Friday, June 24, 2011

Konteks Tugas Konselor


Sejarah Perkembangan Tugas Konselor Sekolah
Revolusi Industri yang terjadi di negara Amerika pada tahun 1916 mengakibatkan perubahan dari pola kehidupan masyarakat agraria yang mampu mengelola tanah pertanian dengan tangan sendiri menjadi kehidupan masyarakat urban yang merubah kemampaun tangan menjadi kemampuan mesin (Santrock, 1996). Revolusi industri berdampak pada kehidupan anak saat itu, khususnya anak-anak yang tingkat kehidupan ekonominya rendah. Mereka bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup. Banyak anak yang tidak diawasi oleh orang dewasa/orang tua melakukan perjudian, menjadi pekerja seks, dan melakukan pencurian; dan  semua dilakukan demi mendapatkan uang.  Sangat memprihatinkan  anak-anak yang tumbuh tanpa pendidikan yang sempurna dan bimbingan moral, membawa mereka menjadi buruh anak dan berurusan dengan hukum.
Mengacu pada keadaan tersebut, diwajibkan anak menempuh pendidikan disekolah, sekurang-kurangnya hingga tingkat sekolah dasar. Guru kelas selain mengajar, bertugas sebagai Guru yang melakukan bimbingan kepada siswa. Tugas guru kelas adalah membantu siswa khususnya memperhatikan hal yang berkaitan dengan kejuruan atau karir. Namun dalam perkembangannya, tidak hanya masalah karir yang harus diperhatikan saja, tetapi permasalahan sosial dan emosi muncul dan perlu dikenali karena menunjukan keunikan dari siswa maupun kelompok siswa. Akhirnya, munculah kebutuhan pembimbingan moral untuk siswa. Bimbingan moral dipercaya merupakan jawaban dari permasalahan situasi yang terjadi  dan dapat memberikan keuntungan pada sistem pendidikan di sekolah. Tenaga pelaksana yang ditunjuk untuk melakukan adalah guru kelas yang sama sekali belum dilatih untuk itu.
Jesse B. Davis memperkenalkan “bimbingan kejuruan dan moral” sebagai kurikulum dalam pembelajaran Bahasa Inggris. Davis dikenal sebagai orang pertama yang mengimplementasikan program bimbingan yang sistematik disekolah. Pada tahun 1898 – 1907, Davis mendukung para guru Bahasa Inggris untuk membuat panduan bimbingan dalam mengajar dengan memasukkan unsur perkembangan karakter, hubungan interpersonal, dan kejuruan yang diminati oleh siswa (Studer, 2005).  Davis secara tidak langsung menggambarkan bahwa tugas seorang guru sebagai seorang “pekerja bimbingan” diharapkan untuk dapat mendidik karakter siswa, memngajar siswa bagaimana berinteraksi sosial dengan meningkatkan kemampuan interpersonal, dan membimbing siswa untuk tahu minat serta jurusan apa yang ingin mereka tekuni.
Frank Parsons, yang dikenal sebagai “Father of Guidance”, tertarik pada kemampuan seseorang dalam bekerja. Parsons beranggapan bahwa seseorang akan mencari pekerjaan yang sesuai dengan karakter personalnya. Dengan kata lain karakter seseorang berhubungan dengan pekerjaan yang dia tekuni. Parsons percaya bahwa seseorang mampu menghadapi masa transisi dari dunia sekolah memasuki dunia kerja dengan menggabungkan pendidikan akademik dan kejuruan selama dibangku sekolah. Parsons meyakini bahwa tugas ini hanya bisa dilakukan oleh seorang ahli yang professional, yang terlatih, yang dapat membantu siswa (Parson, 1909 dalam Studer 2005).
            Profesi Konseling masuk di dunia pendidikan pada awal abad ke 20. Awal tugas konselor sekolah saat itu adala sebagai pembimbing siswa dalam menemukan jurusan yang tepat, dan pekerjaan yang sesuai. Konselor sekolah diminta bertanggung jawab langsung kepada administrator sekolah. Sebagian Administrator sekolah meminta konselor untuk mendiskusikan hanya isu-isu yang terkait dengan akademik dan masalah karir saja, dan alih tangankan saja bila ada masalah yang terkait masalah personal siswa. Administrator sekolah lainnya beranggapan bahwa ada hubungan yang seimbang dan berpengaruh signifikan antara isu-isu personal terhadap kemajuan akademik seorang siswa (Studer, 2005).
            Pada sekitar tahun 1930-an, tugas konselor sekolah sebagai pembimbing siswa dalam hal karir, sosial, dan emosi; berkembang kearah mengenal peserta didik melalui tes. Konselor diharapkan dapat memberikan tes dan menafsirkan tes untuk perkembangan siswa. Williamson mengajukan metode untuk seorang konselor sekolah lakukan dalam menangani siswa. Metode tersebut di adaptasi dari filosofi pendekatan yang digunakan Frank Parsons (Studer, 2005). Ada 6 tahapan yang harus dilakukan oleh seorang konselor yaitu (Muro & Kottman, 1995):
1.      Analisa. Konselor sekolah bertugas untuk mengumpulkan semua data dan informasi yang berkaitan dengan siswa.
2.      Sintesa. Konselor sekolah bertugas untuk mengatur, menyeleksi dan menyusun semua informasi yang telah didapatkan. Informasi tersebut akan digunakan untuk memahami siswa.
3.      Diagnosa. Konselor sekolah bertugas untuk membentuk hipotesa sementara berkaitan dengan hal-hal yang perlu diperhatikan dari siswa.
4.      Prognosa. Konselor sekolah bertugas untuk memprediksi hasil yang akan didapatkan berdasarkan pemecahan masalah yang dilakukan oleh siswa.
5.      Treatmen/Penanganan. Konselor sekolah bertugas untuk memilih strategi yang tepat untuk menangani permasalahan siswa , sehingga mencapai tujuan yang telah ditetapkan bersama dengan siswa.
6.      Follow up/ Tindak lanjut. Konselor sekolah bertugas untuk mengevaluasi kefektifan proses konseling yang telah dilaksanakan.
Langkah-langkah ini sampai saat ini tetap digunakan untuk melakukan bimbingan yang tepat bagi siswa.
Konselor sekolah diharapkan mempunyai kemampun untuk mengenali perkembangan siswa yang bermasalah dan kebutuhannya (American School Counselor Association, 2005).  Konselor sekolah diharapkan mampu bekerja untuk melakukan pencegahan, dengan cara menyediakan layanan konseling baik secara individual maupun dalam kelompok kecil seperti halnya menyediakan layanan bimbingan dalam kelas. Konselor sekolah diharapkan mampu menyusun dan mengimplementasikan program yang komprehensif. Melalui program yang komprehensif diharapkan konselor dapat menyampaikan pembelajaran dan aktivitas-aktivitas yang berkaitan dengan akademik, karir, sosial, dan pencapaian personal. Untuk melaksanakan tugas itu semua, konselor sekolah diharapkan memiliki kemampun mengoraganisasi yang baik, kemampuan memimpin, mampu menjadi “manager” yang efektif dan efesien, dan berkompetensi dalam menampilkan semua bahan yang telah disusun di depan kelompok besar.

Gambaran Tugas Konselor sekolah di Amerika
Di Amerika, seorang konselor sekolah yang professional bertugas untuk menyiapkan atau menyediakan layanan bimbingan konseling yang unik dengan berfokus pada akademik, karir, dan masalah-masalah yang berkonsentrasi pada masalah personal atau sosial berdasarkan pada usia sekolah/ usia peserta didik. (Gladding 2004 dalam Studer 2004). Salah satu contoh gambaran tugas konselor dapat terlihat dari salah satu contoh program komprehesif yang dijalankan oleh The Timberlane Comprehensive School.
Peran konselor sekolah di Sekolah di daerah Timberlane adalah  untuk mendukung memfasilitasi pengembangan siswa dalam area akademik, karir dan pribadi / sosial. Konselor sekolah adalah seorang yang terlatih dan bersertifikat profesional, yang bekerja dengan siswa, administrator, guru, orang tua dan masyarakat untuk mempromosikan lingkungan belajar yang aman dan sukses bagi siswa. Para konselor sekolah membantu semua siswa dalam program yang secara keseluruhan menjadikan siswa sebagai  pelajar yang efektif, warga yang bertanggung jawab, dan memberikan kontribusi kepada masyarakat dan lingkungan. Dalam proses pertukaran komunikasi dan informasi dengan orang tua atau para wali merupakan hal yang penting untuk keseluruhan aspek program Bimbingan dan konseling, dan itu perupakan bagian atau kunci dari peran atau tugas seorang konselor sekolah.
 Konselor Sekolah merencanakan, menerapkan dan mengevaluasi program bimbingan kurikulum adalah untuk mengenal dan memenuhi kebutuhan dan prioritas dari masing-masing sekolah. Pekerjaan mereka lebih lanjut dibedakan pada memperhatikan tahap perkembangan pada setiap usia, khususnya usia pertumbuhan siswa, dan oleh kebutuhan, tugas, dan minat siswa yang terkait dengan tahapan perkembangan. Program-program ini ditentukan oleh penilaian terhadap kebutuhan, terintegrasi ke dalam kurikulum yang ada, dan pembelajaran yang berkolaborasi dengan guru kelas.
Konselor Sekolah mengkoordinasikan perencanaan individual siswa yang terdiri dari kegiatan sistemik yang berkelanjutan yang dirancang untuk membantu siswa secara individu dalam menetapkan tujuan pribadi dan mengembangkan rencana masa depan. Konselor Sekolah memberikan layanan responsif terhadap semua siswa untuk memenuhi kebutuhan yang sifatnya mendesak mereka dan yang menjadi perhatian siswa. Layanan ini dapat disampaikan melalui strategi seperti konsultasi, individu dan konseling kelompok kecil, konseling krisis, pengalihan tangan, atau arahan, dan pendampingan yang dilakukan antar sesama siswa.
Sistem pendukung merupakan elemen penting dari konseling sekolah. Sistem pendukung terdiri dari kegiatan manajemen yang membangun dan mempertahankan serta meningkatkan keseluruhan program konseling sekolah.
Konselor menggabungkan proses organisasi dan peralatan untuk memastikan program ini terstruktur, konkrit, jelas digambarkan, dan mencerminkan kebutuhan sekolah lebih lanjut. Proses dan alat tersebut memastikan bahwa fokus utama dari waktu seorang profesional konselor sekolah adalah penyampaian pelayanan langsung dengan siswa.
Konselor Sekolah melakukan evaluasi secara berkala tentang program dan kegiatan praktek, untuk menunjukkan efektivitas program dalam hal terukur, menggunakan langsung, menengah, dan data jangka panjang untuk menunjukkan dampak pada siswa dan kinerja siswa. Hasil ini juga digunakan untuk menginformasikan evolusi program konseling yang sedang berlangsung
Konselor menggunakan kepemimpinan mereka dan keterampilan advokasi untuk mempromosikan perubahan sistemik dengan mengikuti, hukum dan profesional standar etika yang digariskan dalam American School Counselor Association Model Nasional. Standar-standar dari praktek digunakan sebagai dasar untuk mengevaluasi kinerja konselor.
Konselor Sekolah terlibat secara teratur dalam memperbarui dan berbagi pengetahuan dan keterampilan profesional mereka. Mereka berkonsultasi, berkolaborasi dan tim dengan rekan kerja, orang tua dan administrasi secara teratur untuk memberikan informasi, untuk mendukung komunitas sekolah dan untuk menerima umpan balik pada kebutuhan yang muncul dari siswa.
Selain itu, konselor sekolah merencanakan dan mengelola tugas-tugas yang diperlukan untuk mendukung kegiatan yang dilakukan dalam program konseling sekolah. Ini termasuk tanggung jawab anggota staf sekolah, seperti anggaran, fasilitas, kebijakan, prosedur, dan penelitian serta pengembangan sumber daya.
Akhirnya, konselor sekolah menyokong dan mendidik masyarakat untuk peran konselor sekolah yang profesional.
Komponen kurikulum yang dibuat di sekolah Timberlane terdiri dari kompetensi siswa dan kegiatan terstruktur yang disajikan melalui pendidikan kelas reguler dan kegiatan kelompok. Kegiatan ini dapat mencakup berbagai sumber daya dan bahan. Kurikulum ini disusun berkaitan dengan tiga domain perkembangan utama: pengetahuan tentang diri sendiri dan orang lain, pendidikan pengembangan diri, dan perencanaan karir dan eksplorasi.
Tujuan dari Kurikulum TCSGCP adalah:
1.      untuk memperlengkapi siswa dengan pengetahuan tentang pertumbuhan normal dan pengembangan.
2.      untuk meningkatkan pertumbuhan pribadi yang positif, dan
3.      untuk membantu mereka mendapatkan dan menggunakan keterampilan yang diperlukan untuk pemenuhan dalam peran kehidupan yang bermacam-macam.
 Sementara tanggung jawab konselor termasuk organisasi dari kurikulum konseling, fakultas lainnya dan staf berpartisipasi dalam pelaksanaannya. Integrasi ke dalam kerangka kurikulum yang ada akan menjamin hasil yang positif.
Salah satu contoh program yang dilaksanakan dan merupakan salah satu tugas konselor sekolah adalah melakukan Perencanaan Individual siswa.  Perencanaan individual siswa terdiri dari konselor bimbingan dan konseling yang mengatur secara terus menerus aktivitas-aktivitas yang sistematik yang didesain untuk membantu siswa memantapkan tujuan pribadi dan mengembangkan perencanaan masa depan. Konselor bimbingan dan konseling sekolah mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan yang membantu semua rencana siswa, memonitor dan mengatur pembelajaran mereka sendiri seperti menemukan kompetensi di bidang akademis, karir dan pribadi / pengembangan sosial.
Dalam komponen ini, siswa mengembangkan kemampuan untuk mengevaluasi pendidikan mereka, pekerjaan dan tujuan pribadi mereka. Konselor bimbingan dan konseling sekolah membantu siswa melakukan transisi antara tingkatan yang berturut-turut dalam sekolah, dari sekolah ke tempat kerja, dan dari sekolah ke pendidikan tinggi atau karir / pelatihan teknis. Kegiatan ini umumnya disampaikan secara individual atau dengan bekerja sama dengan kelompok-kelompok kecil baik didalam maupun diluar kelas. Orang tua atau wali dan personil sekolah lainnya dilibatkan dalam kegiatan ini.
Perencanaan individual siswa dapat dilaksanakan melalui strategi seperti:
Ø  Penilaian individual siswa atau kelompok kecil. Konselor sekolah bekerja sama dengan siswa menganalisis dan mengevaluasi 'kemampuan siswa, minat, keterampilan dan prestasi. Uji informasi dan data lainnya sering digunakan sebagai dasar untuk membantu siswa dalam mengembangkan rencana jangka panjang. Di sekolah yang jenjangnya lebih tinggi, konselor harus segera bertemu dengan siswa diawal tahun untuk mengembangkan dan merevisi rencana akademis siswa.
Ø  Bimbingan individual atu kelompok kecil. Konselor sekolah membimbing atau mendorong siswa untuk menggunakan informasi di dunia luar berkaitan dengan personal/sosial, pendidikan, karir; untuk membantu perencanaan sehingga mereka mampu mencapai tujuan personal, pendidikan dan pekerjaan. Katerlibatan siswa sendiri, oran tua, dan sekolah dalam perencanaan siswa merupakan hal yang sangat penting.
Bagaimana dengan konselor sekolah di Indonesia? Bagaimana konteks tugas guru pembimbing atau konselor sekolah di Indonesia?
Konteks Tugas Konselor di Indonesia
Tugas konselor di Indonesia mengalami berbagai perubahan, mengikuti kebutuhan. Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia (ABKIN) telah mencoba memetakan tugas konselor.  Pelayanan bimbingan dan konseling dalam jalur pendidikan formal telah dipetakan secara tepat dalam kurikulum 1975, meskipun ketika itu masih dinamakan layanan bimbingan dan penyuluhan pendidikan, dan layanan di bidang pembelajaran yang dibingkai dalam kurikulum, sebagaimana tampak pada gambar.







Tujuan:
Perkembangan yang optimal dari setiap peserta didik
 

 











Wilayah Pelayanan Bimbingan dan Konseling
Dalam Jalur Pendidikan Formal
Gambar 1: Rambu-rambu Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal.(Depdiknas, 2007)
Konteks tugas Konselor di Indonesia dipersepsikan bahwa seorang konselor mampu menangani seluruh permasalahan hidup yang dihadapi manusia, mulai dari bidang pendidikan dan karier, masalah pernikahan hingga masalah ketenagakerjaan, masalah kelainan kejiwaan, rehabilitasi mental para narapidana sampai masalah gangguan jiwa. Dengan banyaknya tugas konselor tersebut  dipersepsikan kembali bahwa konselor memiliki kemampuan akademik profesional untuk memasuki wilayah dari layanan ahli bidang lain seperti psikolog, psikiater, pekerja sosial dan terapis. “ Mampukah konselor melakukan tugas – tugas tersebut dengan masa belajar 4 tahun ?”
Program Pendidikan Pra Jabatan dan Program Pendidikan Profesi Konselor diharapkan mampu menelurkan konselor yang mampu menangani seluruh permasalahan yang ada. Dalam Naskah Akademik Penataan Pendidikan Profesional Konselor, ABKIN menggagas tentang Standar Kompetensi Profesional Pendidik Konselor yang dinilai paling tepat untuk layanan ahli di bidang Bimbingan dan Konseling berupa program S 2 Bimbingan dan Konseling dilanjutkan Pendidikan Profesi Pendidik.
Pada kenyataannnya konselor adalah ahli bimbingan dan konseling yang memandirikan yang diampu dari lulusan program S1. Dengan demikian tugas konselor yang profesional adalah memandirikan individu yang normal dan sehat dalam menjalani perjalanan hidupnya melalui pengambilan keputusantermasuk keperluan untuk memilih, meraih serta mempertahankan karier untuk mewujudkan kehidupan yang produktif dan sejahtera, serta menjadi warga masyarakat yang peduli kemaslahatan umum melalui pendidikan ( Stemberg, 2003 ). Melalui pendidikan yang dimaksud adalah bahwa kemampuan peserta didik untuk mengeksplorasi, memilih, berjuang meraih, serta mempertahanan karier diperoleh dari hubungan yang baik antara peserta didik dengan konselor serta guru dan bukan merupakan upaya konselor.
Pengembangan peserta didik lebih banyak terkait dengan wilayah guru, yaitu pembentukan berbagai dampak pengiring yang relevan dengan tujuan mewujudkan secara utuh pembelajaran yang mendidik yang menggunakan materi. Kontribusi guru ini bersifat parsial, sehingga perlu dilengkapi oleh konselor yang menyelenggarakan layanan Bimbingan dan Konseling. Komplementaris antara layanan profesional guru dan layanan profesional konselor inilah yang dimuat dalam KTSP (Isi Pendidikan). Konselor diharapkan berperan serta dalam layanan yang komlementer dengan guru melalui penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling yang memandirikan.
Konselor sekolah diharapkan mampu memfasilitasi peserta didik (konseli) agar mampu mengembangkan potensi dirinya atau mencapai tugas-tugas perkembangannya yang menyangkut aspek fisik, emosi, intelektual, sosial, dan moral-spiritual (Schellenberg, 2008). Konselor sekolah mengimplementasikan kebutuhan tersebut dalam program bimbingan dan konseling disekolah yang komprehensif/terpadu. Oleh karena itu, seorang guru pembimbing dalam menjalankan tugasnya perlu mengetahui Fungsi sekaligus Asas Bimbingan dan Konseling.
10 Fungsi Bimbingan danKonseling, yaitu:
1. Fungsi Pemahaman
2. Fungsi Fasilitasi
3. Fungsi Penyesuaian
4. Fungsi Penyaluran
5. Fungsi Adaptasi
6. Fungsi Pencegahan
7. Fungsi Perbaikan
8. Fungsi Penyembuhan
9. Fungsi Pemeliharaan
10.Fungsi Pengembangan

Berkaitan dengan asas, ada 11 Asas Bimbingan dan Konseling yang perlu diketahui konselor sekolah dalam menjalankan tugasnya, yaitu:
1. Asas Kerahasiaan
2. Asas Kesukarelaan
3. Asas Keterbukaan
4. Asas Kegiatan
5. Asas Kemandirian
6. Asas Kekinian
7. Asas Kedinamisan
8. Asas Keterpaduan
9. Asas Keharmonisan
10.Asas Keahlian
11.Asas Alih Tangan Kasus

Setelah konselor memahami fungsi dan asas dalam melaksanakan bimbingan dan konseling, konselor sekolah perlu memahami strategi pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling di sekolah. Pemberian program layanan Bimbingan dan Konseling dalam jalur pendidikan formal, ada 3 strategi pelaksanaan layanan yang digunakan yaitu:
1.      Strategi Layanan Dasar yaitu strategi layanan yang diperlukan oleh seluruh peserta didik, sebagai upaya pemahaman, fasilitasi, penyesuaian, pencegahan, pemeliharaan dan pengembangan. Dapat dilakukan melalui: Bimbingan Klasikal, Layanan Orientasi,  Layanan Informasi, Bimbingan Kelompok, dan Layanan Pengumpulan Data
2.      Strategi Layanan Responsif yaitu strategi layanan dalam rangka pemberian bantuan kepada konseli yang menghadapi kebutuhan & masalah, yang memerlukan pertolongan segera. Dapat dilakukan melalui Konseling Individual, Konseling Kelompok, Referal, Kolaborasi dengan Guru Mata Pelajaran / Wali kelas, Kolaborasi dengan Orang tua, Kolaborasi dengan Pihak-pihak terkait, Konsultasi, dan Bimbingan Teman Sebaya.
3.      Strategi Layanan Perencanaan Individual yaitu strategi layanan dalam proses memfasilitasi konseli agar mampu merumuskan dan melakukan aktivitas yang berkaitan dengan perencanaan masa depan berdasarkan pemahaman akan kelebihan dan kekurangan dirinya, serta pemahaman akan peluang dan kesempatan yang tersedia dilingkungannya. Dapat dilakukan melalui: Layanan Penempatan dan Penyaluran, Career Days, dan Kunjungan Karir.

Pemetaan Tugas Konselor dalam Jalur Pendidikan Formal
Tugas konselor di setiap jenjang pendidikan dari Taman Kanak-kanak sampai dengan perguruan tinggi memiliki kekhususannya masing-masing. Depdiknas menggambarkan atau memetakan tugas konselor dalam jalur pendidikan formal sebagai berikut (berdasarkan Rambu-rambu Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal).
1.      Tugas Konselor di Taman Kanak-kanak.
Kebutuhan pengembangan diri konseli di Taman Kanak-kanak nyaris sepenuhnya ditangani oleh guru yang sesuai dengan konteks tugas dan ekspektasi kinerjanya, menggunakan spektrum karakteristik perkembangan konseli sebagai konteks permainan yang memfasilitasi perkembangan kepribadian konseli secara utuh. Namun begitu, konselor juga dapat berperan serta secara produktif di jenjang Taman Kanak-kanak sebagai Konselor Kunjung (Roving Counselor) yang diangkat pada tiap gugus Sekolah/Madrasah. Dengan demikian tugas konselor adalah untuk membantu guru dalam menyusun program bimbingan yang terpadu dengan proses pembelajaran, dan mengatasi perilaku mengganggu (disruptive behavior) anak sesuai keperluan, yang salah pendekatannya adalah Direct Behavioral Consultation. Tugas konselor lainnya adalah bekerja sama tidak hanya dengan pihak sekolah, namun juga bekerja sama dengan orang tua untuk memahami konseli.

2.      Tugas Konselor di Sekolah Dasar /Madrasah Ibtidaiyah
Sampai saat ini, di jenjang Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah tidak ditemukan posisi struktural untuk Konselor. Namun demikian, sesuai dengan tingkat perkembangan konseli usia Sekolah Dasar /Madrasah Ibtidaiyah, kebutuhan akan pelayanannya bukannya tidak ada, meskipun tentu saja berbeda dari ekspektasi kinerja konselor di jenjang Sekolah Menengah dan jenjang Perguruan Tinggi. Dengan kata lain, konselor juga dapat berperanserta secara produktif di jenjang Sekolah Dasar, sebagai Konselor Kunjung (Roving Counselor) yang diangkat pada setiap gugus Sekolah/Madrasah, 2 (dua) – 3 (tiga) konselor untuk membantu guru mengatasi perilaku mengganggu (disruptive behavior) sesuai keperluan, antara lain dengan pendekatan Direct Behavioral Consultation. Dapat dikatakan hampir serupa dengan jenjang taman kanak-kanak.

3.      Tugas Konselor di Sekolah Menengah
Pelayanan Bimbingan dan Konseling di Sekolah Menengah merupakan setting yang paling subur bagi konselor. Konselor dapat berperan secara maksimal dalam memfasilitasi konseli mengaktualisaikan potensi yang dimilikinya secara optimal. Tugas konselor adalah untuk membantu peseta didik dalam menumbuhkembangkan potensinya. Salah satu potensi yang seharusnya berkembang pada diri konseli adalah kemandirian, seperti kemampuan mengambil keputusan penting dalam perjalanan hidupnya yang berkaitan dengan pendidikan maupun persiapan karier. Dalam melaksanakan program bimbingan dan konseling, konselor melakukan kerjasama (kolaborasi) dengan berbagai pihak yang terkait, seperti dengan kepala Sekolah/ Madrasah, guru-guru mata pelajaran, orang tua konseli. Di samping itu dapat bekerjasama dengan ahli misalnya dokter, psikolog, dan psikolog. Di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) pelayanan bimbingan dan konseling lebih difokuskan kepada upaya membantu konseli mengokohkan pilihan dan pengembangan karir sejalan dengan bidang vokasi yang menjadi pilihannya. Bimbingan karir (membangun soft skills) dan bimbingan vokasional (membangun hard skilss) harus dikembangkan sinergis, dan untuk itu diperlukan kolaborasi produktif antara konselor dengan guru bidang studi/mata pelajaran/keterampilan vokasional.

4.      Tugas Konselor di Perguruan Tinggi
Di jenjang perguruan tinggi, telah difasilitasi baik dengan pertumbuhan karakter serta penguasaan hard skill maupun soft skill lebih lanjut yang diperlukan dalam perjalan hidup serta persiapan karir. Oleh karena itu, di jenjang Perguruan Tinggi tugas konselor adalah memberikan layanan bimbingan dan konseling yang berfokus pada pemantapan karir, sebisa mungkin yang paling cocok aik dengan pendidikan yang telakh dia tempuh maupun kebutuhan untuk mengaktualisasikan dirinya sebagai pribadi yang produktif, sejahtera, dan berguna untuk manusia lain.

Jika digambarkan dalam tabel, Pemetaan konteks tugas konselor adalah sebagai berikut.
Jenjang Pendidikan
Tugas Konselor
TK
-          Ditangani oleh guru TK
-          Menekankan pada karakteristik perkembangan siswa dengan model permainan
-          Sebagai konselor kunjung ( Roving Counselor ) yang diangkat pada tiap gugus untuk mengatasi perilaku siswa yang mengganggu   ( disruptive behavior )
-          Menggunakan pendekatan konseling Direct Behavioral Counsultation.
SD
-          Ditangani oleh guru kelas
-          Sebagai konselor kunjung ( Roving Counselor ) yang diangkat pada tiap gugus untuk mengatasi perilaku siswa yang mengganggu   ( disruptive behavior )
-          Menggunakan pendekatan konseling Direct Behavioral Counsultation.
SMP dan SMA
-          Ditangani oleh konselor
-          Memfasilitasi peserta didik mengaktualisasikan potensi yang dimiliki.
-          Memandirikan peserta didik untuk mengambil sendiri keputusan penting dalam perjalanan hidupnya.
Perguruan Tinggi
-          Ditangani oleh konselor
-          Memfasilitasi peserta didik penumbuhan karakterserta penguasaan hard skill dan soft skill yang diperlukan untuk perjalanan hidupnya serta untuk kariernya.
-          Bimbingan dan konseling ditekankan pada pemilihan karier.

Permasalahan yang dihadapi siswa saat ini cukup kompleks, terkadang tidak hanya seputar akademik saja, maka konselor membutuhkan bantuan tenaga professional lainnya. Salah satu tugas konselor adalah mengalih tangankan (referral) siswa yang membutuhkan bantuan lebih khusus. Maksud dari mengalihtangankan adalah untuk membantu siswa lebih maksimal dalam menganalisa permasalahan lebih dalam lagi. Konselor sekolah bekerja sama dengan tenaga professional lainnya seperti psikiater, psikolog, dokter, atau terapis untuk membantu permasalahan siswa (Sederholm, 2003).

Perbedaan Tugas Guru dan Konselor
Seringkali dan merupakan stereotip lama yang beranggapn bahwa konselor sekolah adalah atau disamakan dengan guru yang mengampu bidang studi atau guru kelas. Terdapat perbedaan yang cukup signifikan antara tugas Guru kelas dan konselor sekolah. Walalupun ada perbedaan, namun tetap ada hubungan yang timbale balik yang dibutuhkan dalam membantu peserta didik untuk berkembang. Seperti yang digambarkan oleh Diknas dalam rambu-rambu penyelenggaraan bimbingan dan konseling dalam jalur pendidikan formal bahwa Tugas-tugas pendidik untuk mengembangkan peserta didik secara utuh dan optimal sesungguhnya merupakan tugas bersama yang harus dilaksanakan oleh guru, konselor, dan tenaga pendidik lainnya sebagai mitra kerja, sementara itu masing-masing pihak tetap memiliki wilayah pelayanan khusus dalam mendukung realisasi diri dan pencapaian kompetensi peserta didik. Dalam hubungan fungsional kemitraan antara konselor dengan guru, antara lain dapat dilakukan melalui kegiatan rujukan (referral). Masalah-masalah perkembangan peserta didik yang dihadapi guru pada saat pembelajaran dirujuk kepada konselor untuk penanganannya, demikian pula masalah yang ditangani konselor dirujuk kepada guru untuk menindaklanjutinya apabila itu terkait dengan proses pembelajaran bidang studi. Masalah kesulitan belajar peserta didik sesungguhnya akan lebih banyak bersumber dari proses pembelajaran itu sendiri. Ini berarti di dalam pengembangan dan proses pembelajaran bermutu, fungsi-fungsi bimbingan dan konseling perlu mendapat perhatian guru, dan sebaliknya, fungsi-fungsi pembelajaran bidang studi perlu mendapat perhatian konselor. Ini merupakan gambaran kekhususan antara tugas guru dan konselor



No
Dimensi
Guru
Konselor
1.       
Wilayah Gerak
Sistem Pendidikan Formal
Sistem Pendidikan Formal
2.       
Tujuan Umum
Pencapaian tujuan Pendidikan Nasional
Pencapaian tujuan Pendidikan Nasional
3.       
Konteks Tugas
Pembelajaran yang mendidik melalui mata pelajaran dengan skenario guru
Layanan yang memandirikan dengan skenario konseli dan konselor
a.        
a.       Fokus Kegiatan
Pengembangan kemampuan penguasaan bidang studi dan masalah-masalahnya
Pengembangan potensi diri bidang pribadi, sosial, belajar dan karier serta masalah-masalahnya
b.       
b.      Hubungan Kerja
Referal
Referal
4.       
Target Intervensi
a.        
a.       Individual
Minim
Utama
b.       
b.      Kelompok
Pilihan Strategis
Pilihan Strategis
c.        
c.       Klasikal
Utama
Minim
5.       
Ekspektasi Kerja
a.        
a.Ukuran Keberhasilan
Pencapaian Standar Kompetensi Lulusan ( SKL ),
Bersifat kuantitatif
Kemandirian dalam kehidupan,
Bersifat kualitatif
b.       
b.Pendekatan Umum
Pemanfaatan Instructional Effects dan Nurturant Effect melalui pembelajaran yang mendidik
Pengenalan diri dan lingkungan oleh konseli dalam rangka pengatasan masalah pribadi, sosial, belajar dan karier. Skenario tindakan merupakan hasil transaksi yang merupakan hasil konseli.
c.   
c.Perencanaan tindak intervensi
Kebutuhan belajar ditetapkan dulu untuk ditawarkan pada peserta didik
Kebutuhan pengembangan diri ditetapkan dalam proses transaksional konseli yang difasilitasi konselor
d.  
d.Pelaksanaan tindak intervensi
Penyesuaian proses berdasarkan respon ideosinkratik peserta didik yang lebih terstruktur
Penyesuaian proses berdasarkan respon ideosinkratik konseli dalam transaksi makna yang lebih lentur dan terbuka

Tabel 1: Keunikan dan Keterkaitan Pelayanan Guru dan Konselor
Sumber: Depdiknas, 2007. Rambu-Rambu Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal

Kesimpulan
Dalam membantu perkembangan siswa atau peserta didik untuk mencapai pribadi yang utuh, produktif, dan berguna bagi manusia lain, merupakan tugas utama dari seorang pendidik, termasuk didalamnya merupakan tugas seorang konselor sekolah. Konselor sekolah diharapkan mampu mengerjakan dengan baik beberapa tugas antara lain mengatur dan mengimplementasikan proses bimbingan dan konseling dalam membimbing siswa dalam hal akademik, karir, dan pengembangan diri disekolah; menyediakan layanan bimbingan dan konseling baik individual maupun kelompok; memonitoring perkembangan siswa; mampu bekerja sama dengan rekan kerja, unsur-unsur sekolah lainnya, tenaga professional lainnya, serta orang tua dalam menangani siswa; dan mampu mengevaluasi program bimbingan dan konseling sehingga memperoleh umpan balik yang mendukung pengembangan kearah yang lebih baik. Konselor sekolah berhadapan bukan dengan sebuah mesin, namun dengan seorang manusia bahkan beberapa orang yang terkandung banyak potensi yang perlu dibimbing dalam penemuannya sehingga menjadi manusia yang tahu keberadaan dan tujuan hidupnya.




DAFTAR PUSTAKA



Triyono (2010). Pengembangan Profesionalitas Konselor (Guru BK). Bahan ajar PLPG Univiversitas Negri Malang.

Depdiknas  (2007).  Rambu-Rambu Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal

Schellenberg (2008). School Counselor- Strategies for Universal Academic Achievement. United Kingdom: Rowman & Littlefield education

Timberline Regional School Distric (2008). Comprehensive Guidance & Counseling Curriculum

Studer, R.J.(2005).  The Professional School Counselor-An Advocate for student. Belmont: Thomson Brooks

Sederholm (2003). Counseling Young people in School. London: Jessica Kingsles Publisher

American School Counselor Association. (2003). The ASCA National Model: A
framework for school counseling programs. Alexandria, VA: Author.

No comments:

Post a Comment