicatat bahwa dalam praktek tahap kelompok jarang begitu jelas didefinisikan. Bahkan, tahap cara kelompok sering disajikan dalam literatur terutama konsep akademik,: adalah tahap kemarahan berasal dari pengamatan klinis daripada bukti yang diperoleh dari penelitian (Berg et al, 2006.).
Berbeda Kerja Tahap Untuk Kelompok Berbeda
1.             Kelompok Yayasan
Yayasan ini kelompok memberikan dasar untuk banyak keputusan dibuat tentang grup. Yayasan ini adalah titik awal untuk merancang kelompok, tetapi juga memainkan peranan penting dalam tahap kerja. Secara spesifik, prinsip-prinsip yang membentuk dasar kelompok menentukan apa yang akan dicapai dan bagaimana tujuan akan dipenuhi dalam tahap kerja. Faktor-faktor yang merupakan komponen penting dari yayasan kelompok itu termasuk tujuan umum dan tujuan khusus dari kelompok serta perspektif teoritis yang mendasari.
2.             Desain kelompok
Selain fondasi yang mendasari kelompok, desain kelompok tertentu yang dipilih akan mempengaruhi proses tahap kerja. Ada banyak faktor untuk dipertimbangkan sebagai bagian dari desain kelompok, termasuk jenis kelompok atau format, gaya kepemimpinan, durasi kelompok, dan apakah kelompok akan ditutup atau terbuka untuk anggota baru.


3.             Keanggotaan Grup
Memahami siswa berpartisipasi dalam pengalaman kelompok merupakan faktor penting dalam menentukan apa tahap kerja akan terlihat seperti. Pengalaman yang membentuk tahap pekerjaan , baik diskusi atau kegiatan pengalaman, tentu perlu langsung berhubungan dengan tujuan kelompok, tetapi mereka juga harus tepat untuk dan relevan kepada anggota kelompok. variabel keanggotaan Beberapa yang harus dipertimbangkan adalah usia, kemampuan, dan faktor budaya keanggotaan, termasuk keanekaragaman yang ada dalam kelompok.

10.         TAHAP PENGAKHIRAN

Tujuan Dan Manfaat Dari Pengakhiran
Tujuan-tujuan umum dari pengakhiran di tingkat manapun dalam proses kelompok merupakan gabungan dari pembelajaran, penerapan keahlian, serta rekomendasi masa depan untuk pertumbuhan dan pembangunan yang berkelanjutan. Gabungan pembelajaran mengacu pada para siswa dalam kelompok untuk berefleksi pada ilmu dan kesadaran yang diperoleh mengenai diri mereka sendiri dan orang lain, serta menyatukan informasi tersebut untuk membawa perubahan dalam kehidupan mereka, yaitu:
1.             Kesadaran Diri
2.             Kesadaran akan Orang Lain
3.             Rencana Masa Depan
Tantangan Dari Masalah Pengakhiran
Khususnya pada kelompok-kelompok kecil yang berorientasi pada proses, selagi para siswa membuat perubahan-perubahan berdasarkan keahlian yang telah mereka pelajari, mereka akan menjadi mandiri dalam waktu singkat dari kelompok mereka. Selain menjadi mandiri, banyak anggota mengalami emosi-emosi yang berhubungan dengan pengakhiran hubungan, kehilangan, dan perpisahan. Untuk mengatasi emosi-emosi yang berhubungan dengan pengakhiran tersebut, ada beberapa pertimbangan yang membangun baik bagi anak-anak maupun para remaja (van Velsor, 2004).


Peran Umum Ketua Selama Fase Pengakhiran
1.             Menyiapkan Para Siswa untuk Pengakhiran Kelompok Konseling
2.             Menggerakkan Para Siswa Melalui Proses Pengakhiran
3.             Membangkitkan Harapan         

Pengakhiran Setiap Sesi Kelompok
Para ketua tentunya ingin dapat menghabiskan waktu beberapa menit di setiap kelompok untuk melakukan 'pengakhiran mini' dari sesi kelompok. Hal ini meliputi pra-pengakhiran, pengakhiran, dan pasca-pengakhiran. Pra-pengakhiran adalah fase perencanaa pengakhiran; pasca-pengakhiran mengacu pada prosedur tindak lanjut (follow-up) yang diterapkan ketua kelompok setelah masa pengakhiran.
Pengakhiran Pengalaman Kelompok
Pengakhiran kelompok memiliki beberapa alasan. Pengakhiran mungkin muncul pada waktu yang ditentukan, karena dalam kelompok tertutup; dimana sebuah mayoritas anggota kelompok siap untuk diakhiri; atau, seperti yang dibahas sebelumnya, ketika seorang ketua meninggalkan kelompok dan tidak ada lagi ketua yang dapat menggantikan.
Tindak Lanjut
Memberi tindak lanjut pada anggota setelah kelompok berakhir itu penting karena dapat memberikan manfaat baik bagi ketua maupun anggota. Melakukan tindak lanjut pada siswa setelah pengakhiran membantu menilai pengalaman kelompok dan kemajuan pribadi.

C.  PENERAPAN KERJA KELOMPOK: MODEL-MODEL DAN
MASALAH-MASALAH KHUSUS

11.         MEMIMPIN KELOMPOK TUGAS DI SEKOLAH
Kelompok tugas memiliki peranan penting dalam kehidupan sehari-hari dari setiap aktifitas sekolah Penerapan dari prinsip dan proses kelompok dapat menghasilkan kelompok yang lebih efektif dalam mencapai tujuan kelompok, dan dengan demikian dapat memberikan kontribusi perbaikan kepada sekolah secara keseluruhan. Sebagai personil yang berpotensi di sekolah dan yang terlatih dalam kepemimpinan kelompok, konselor sekolah profesional memiliki peran penting dalam mendukung fungsi kelompok tugas. Pertimbangan prinsip-prinsip kepemimpinan kelompok tugas yang disarankan dapat memungkinkan konselor untuk berhasil dalam memfasilitasi (misalnya, memimpin atau konsultasi dengan) dari berbagai jenis kelompok.
Seperti diilustrasikan pada beberapa contoh-contoh kasus, prinsip-prinsip ini dapat diterapkan pada kelompok yang secara eksklusif terdiri dari personil sekolah yang bekerja sama untuk menyelesaikan tugas-tugas (pekerjaan-pekerjaan) tertentu serta bilamana konselor atau guru bekerja dengan siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran yang lebih spesifik. Perhatian dengan cermat pada tahap perencanaan, termasuk menetapkan tujuan yang jelas bagi anggota dan pemimpin serta pedoman untuk keanggotaan dan partisipasi anggota, hal ini akan meningkatkan kemungkinan keberhasilan suatu kelompok dengan mengeliminasi faktor-faktor yang mungkin mengakibatkan kebingungan, frustrasi, atau perlawanan. Selain itu, menyusun normal atau peraturan selama pertemuan kelompok berlangsung dengan memperhitungkan tujuan intrapersonal dan interpersonal serta kebutuhan anggota akan membantu dalam menjaga kemajuan kelompok dengan cara memaksimalkan kesempatan untuk memberikan masukan kepada individu dan kolaborasi. Akhirnya, keberhasilan setiap kelompok tugas akan meningkat dan menuju pada keseimbangan/kesetaraan dalam memberiakan perhatian kepada masalah-masalah anggota dan proses kelompok. Seringkali, pemimpin kelompok tugas akan memfokuskan secara eksklusif pada masalah tertentu, sementara itu tanpa disengaja mengabaikan proses dan faktor yang berkontribusi terhadap tingkat komitmen anggota, motivasi, dan usaha anggota kelompok, yang semuanya sangat penting bagi keberhasilan akhir suatu kelompok. Pada sisi yang lain, kelompok yang terlalu berfokus pada proses mungkin akan mengalami kurang fokus atau arah, dapat mengakibatkan anggota menjadi frustrasi dan kemajuan yang terjadi hanya sedikit saja.
Kerja kelompok di sekolah dapat menjadi pengalaman positif yang mewujudkan tercapainya tugas dan tujuan yang melebihi dari apa yang dapat dicapai oleh individu itu lakukan secara sendirian. Kelompok juga dapat meningkatkan kemampuan profesional konselor sekolah dalam mengidentifikasi dan memenuhi kebutuhan yang lebih banyak dari siswa-siswanya. Seperti halnya bentuk lain dari kerja kelompok, keberhasilan kelompok-kelompok tugas terletak pada keberhasilan penerapan proses kelompok dan prinsip-prinsip yang tepat oleh para pemimpin yang memiliki pengetahuan dan sudah terlatih secara baik.


12.         KELOMPOK PSYCHOEDUCATIONAL (BIMBINGAN) DI SEKOLAH
Kelompok psychoeducational merupakan komponen sangat penting dalam pengembangan program konseling di sekolah yang komprehensif. Pada dasarnya, kelompok psychoeducational memberikan kesempatan bagi konselor sekolah profesional untuk menciptakan efektifitas dan efisiensi melalui kerja kelompok dengan siswa-siswa dalam upaya untuk merangsang dan meningkatkan ketrampilan dalam pengambilan keputusan, coping skills, kompetensi personal dan interpersonal, serta prestasi akademik (belajar). Biasanya, kelompok psychoeducational cenderung lebih terstruktur dari jenis kelompok lainnya, karena pada kelompok psychoeduational pemimpin memberikan kepad para siswa pengetahuan dan informasi yang berguna serta keterampilan-ketrampilan tertentu.
Karakteristik personal dari seorang pemimpin seperti antusiasme, kehangatan, dan keramahan-berkontribusi terhadap kesejahteraan kelompok, seperti halnya kemampuan pemimpin untuk menciptakan rasa aman serta memelihara interaksi antar anggota kelompok. Keterampilan yang diperlukan oleh seorang pemimpin kelompok mencakup kemampuan untuk menyampaikan informasi (materi/konten) dan memperhatikan jalannya proses kelompok, sehingga semua siswa memiliki pengalaman kelompok yang bermakna dan substantif.
Mengingat perubahan demografi yang eksplosif dan cepat dalam masyarakat saat ini, sehingga menyebabkan meningkatnya jumlah siswa dari latar belakang etnis minoritas dalam suatu sekolah, konselor sekolah profesional harus menangani masalah-masalah universal dan budaya spesifik yang mempengaruhi pengalaman hidup siswaPemimpin kelompok harus sadar sikap diri sendiri, kemungkinan terjadinya bias, dan asumsi untuk menghindari kontratransferensi dalam proses kelompok. Selain itu, konseling dengan berbagai latar budaya sangat berhubungan dengan kompetensi konselor dalam melibatkan kesediaan pemimpin kelompok untuk memulai pembicaraan tentang ras, etnis, dan budaya, yang mungkin timbul selama proses konseling, dengan maksud untuk membantu siswa siswa memperoleh kesadaran tinggi dan untuk pengembangan diri serta memberikan strategi tertentu dalam pengambilan keputusan, sehingga anggota kelompok dapat memaksimalkan kemampuan mereka untuk berperan dalam masyarakat yang majemuk (multi kultur).
Selain melakukan kelompok psychoeducational, konselor sekolah profesional harus mengembangkan kemampuan dalam memberikan intervensi. Untuk mempersiapkan kegiatan bagi kelas bimbingan, pemimpin harus terlebih dahulu menilai kebutuhan siswa, mengembangkan maksud dan tujuan kelompok, menentukan prosedur kelompok dan teknik yang akan digunakan, serta merancang system mengevaluasi untuk mengetahui tercapai atau tidaknya tujuan dan maksud kelompok.
Model Steen (2007), yang berjudul Mencapai Sukses Setiap hari, cukup baik untuk digunakan dalam melakukan intervensi psychoeducational karena telah mengintegrasikan kompetensi akademik dan personal-sosial yang relevan untuk tugas-tugas perkembangan anak-anak dan remaja yang erdiri dari enam fase, yaitu penilaian-model, review, pengenalan, tantangan, pemberdayaan, dan dukungan yang dirancang untuk membantu anggota mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Day-Vines et al. (2005) membuat spesifikasi kriteria untuk mengidentifikasi karya sastra anak multietnis dalam upaya untuk menggabungkan budaya melaui bibliotherapy yang relevan ke dalam proses kelompok psychoeducational. Budaya yang relevan dengan bibliotherapy dapat berfungsi sebagai sumber pemberdayaan untuk siswa dari kelompok yang merasa terpingirkan karena melalui bibliotherapy  dapat memvalidasi dan menegaskan warisan budaya mereka dan membahas masalah-masalah universal yang meliputi semua pengalaman budaya dari siswa, sementara pada saat bersamaan dapat mengatasi masalah perkembangan siswa yang spesifik dan unik yang berasal dari latar belakang etnis minoritas. Secara bersamaan juga hal ini dapat membantu siswa dari budaya yang dominan untuk mengenali perspektif anggota kelompok yang berasal dari etnis minoritas.

13.         LANDASAN TEORITIS MODEL-MODEL KONSELING DAN PSIKOTERAPI KELOMPOK
Terdapat beberapa pendekatan teoritis yang berbeda untuk konseling dan psikoterapi kelompok, meliputi: Kelompok Adlerian, kelompok behavioral, kelompok Gestalt, Kelompok Rational Emotive Behavior Therapy, Kelompok Reality Therapy. Berbagai jenis kelompok ada bertujuan untuk menyediakan layanan yang berbeda-beda dalam memenuhi kebutuhan dan mengentaskan masalah anggota kelompok. Terlepas dari jenis kelompok atau pendekatan teoritis yang digunakan, terdapat prinsip-prinsip yang sama satu sama lain dalam kelompok konseling dan psikoterapi: Sebagai contoh, anggota kelompok perlu belajar untuk berhubungan dengan orang lain pada tingkat interpersonal dan belajar tentang orang lain yang berada dalam kehidupan mereka. Berkenaan dengan kepemimpinan, pemimpin dapat mengambil peran yang lebih fasilitatif, dan tidak terlalu aktif sehingga anggota kelompok yang didorong untuk aktif dalam proses kelompok. Dengan jenis kelompok yang lain, seperti kelompok tugas dan kelompok psychoeduational, pemimpin mungkin akan lebih banyak bersikap direktif dan aktif dalam proses kelompok.
Semua jenis pendekatan kelompok dimaksudkan untuk mengidentifikasi tahapan perkembangan yang terdapat dalam proses kelompok. Setiap jenis pendekatan yang ada digunakan untuk membantu para pemimpin kelompok dan menuntun mereka dalam memilih teknik-teknik khusus dan intervensi yang tepat. Ketika melaksanakan konseling dan terapi kelompok, pemimpin biasanya bekerja dengan menggunakan kerangka teoritis sebagai pedoman. Teori-teori/pendekatan-pendekatan yang digunakan dalam kerja kelompok memiliki peta konseptual dari sifat manusia dan prinsip-prinsip yang berkaitan dengan bagaimana kelompok berkembang dan bagaimana pemimpin mengidentifikasi fokus konseling atau psikoterapi. Terlepas dari tipe kelompok atau pendekatan teoritis yang digunakan oleh pemimpin, banyak penelitian telah menunjukkan bahwa kelompok merupakan pendekatan yang efektif untuk berbagai individu.

14.         MASALAH-MASALAH KHUSUS DALAM KERJA KELOMPOK

Kelompok Kerja Dengan Remaja
Masa remaja merupakan masa perubahan dan ketidakpastian. Selama tahun-tahun formatif, remaja berusaha untuk menciptakan identitas yang unik dan terpisah, memantapkan sistem nilai, dan menetapkan keterkaitan, namun kemerdekaan, dalam hubungan dengan orang lain. Ini adalah waktu kebebasan meningkat tetapi juga tanggung jawab meningkat, harapan, tekanan, dan tuntutan. Remaja sering berfluktuasi antara kebutuhan individualitas dan independensi dan kebutuhan untuk keterkaitan dan keamanan.

Kelompok Kerja Dengan Anak Minor Pecandu Alkohol
Anak-anak tumbuh di rumah dengan alkoholisme berhadapan dengan inkonsistensi dan ketegangan setiap hari, sehingga alasan yang paling umum untuk stress berat pada anak-anak. Mengingat kekacauan tersebut dan kekacauan, itu adalah mengherankan bahwa siswa mengembangkan perilaku bermasalah.
Kelompok Kerja Dengan Anak-Anak Dari Perceraian
Selama proses perceraian, tidak hanya akan ada konflik keluarga, pergolakan, ketidakpastian, dan kerugian, tetapi juga selama semua perubahan ini, orang tua berada di bawah tekanan pribadi seperti yang mereka sering tidak dapat memperhatikan dan memberikan dukungan bagi mereka anak-anak. Hal ini tidak mengherankan bahwa anak mengalami dampak negatif selama perceraian.
Kelompok Kerja Dengan Selamat Dari Penyalahgunaan Seksual
Dari segala bentuk pelecehan seksual, inses ayah-anak dianggap paling sulit untuk pulih dari, terutama karena masyarakat memegang keyakinan tentang ayah sebagai pelindung. anak yang dilecehkan oleh ayahnya harus menerima tidak hanya bahwa ayahnya tidak melindungi tetapi dia juga bahwa dia menyebabkan membahayakan dirinya langsung dan tujuan (Newbauer & Hess, 1994; Turner, 1993).
Kelompok Kerja Dan Kecanduan
Perilaku addictated mencakup berbagai isu, mulai dari makanan untuk perjudian, upaya seksual, dan zat. Banyak karakteristik yang berkaitan dengan kelompok berurusan dengan tions ¬ addic span masalah adiktif, namun, ada pula yang khusus untuk sebuah kecanduan tertentu dan tidak harus diterapkan kepada orang lain. Untuk tujuan bab ini, kerja kelompok dengan kecanduan pada umumnya akan berbohong dibahas; mana informasi berkaitan hanya untuk sebuah kecanduan tertentu, seperti pengakuan akan dibuat.




15.         PENGGUNAAN KEGIATAN DAN SENI EKSPRESIF DALAM KERJA KELOMPOK

Setiap program kelompok dapat berhasil untuk menarik anggota dan mencoba untuk mempertahankan partisipasi anggota secara menyeluruh. Dalam dunia yang terus berubah, beberapa teknik konseling juga harus terus dikembangkan. Intervensi konseling menggunakan seni ekspresif dan kegiatan untuk menyediakan cara yang menarik dan efektif bagi para pemimpin kelompok untuk memfasilitasi perubahan pada anak-anak dan remaja. Seni visual, seni musik, serta terapi menulis dan bercerita merupakan tiga dari banyak kategori seni ekspresif yang dapat digunakan untuk membantu siswa mencegah dan menyelesaikan masalah. Bentuk kreativitas seni yang lain dapat digunakan untuk mencapai siswa dengan cara yang melampaui hanya berbicara termasuk citra, tari, drama, boneka, permainan, dan bermain.
Intervensi kreatif ini, memungkinkan siswa untuk berkomunikasi emosi dan keprihatinan dengan cara yang unik. Mereka mendorong cara yang berbeda untuk melihat dunia dan akibatnya memfasilitasi pengembangan perspektif baru dan alternatif untuk berperilaku. Dengan intervensi memilih dengan hati-hati, berdasarkan tingkat perkembangan anggota, tujuan konseling, dan preferensi pribadi, pemimpin dapat memperluas repertoar mereka prosedur yang dapat digunakan secara efektif untuk mempromosikan pilihan dan perubahan.

16.         AKUNTABILITAS DALAM KELOMPOK DAN KONSELING SEKOLAH
Akuntabilitas dalam kelompok menjawab pertanyaan tentang sejauh mana anggota kelompok berubah setelah mengikuti kegiatan kelompok. Dengan menggunakan teknik assessment untuk mengukur hasil, pemimpin kelompok dapat memberikan informasi kepada anggota, pengurus sekolah, dan para pejabat terkait bahwa program konseling sekolah mempengaruhi hasil belajar, perkembangan, dan bahkan prestasi siswa.
Needs Assessment
1)      Data-Driven Needs Assessment
Hasil yang didapat dari data-driven needs assessments adalah kebutuhan dan pengaruh yang nyata, bukan yang kira-kira dibutuhkan. Penilaian biasanya dimulai dengan analisa data yang telah dimiliki oleh sekolah, datanya biasanya terdiri dari hasil aggregat dan dissaggregat. Aggregat yaitu semua hasil siswa dikumpulkan untuk mengetahui rata-ratanya, data aggregat berfungsi untuk mengetahui hasil rata-rata siswa dalam kelas atau mata pelajaran tertentu, tetapi data ini tidak memberikan informasi yang cukup tentang keberagaman prestasi dan kebutuhan siswa.
2)      Perception-Based Needs Assessment
Perception-Based Needs Assessment Adalah proses needs assessment yang berdasarkan persepsi, di sini pemimpin kelompok lebih tertarik kepada apa yang dirasakan oleh anggotanya perlu untuk dilakukan. Sebelum melaksanakan perception-based needs assessment, seorang pemimpin kelompok harus mempertimbangkan beberapa hal, yaitu :

17.         HASIL-HASIL PENELITIAN KERJA KELOMPOK

Hasil Evaluasi
Terdapat beberapa cara untuk mengevaluasi kerja kelompok, yaitu:
1.             Sumber Bukti
2.             Memilih Hasil Dan Memproses Pengukuran
3.             Pertimbangan Praktis Program Evaluasi
4.             Hasil Aggregat
5.             Desain Kajian Hasil
6.             Metode Pengumpulan Data Yang Banyak Dipakai
7.             Single-Subject Research Design
Isu Dalam Proses Kelompok Hasil Penelitian
Variabel proses  tersebut dalam kerja kelompok dapat menjadi kompleks dan sulit untuk mengisolasi dan menganalisis karena sifat holistik interaksi manusia. Biasanya, kelompok variabel proses meliputi aspek seperti (1) karakteristik perencanaan kelompok, (2) struktur kelompok, (3)  pelatihan pregrup, (4)  faktor terapi, (5) karakteristik pemimpin, (6) cara susunan kelompok, dan (7 ) hasil penelitian  berdasarkan sumber-sumber respon yang berbeda.



REFERENSI

Erford Bradley. 2010. Group Work In The Schools. Boston: Pearson Education, Inc., publishing as Merril.

No comments:

Post a Comment